Januari yang lalu….
Setelah mendapati Naura hamil, seharusnya Rubi senang. Dengan begitu kehamilan sang istri bisa mematahkan diagnosis dokter yang membuat Rubi was-was akan diceraikan oleh Naura.
Ya, Rubi mengira akan diceraikan jika dirinya benar-benar mandul bukanlah tanpa alasan. Bagaimana tidak, selama tiga tahun berpacaran dan tiga tahun menikah … totalnya ada enam tahun, harapan Naura tetap sama. Wanita itu ingin menjadi seorang ibu seutuhnya dengan cara melahirkan bayi dari rahimnya sendiri.
Sampai kemudian, mereka melakukan serangkaian tes dan hasilnya Rubi mandul. Hanya Rubi yang tahu hasilnya dan meminta dokter agar Rubi sendiri yang memberi tahu hasilnya pada sang istri. Tentunya sebelum memberi tahu Naura, Rubi mencoba mencari second opinion dulu, ia melakukan serangkaian tes di tempat lain dan hasilnya sama. Pria itu tak bisa punya anak.
Sedih dan hancur? Itu pasti. Lebih sedih lagi, saat memikirkan kemungkinan Rubi harus bercerai dengan Naura yang sangat dicintainya. Siap tidak siap, Rubi memang harus merelakan Naura menikah dengan pria lain yang bisa mewujudkan harapannya itu.
Sampai pada akhirnya, Rubi mendengar dari mulut Naura sendiri kalau istrinya itu sedang hamil. Rubi jelas tidak merasa terharu apalagi senang karena faktanya … kemungkinan besar itu anak dari pria lain. Dalam kata lain, Naura berselingkuh.
Namun, Rubi bukan orang yang gegabah. Itu sebabnya ia memutuskan mencari bukti. Jika Naura terbukti bermain di belakangnya … justru Rubi-lah yang akan menceraikan wanita itu. Rubi pun memutuskan untuk merahasiakan kemandulannya.
Ternyata Tuhan membuat semua ini menjadi mudah. Hanya dalam waktu singkat, Rubi mendapatkan bukti perselingkuhan istrinya. Rubi bahkan memergoki mereka yang check-in di sebuah hotel murah. Saat menggerebeknya, Naura dan selingkuhannya itu dalam keadaan tanpa busana. Sungguh tidak tahu malu, bukan?
Setelah itu, Rubi langsung mengajukan gugatan cerai ke pengadilan. Tak butuh waktu lama, setelah melalui proses sidang dan segalanya yang serba sat-sit-set … akhirnya Rubi resmi menyandang status duda.
Setidaknya ada satu hal baik dari perpisahannya dengan Naura yakni … wanita itu tidak banyak menyangkal karena memang benar wanita itu berselingkuh. Naura juga tampaknya mencintai pria yang menjadi selingkuhannya. Dengan begitu, Rubi tidak perlu repot-repot melalui drama perceraian yang rumit.
Setelah itu, Rubi langsung meninggalkan Jakarta untuk mengalihkan rasa frustrasinya. Ia lalu mendatangi tempat yang pernah kakeknya ceritakan dulu. Rubi ingat betul saat mendiang kakeknya pernah bercerita … minimal sekali seumur hidup, berliburlah ke Senjaratu.
Saat Rubi datang ke sana yang tujuannya hanya untuk berlibur, pada hari pertama pria itu langsung memutuskan akan menetap dalam waktu yang tidak sebentar. Ia jatuh cinta pada kenyamanan yang Senjaratu miliki. Itu sebabnya Rubi tanpa ragu menginvestasikan uangnya untuk membangun kerajaan bisnisnya di sini.
Kabar baiknya, warga sekitar sangat menyambutnya dan tidak keberatan sama sekali dengan berbagai aktivitas yang Rubi lakukan dalam upayanya untuk move-on.
Rubi sungguh tidak memedulikan apa pun lagi, bahkan tak seorang pun yang tahu dirinya berada di Senjaratu, termasuk ibunya. Ia hanya pamit ingin menenangkan diri dan sampai detik ini belum kembali lagi. Rubi juga mengganti nomornya.
Satu hal yang Rubi sadari, Senjaratu adalah tempat yang sangat tepat untuk didatangi saat patah hati. Rubi yang tidak mengenal siapa-siapa, kini hampir mengenal seluruh warga dan mereka semua juga mengenal Rubi. Rubi bisa dikatakan berhasil keluar dari masa sulitnya setelah datang ke tempat baru sekaligus bertemu orang baru di sini.
Sekarang, bulan Mei yang hampir berakhir, Senjaratu kedatangan Zea yang sama sekali tak pernah Rubi bayangkan sebelumnya. Baik, Zea memang tak mengenalnya, tapi Rubi mengetahui siapa wanita itu.
Ya, Zea adalah calon istri dari Jefry, selingkuhan Naura.
Sekarang pertanyaannya … apa Zea datang ke Senjaratu untuk kepentingan yang sama dengan Rubi yakni mengobati patah hati?
Juga, kenapa harus Senjaratu?
Ini kebetulan atau takdir?
“Zea, Rubi ini sangat bisa dipercaya dan diandalkan di Senjaratu ini. Jadi, jangan takut. Saya jamin kamu bakalan nyampe ke kosan dengan aman,” jelas Jati. “Soalnya saya ada kerjaan yang nggak bisa ditunda, makanya nggak bisa ikut antar kamu. Maaf ya.”
“Bukan masalah, Pak. Aku justru berterima kasih banget karena udah disambut.”
Jati tersenyum. “Kalau begitu saya duluan, ya. Jangan lupa bawain barang-barang Zea, Rub,” ucap Jati sambil menyikut lengan Rubi.
Zea mengangguk sopan dan setelah itu Jati pamit menuju tempat motor matic-nya diparkirkan.
Kini hanya ada Zea dan Rubi. Mereka berdua berjalanan beriringan menuju parkiran mobil.
“Barang-barang kamu cuma satu koper ini?” tanya Rubi sambil berjalan beriringan dengan Zea.
“Ya. Sebenarnya aku ke sini agak dadakan jadi nggak banyak persiapan.”
“Kamu … dimutasi ke sini?”
“Ya, begitulah,” jawab Zea. Mana mungkin ia menjawab dirinya yang mengajukan mutasi, pasti semua orang akan heran dan Zea sedang tidak ingin mengungkit peristiwa batal nikahnya meskipun ia merasa tidak ada salahnya membicarakan ini dengan orang asing.
Tahan Zea, jangan sampai langsung meluapkan segalanya bahkan baru aja menginjakkan kaki di tempat ini….
Tak lama kemudian, Zea sudah masuk ke mobil yang akan Rubi kemudikan. Bukan mobil mewah dan tentu saja keluaran lama. Namun, Zea merasa nyaman, apalagi wangi-nya tidak membuatnya pusing.
“Kamu pernah ke sini sebelumnya?” tanya Rubi tepat setelah menjalankan mesin mobilnya.
“Belum. Ini pertama kalinya.”
“Kalau begitu, selamat datang di Senjaratu. Semoga betah di sini.”
“Terima kasih.”
Bersamaan dengan itu, mobil yang Rubi kemudikan mulai melaju meninggalkan pelabuhan.
Seiring mobil berjalan … kenapa Zea merasa jantungnya malah berdetak tak wajar saat duduk di samping Rubi begini? Padahal pria itu sedang fokus menatap jalanan di depannya.
Wajahnya yang tampan, tubuh yang sempurna, cara bicara yang santun … apalagi cara Rubi menatap Zea. Mana mungkin Zea tidak merasakan hal janggal?
Tentu saja, Zea deg-degan.
Di hari pertamaku berada di sini, kenapa langsung bertemu pria seperti Rubi Adnan?