Bab 1. Pengantin yang dipaksa
Plak!!
Suara tamparan itu begitu terdengar nyaring di kamar pengantin bernuansa romantis. Namun, sepertinya nuansa itu tak sesuai untuk keadaan di kamar itu. Karena di dalam kamar itu, seorang wanita muda tengah menangisi nasib malangnya yang terpaksa harus menikah dengan pria kejam karena hutang sang ayah.
"Kau pikir kau menarik, hah?" sentak pria dewasa itu mengejek wanita muda yang tengah terisak menangisi nasibnya "Jika saja bukan karena belas kasihanku pada orang tuamu, mereka sudah aku penjarakan atau mungkin ku habisi! Jadi jangan macam-macam!"
"Maafkan aku, Om."
Plak!!
Tamparan itu kembali mendarat di pipi basah gadis malang bernama Yasmin. Tamparan yang kembali dilayangkan oleh pria yang beberapa jam lalu sudah menjadi suaminya. Pria kejam tak berperasaan bak iblis.
"Lancang! Aku sekarang adalah suamimu, panggil aku layaknya suamimu," bentaknya lagi.
'Cih, dia ingin dipanggil dengan sebutan layak oleh istrinya. Akan tetapi, dirinya sendiri bahkan menyiksa sang istri hanya karena istrinya belum siap tidur dengannya'. Sungguh malang nasib gadis desa itu. Usianya yang baru berusia 19 tahun, harus menikah dengan pria berumur 35 tahun karena hutang sang ayah.
Malam pengantin yang selalu di dambakan oleh setiap mempelai, tak berarti bagi Yasmin. Gadis malang itu hanya bisa meratapi nasibnya dan pasrah akan apapun yang akan di lakukan suaminya untuk keselamatan dirinya juga orang tuanya. Sebab, Yasmin tahu, Mike Lewis, seorang pria bule berdarah dingin terkenal kejam dan bengis, menikahinya hanya untuk mencari kepuasan saja.
Tak ada belas kasihan Mike untuk Yasmin. Karena pernikahan itu hanya untuk jaminan akan hutang ayah Yasmin yang tidak bisa membayarnya. Jika bukan karena itu, Mike tak pernah berniat untuk menikahi gadis lugu tak bermodel seperti Yasmin. Selama ini wanita yang mengelilingi Mike adalah wanita-wanita modern yang seksi. Tapi Yasmin? Gadis lugu dengan baju lusuhnya tak membuat Mike berselera sedikit pun.
"Buka bajumu! Aku ingin tahu wanita berjilbab itu apa benar masih suci atau tidak," bentak Mike lagi.
Yasmin tak ingin melepaskan bajunya karena malu. Mungkin jika Mike bertindak dengan lembut tak akan membuat Yasmin takut. Namun, bukanlah Mike jika harus berbuat lembut pada wanita yang tak dia inginkan.
Brebeeet!!
Akhirnya baju itu di tarik paksa dan robek memperlihatkan kulit mulus Yasmin. Yasmin semakin takut tapi tak berdaya. Mike menarik tubuh yang bergetar itu dengan kasar.
Tanpa kata-kata mesra, tanpa belaian lembut, pria dewasa itu menyentuh Yasmin. Akhirnya pergulatan panas itu terjadi. Tak ada rasa bahagia tak ada nikmat, yang Yasmin rasakan hanyalah sakit lahir batinnya. Tangis pilu kesakitan itu tak membuat Mike iba, tangis pilu itu justru malah semakin Mike berbuat lebih buas.
Mike baru mengakhiri aktifitas panas itu saat dirinya sudah mencapai puncak. Tanpa mengucapkan sepatah katapun pada Yasmin, Mike meninggalkan si gadis malang. Yasmin kembali terisak dalam keadaan tak berdaya dan kacau.
Yasmin meremas tubuhnya dan memeluknya erat dalam tangisan pilu itu. Tak pernah terbayangkan olehnya akan merasakan sakit seperti saat itu. Yasmin teringat pada pria yang telah dia sakiti karena terpaksa harus menikah dengan pria kejam seperti Mike.
"Bang Iwan, maafkan aku. Yasmin cinta sama Abang, Bang, hiks! Maaf aku sudah menyakitimu," lirih Yasmin di tengah tangisan pilunya.
Iwan, pria baik hati yang mencintai Yasmin. Namun, cinta mereka harus kandas karena Yasmin harus menikah dengan pria kejam seperti Mike karena hutang sang ayah. Iwan tak mampu menghentikan keputusan Yasmin, karena dirinya tak mampu melunasi hutang ayah Yasmin. Jika saja Iwan bisa, ingin sekali Iwan membayar lunas hutang ayah Yasmin pada Mike.
Yasmin terus menangis dengan tubuh yang terasa remuk. Mike tak sedikit pun memperlakukannya dengan lembut saat menyentuhnya tadi. Mike begitu kasar tak berperasaan sama sekali.
Perlahan Yasmin tak sadarkan diri karena kelelahan menangis. Rasa lelah di jiwa raga pun membuat Yasmin tak sanggup menahan kelopak matanya lagi untuk tertutup. Selain itu juga, Yasmin tentunya kehabisan tenaga ulah Mike yang menggauli Yasmin dengan paksa.
*****
Suara burung berkicau terdengar indah di telinga Yasmin. Sinar Matahari pun semakin terasa menyorot mata Yasmin. Hingga akhirnya mau tidak mau, Yasmin membuka matanya dengan ragu.
Badan Yasmin masih terasa remuk, bahkan untuk bangun saja rasanya tak sanggup. Yasmin mengedarkan pandangannya, matanya pun tertuju ke arah balkon kamar besar itu yang pintunya terbuka lebar. Terlihat pemandangan yang sangat indah dari atas balkon itu.
Yasmin menajamkan pandangannya ke sisi sudut balkon. Dan ternyata pria kejam itu tengah menatapnya. Sontak, Yasmin menundukkan pandangannya.
Yasmin masih menunduk. Bukan malu, tapi takut pada sorot mata Mike yang terlalu tajam menurutnya. Yasmin baru sadar kini bajunya sudah terpasang kembali di badan. Padahal semalam Yasmin ingat betul jika dirinya belum memakai baju karena terlalu lelah meratapi nasibnya.
"Apa Tuan Mike yang memasang bajuku?" batin Yasmin.
Yasmin merasa malu mengapa tidurnya begitu pulas sampai di pakaikan baju saja Yasmin tak terasa sama sekali. Mungkin Yasmin begitu lelah lahir bathin sehingga tak sadar saat suaminya memakaikan baju. Saat Yasmin masih terdiam dan menunduk, terdengar langkah kaki mendekatinya. Sontak Yasmin semakin meremas jari-jarinya karena takut.
"Apa ini yang harus dilakukan seorang istri, hah? Bukankah katanya kamu wanita solehah? Bangun siang dan tak melayani suaminya dengan baik, apa itu yang disebut wanita sholehah?" sentakan itu jelas membuat Yasmin semakin takut.
"Maafkan aku, Bang," ucap Yasmin ragu.
Ragu akan panggilannya kali ini pada Mike. Pria jahat itu terdiam sejenak. Mungkin merasakan nyaman atau tidaknya panggilan dari sang istri.
"Cepatlah mandi! Aku tak suka pada orang pemalas. Segera turun dan siapkan makanan untukku, aku ingin makan masakanmu."
Tak ingin membuang-buang waktu yang akan membuat suaminya marah. Yasmin langsung beranjak dari tempatnya. Walau masih merasakan sakit di sekujur badannya apalagi di bagian sen***ifnya karena tadi malam adalah malam pertama Yasmin disentuh pria.
Namun, Yasmin tetap harus mengabaikan rasa sakit itu daripada harus membuat suaminya kembali marah. Tak ingin Yasmin meminta perhatian lebih dari sang suami, hanya tidak marah saja, Yasmin sudah sangat bersyukur.
Yasmin turun dari lantai atas menuju dapur. Yasmin menoleh ke kanan dan kiri bingung karena belum tahu di mana letak dapurnya. Untuk bertanya pun, di rumah itu seperti tidak ada siapa-siapa.
Setelah melangsungkan akad nikah di kampung Yasmin, Mike membawa Yasmin ke Villanya. Tentu saja itu karena agar Mike bisa dengan leluasa menyakiti Yasmin. Mike tak ingin ada yang menggangu misinya menyakiti gadis itu.
"Di mana ya, dapurnya." Yasmin terus menelusuri ruangan di rumah itu sampai akhirnya Yasmin menemukan tempat masak yang di carinya.
Yasmin membuka lemari es di dapur itu. Yasmin di buat takjub akan isi dari lemari es itu. Banyak sayuran segar serta buah-buahan yang sudah tertata rapi di kulkas itu.
Yasmin mengernyit heran. "Siapa yang sudah mengisi kulkas ini? Apa Tuan Mike?" tanya Yasmin pada dirinya sendiri. Karena Yasmin tak menemukan siapa pun di rumah itu selain Mike.
Setelah mengambil semua bahan yang akan Yasmin masak. Yasmin cepat-cepat mengiris dan memasaknya. Bau harum itu begitu semerbak membuat perut Yasmin sendiri keroncongan karena tenaganya pun semalaman telah terkuras habis oleh sang suami.
"Alhamdulillah, selesai. Semoga Tuan Mike suka masakanku."
Yasmin segera menghidangkan masakannya dengan sebagus mungkin menurutnya. Hatinya deg-degan saat Mike terlihat turun dan berjalan menuju meja makan. Tentu saja Yasmin takut jika masakannya tak sesuai dengan selera Mike.
"Apa sudah bisa makan?" Mike pun duduk saat masakannya sudah terlihat siap. "Ambilkan itu," ucapnya lagi pada Yasmin dengan menunjuk pada masakan yang diinginkannya.
Pemandangan yang mengiris hati setiap orang. Dimana seharusnya sepasang pengantin baru itu menikmati kebersamaan layaknya sepasang suami istri. Bahkan biasanya mereka makan sepiring berdua untuk menambah keromantisan sepasang pengantin baru.
Namun, semua itu nyatanya tidak berlaku untuk Yasmin. Yasmin berdiri mematung menemani Mike layaknya pembantu dengan majikan. Pria kejam itu bahkan tak memiliki rasa kasihan sedikit pun.
Yasmin meremas jari-jarinya takut masakannya tidak enak. Tapi setelah melihat Mike memasukkan makanannya berkali-kali, Yasmin lega dan yakin jika masakannya tak bermasalah. Yasmin bersyukur suaminya tak marah karena masakan yang tak cocok dengan lidahnya.
"Alhamdulillah, terima kasih ya Allah," batin Yasmin tersenyum lega.
Selesai makan Mike pergi begitu saja tanpa mengucapkan terima kasih atau hanya sekadar menawari Yasmin makan. Yasmin menelan salivanya dengan pasrah akan perlakuan suaminya. Setelah itu Yasmin segera membereskan meja makan itu agar dirinya bisa makan juga setelah membereskan meja itu.
Namun, selang beberapa menit setelah kepergian Mike. Yasmin di kejutkan dengan teriakan Mike yang memanggil namanya dengan teriakan menjelegar.
"Yasmiiin!!
Yasmin buru-buru mencari keberadaan sang suami agar tidak menambah kemarahannya. "Iya, Tuan."
Mike langsung mengumpati dan terus memaki Yasmin dengan tanpa ampun. "Dasar gadis bod*h, apa yang kamu masak tadi, hah?"
Yasmin terkejut dengan pertanyaan Mike. Mike menggaruk badannya yang merah-merah. Tubuh Yasmin kembali bergetar hebat karena yakin apa yang dimasaknya bermasalah pada tubuh Mike.
"Sup kacang merah pake iga sapi, Bang," lirih Yasmin pelan dengan tubuh bergetar.
"Aku alergi daging sapi, Yasmin! Kau harus bertanggung jawab untuk menormalkan hormonku!" Mike menarik tangan Yasmin dan membaringkannya ke sofa.
Sungguh hati Yasmin begitu teriris dan tersakiti. Suaminya bahkan memperlakukan Yasmin lebih buruk dari pe**cur. Mike menggauli Yasmin di ruang tamu tanpa punya rasa kasihan sedikitpun. Tangis pilu Yasmin begitu menyayat, karena luka semalam saja belumlah sembuh. Kini luka lahir batin itu kembali dirasakan Yasmin.
"Ampun, Bang, hiks!"