Elizabeth menekan d**a sambil menahan napas melihat Alex berlalu begitu saja. Ia baru bisa bernapas lega setelah pria itu benar-benar tak terjangkau lagi oleh pandangannya. Berpindah secepatnya ke ruang kerja adalah cara terbaik mendapatkan ketenangan. Elizabeth menutup rapat-rapat pintu ruang kerjanya lalu duduk di balik meja yang dipenuhi kertas-kertas sketsa rancangan busananya. Wanita paruh baya yang masih tampak cantik memesona itu segera menghubungi seseorang melalui ponselnya. “Aku mau kamu mengawasi Alex. Apa pun yang dia kerjakan dan ke mana pun dia pergi, laporkan kepadaku,” perintahnya pada seseorang di balik sambungan telepon. Setelah menutup panggilan itu, Elizabeth kemudian menghubungi Darius. “Kamu tidak memercayai gosip itu kan, Sayang?” Waswas menyertai kalimat tanya yan