Hari sudah siang. Yasmin gundah gulana mengingat bagaimana kembalinya sikap iblis Mike. Yasmin bingung harus bagaimana menyikapi sikap Mike yang tak bisa ditebak itu.
Sampai Yasmin mendengar suara deruan mobil memasuki halaman villa mewah itu. Yasmin segera melihat siapa yang datang dari balkon kamarnya. Jantung Yasmin berdetak kencang melihat mobil Mike sudah kembali. Namun, ada satu hal yang paling membuat jantung Yasmin berdetak kencang.
"Honey, kenapa sih harus malah makan di rumah? Kita kan bisa makan di restoran yang lebih banyak menu enaknya," ujar wanita yang menggandeng tangan Mike.
Mike menoleh dan menatap tajam wanita itu dengan sorot mata tak suka. "Jika kau ingin makan di restoran, pergilah!"
Senyuman yang dari tadi terpancar di bibir wanita itu pun surut saat Mike membentaknya. "It's ok, Mike. Kita makan di sini, kamu tidak perlu membentakku." Wanita itu menoleh pada Yasmin yang saat ini hanya mematung melihatnya. "Kau ... bikinin aku minum dong! Jus mangga juga boleh."
Yasmin menelan saliva, lalu mengangkat wajahnya dan sedikit melirik pada Mike yang sudah duduk di meja makan. Mike tak melirik sedikit pun pada Yasmin. Karena takut Mike marah, Yasmin akhirnya beranjak untuk melakukan apa yang wanita itu suruh.
"Tidak, Nona. Tetaplah duduk di sini karena Anda bukan pelayannya. Biar saya saja yang membuatnya." Dengan kesal, Jumi beranjak dan berlalu ke dapur.
Yasmin semakin di buat canggung dan takut setelah kepergian Jumi. Apalagi wanita itu menatapnya dengan tak suka lalu Mike juga tak peduli sedikit pun pada Yasmin. Sampai suara manja menjijikkan itu keluar dari mulut si wanita semakin membuat Yasmin sakit hati.
"Honey, malam ini kita ke hotel lagi kan? Aku rindu padamu," ucapnya sangat manja, namun, anehnya Mike tak melirik wanita itu sama sekali dan tetap fokus pada makannya.
"Honey, kenapa kamu diam saja?" Wanita itu sedikit merajuk.
"Apa kau tidak ingin makan? Jika kau tak ingin makan maka pulanglah!" Mike beranjak dari tempat duduknya lalu segera mencuci tangan karena selera makannya hilang.
"Ini pasti gara-gara kamu! Mike tidak pernah bersikap seperti ini padaku sebelumnya!"
Yasmin hanya bisa menunduk dan menahan sakit hatinya karena Mike sungguh tak menganggapnya ada. "Kenapa karena saya, Kak?"
Wanita itu mendelikkan matanya mendengar panggilan dari Yasmin. "Kak? Enak saja kamu panggil aku Kakak. Aku bukan Kakakmu, panggil aku Nyo-nya," sentak wanita itu. "Nyonya Sintya."
"Nyonya Sintya, mohon maaf saya keberatan. Karena seharusnya Anda lah yang memanggil Nyonya Yasmin, Nyonya. Karena Nyonya Yasmin adalah istri Tuan Mike, bukan Anda," samber Jumi tak terima.
Wanita bernama Sintya itu memutar bola matanya. "Iya isteri, isteri yang tak di inginkan, bukan? He he. Kamu tidak perlu banyak berharap pada Mike, gadis kampung! Jangan kan kamu yang hanya gadis kampung tak berkelas. Lihat aku, aku yang model kaya gini saja Mike selalu tak ingin menikahiku."
"Tentu saja Tuan Mike tak ingin menikahi Nyonya, karena Nyonya Sintya dan Nona Yasmin memang berbeda," jawab Jumi lagi dengan seringai mengejek, membuat Sintya semakin meradang.
"Apa maksudmu? Dasar pembantu tak punya sopan santun!" Sintya bangkit dari duduknya.
"He he, maafkan saya Nyonya, karena saya harus mengatakan itu," ujar Jumi dengan sedikit tawa renyah. "Saya hanya ingin memberitahu jika Anda dan Nona Yasmin itu memang beda. Entah itu di mata Tuan Mike, atau pun di mata saya. Kalian sangat berbeda, he he."
Sintya sedikit menaikkan alisnya. "Jelas berbeda lah! Aku cantik, dia dekil iya, kan? Kalau itu, aku setuju."
"Tidak, bukan itu, Nyonya. Kalian sangat berbeda karena pertama, Nona Yasmin adalah istrinya Tuan Mike, sedangkan Anda bukan. Kedua, Nona Yasmin pasti akan sangat malu jika harus menggoda pria yang sudah bersuami, sedangkan Anda tidak."
Ucapan Jumi sontak membuat Cintya semakin marah dan ingin sekali menjambak Yasmin. Sintya pun menarik tangan Yasmin dan mendorongnya ke lantai. Yasmin yang tidak tahu akan gerakan itu, tak sempat menghindar dan alhasil Yasmin tersungkur.
"Aww!! Astaghfirullaah ...." Yasmin meringis.
Jumi langsung merangkul tubuh Yasmin. Jumi jelas tak terima jika sang Nona di perlakukan semena-mena oleh Mike ataupun Sintya. Jumi pasti akan membela gadis malang itu.
"Nyonya, Anda sudah sangat keterlaluan!"
"Bodo, ha ha." Sintya tertawa renyah, namun, tawanya terhenti saat Mike kembali terlihat menuruni anak tangga.
Mike melihat kejadian itu, tapi Mike hanya menatap Yasmin sekilas. "Aku kembali kerja, Bi," ucapnya tanpa mempedulikan Yasmin. "Aku akan pulang telat."
"Apa kau lihat pembantu sialan? Bahkan Mike tak peduli pada Nona mu, he he." Sintya tersenyum puas lalu pergi mengikuti Mike.
"Apa Nona tidak apa-apa?"
"Tidak, Bi. Aku tidak apa-apa, hanya saja aku sakit hati Bi, hiks! Bang Mike bener-bener kembali dingin dan jahat padaku."
Jumi merangkul dan memeluk gadis malang itu dengan erat. "Lain kali, jika Nona dihina atau diejek begitu, Nona harus melawan."
Yasmin menatap Jumi. "Aku takut nanti Bang Mike malah tambah marah, Bi."
"Nona, saya mohon untuk tidak terlalu lemah jika berhadapan dengan Tuan Mike. Anda harus melawan! Tunjukkan padanya jika Anda wanita kuat, bukan wanita lemah."
Yasmin kembali menatap Jumi
"Tapi aku tidak sekuat itu, Bi, hiks!"
"Nona ...." Jumi kembali memeluk gadis muda itu dengan iba. "Saya yakin Nona bisa."
****
Cekiitt!!
Sintya terkejut karena Mike tiba-tiba menghentikan laju mobilnya. "Honey, ada apa?"
Mike menoleh pada Sintya, lalu ditariknya tangan Sintya dan mencengkeramnya kencang. "Apa yang kau lakukan padanya?" bentaknya dengan cengkeraman mematikan. "Berani kamu menyakitinya lagi, maka aku akan menghabisi nyawamu!"
Sintya menggelengkan kepalanya tak percaya dengan ucapan Mike. "Honey, apa yang kau lakukan? Lepaskan tanganku, ini sakit, Honey!"
Sintya berusaha untuk melepaskan cengkeraman tangan Mike, namun, Mike malah semakin mengencangkan cengkeraman tangannya. "Jika kau berani menyakitinya sekali lagi, maka aku tak akan segan-segan untuk benar-benar membunuhmu!"
Sintya semakin tak percaya dengan apa yang Mike katakan. "Honey, jangan katakan kamu menyukai gadis kampung itu? Tidak Honey, kamu milikku dan akan tetap jadi milikku. Aw!! Sakit!"
Cengkeraman Mike semakin kencang lalu tangan Mike yang satunya merangkak ke leher Sintya dan mencekiknya. "Kau pikir kau siapa, hah? Kau tidak berhak mengatur hidupku dan tak akan ada yang bisa mengatur hidupku, termasuk p*****r sepertimu, mengerti!"
Sintya hampir kehabisan napas, apalagi cengkeraman Mike begitu kuat. Sintya sudah hampir mati jika saja Mike tak menarik kembali tangannya. Karena Mike pun tak ingin mengotori tangannya untuk membunuh wanita itu.
"Uhuk! Uhuk! Kamu keterlaluan, Mike!"
Tak mau membuang-buang waktu, Mike turun dari mobil lalu menarik Sintya untuk turun dari mobilnya. "Keluar!"
Sintya yang sudah merasakan amarah Mike pun tak ingin membuat Mike semakin marah. Sintya turun dengan menahan rasa sakit di tangan dan lehernya akibat dari cengkeraman dari Mike. Mike pun melesat pergi meninggalkan Sintya di tengah jalan.
"Kamu keterlaluan, Mike! Akh!" Sintya meringis karena lehernya sangat sakit. "Aku tidak terima ini! Aku pastikan kamu menyesal telah melakukan ini padaku. Tunggu pembalasanku, Mike!"
Cekiiit!!
Mike kembali menghentikan mobilnya. Dadanya naik turun tak beraturan. Entah apa yang saat ini pria itu rasakan, pria itu hanya merasa ada yang salah dengan sikapnya tadi.
"Aku menyukainya? Tidak, aku tidak mungkin aku mencintainya. Semua wanita sama, pel4cur!" Mike menggusar rambutnya.
Bugh!
"Aargh!! Setir mobil pun jadi sasaran kemarahan Mike. "Dia hanya pelampiasanku! Sampai kapanpun hanya pelampisan!"
Mike menggusar kembali rambutnya. Pikirannya begitu kacau mengingat bagaimana perjalanan cintanya dulu bersama sang kekasih. Namun, perjalanan cintanya kandas akibat ulah manusia tak bertanggung jawab yang mengakibatkan kematian bagi sang kekasih.
"Susan, aku merindukanmu, Honey. Cintaku hanya untukmu." Pandangan Mike menatap ke arah jauh, entah kemana, setelah beberapa menit akhirnya Mike kembali menginjak pedalnya.