Malam bertabur ribuan bintang menghiasi langit yang temaram. Kedip cahayanya begitu menentramkan jiwa, seolah siapa pun yang menatapnya seolah tak ada rasa sepi. Si Mbah memandang bintang itu dengan seribu pertanyaan yang berkecamuk dalam pikirannya. Sesekali langkah kakinya mondar mandir seperti sedang kebingungan. Tatapan matanya terarah menuju jalan, seolah sebuah harapan telah bersemayam dalam batinnya. Si Mbah sedang menunggu, seseorang yang sangat berarti dalam hidupnya, cucu yang amat disayanginya. Tak biasanya Rana pulang larut malam seperti ini, si Mbah masuk ke dalam rumah dan matanya mendapati jarum jam sudah mendekati angka sebelas. Si Mbah semakin tak karuan, Tak lama si Mbah pun mengambil langkah seribu. Tak dipedulikannya malam yang semakin larut. Dengan