“Simpan di meja balkon,” titah Alex kemudian. Malia mengangguk. Ia memaksakan diri terus melangkah meskipun dengan d**a berdebar kencang. Dan ketika langkahnya hampir sampai dan melintasi Alex, Malia merasakan seluruh tulang-tulangnya, terutama tulang kakinya, menjadi lemas. Gadis itu hanya menunduk dan tidak berani menatap Alex. Bertolak belakang dengan Alex, pria itu merasakan getaran aneh yang kerap mengganggunya kembali muncul saat lengan baju Malia hampir menyentuh punggung tangannya. Denyut jantungnya mendadak jadi dua kali lebih kencang. Alex bahkan dituntut untuk menguasai pengaturan napasnya sendiri yang mulai sesak. Dengan hati-hati, Malia meletakkan cangkir teh hangat dan piring berisi roti lapis di atas meja kopi. Setelah mengatur letak pisau dan garpu di sisi piring, Malia b