Melawan Trauma

1156 Kata
"Tidak. " "Tidak, jangan...!" Swana menggelengkan kepala berkali-kali di tengah tidurnya. Bayangan gelap yang muncul di mimpinya lalu ingatan tentang rasa sakit luar biasa di bawah perut kembali menghantui tidur Swana. "Hiks, ampun~" Ford adalah orang pertama yang mengetahui Swana mengigau karena kebetulan harus menyelesaikan data untuk besok di kamar. Dia pun mendekati Swana yang penuh keringat dingin dan mengigau kesakitan. "Jangan, ampun hiks. " Ford memperhatikan mata Swana yang tertutup. Air mata berderai dan gerakan tubuhnya gelisah. Ford tau jika Swana kemungkinan besar Swana memimpikan malam itu. "Apa dia sering mengalami mimpi buruk seperti ini. " Tangan besar Ford mengusap wajahnya lalu naik ke rambut. Rasa bersalah muncul di hatinya karena melihat penderitaan yang gadis ini sembunyikan akibat dirinya. Itu diperparah cercaan masyarakat yang membalikkan fakta. Meski ia harus akui jika juru bicara perusahaan dan Lawyer nya yang menciptakan opini itu demi perusahaan. 'Jika gadis itu bukan Swana, pasti gadis itu sudah gila. ' Ford tau jika Swana pernah menjadi buruh cuci di warteg sebelum bekerja di perusahaannya. Dia berjuang sendirian mencari makan di Jakarta sebelum bekerja di perusahaannya. Itulah yang membuat Ford mengira dia kuat menghadapi masalah ini. Ternyata dia kuat di luar tapi rapuh di dalam. Membaringkan diri di samping Swana, Ford mengelus rambut Swana dengan lembut. Dia tidak ingin mengejutkan Swana di malam hari dengan membangunkannya. Ford tau suasana akan canggung jika dia membangunkan Swana dan tau jika dia menyimpan ketakutan dan traumanya sendirian. Sungguh gadis yang sangat baik hati. "Tenanglah Swana, kau baik-baik saja. Ingat kau punya bayi, aku akan menjagamu. " ''Ya benar begitu. Bernafas dengan tenang. Tidak ada lagi kejadian buruk itu. Semua sudah berlalu. " Swana yang tadinya gelisah mulai tenang. Ford menebak jika hal ini bukan yang pertama gadis ini bermimpi buruk. "Mungkin saja karena saat itu dia pingsan, Swana tidak terlalu takut padaku. Tapi akibatnya dia dihantui mimpi buruk di bawah sadarnya. " Dalam pikirannya, Ford memutuskan untuk meminta bantuan temannya yang ahli di tanpa di ketahui Swana. Dan yang tepat memerankannya adalah Betty Sugiarto, teman sejawatnya. Pagi hari, pukul delapan. Swana terbangung di dalam sebuah pelukan hangat seseorang. Dan ketika ia membuka mata, ia menyadari jika pelukan hangat itu adalah milik Ford. Terang saja Swana terkejut. Dia tersentak ke samping agar tubuhnya tidak lagi menempel padanya. Ada rasa tidak nyaman saat dirinya dekat dengan Ford. Mungkin bawah sadarnya menolak untuk dekat dengan Ford. "Selamat pagi, Swana. " "Selamat pagi, Ford. " Swana perlahan turun dari ranjang. Dia ingin mandi untuk menyegarkan diri. "Eit. " "Ford, apa yang kau lakukan?! " pekik Swana terkejut. "Kau baru saja bangun. Pasti merasa pusing. " "Tidak, aku tidak apa-apa. Turunkan aku. " "Iya. " Ford menurut, Swana mendesah lega. " Tapi nanti setelah sampai kamar mandi. " "He? " Senyum tipis terukir di bibir Ford. Itu seolah menghentikan Swana. Pria campuran Indo-Amerika adalah gabungan pria seksi, liar dari darah baratnya, dewa penggoda, gentleman dengan kesopanan. Sesuatu yang langka dan menawan. Swana tidak memiliki peluang untuk tidak jatuh cinta padanya jika terus diperlakukan semanis ini. Mereka tiba di kamar mandi. Ford meletakkan perlahan seolah Swana adalah benda yang berharga. Sekali lagi jantung Swana berdetak lebih cepat karena perlakuan Ford. Entah mengapa, sikap Ford yang manis perlahan mengikis ketakutannya sedikit demi sedikit. . . . Swana mengakhiri mandinya dengan muntah. Meski Ford terlambat bersikap baik hati, lembut dan bijaksana sebagai seorang suami, Swana harus tetap berterima kasih padanya. Di bawah, Ford menunggu bersama seorang wanita berwajah lembut dan menyenangkan untuk dilihat. Swana menghampiri mereka, sebenarnya ingin menyapa meski tampak ragu. Dia takut jika wanita itu mungkin saja orang yang akan menghujatnya, sama seperti wanita lainnya yang ia temui setelah malam terkutuk itu. Swana mulai menunjukkan sikap tidak nyaman dengan menggosok tangan, juga menyelipkan rambut ke telinga. "Halo Swana, aku Betty. Ford memintaku untuk menjadi ahli gizimu. Keputusannya benar dengan menunjukku karena aku dengar, kau terkena anemia. " Wajah Swana cerah akan sambutan hangat Betty, sebab ia merasa hancur jika muncul satu lagi orang yang menghinanya ketika hamil. Dia tidak membutuhkan orang yang membencinya di saat ia diam-diam berjuang melawan antipatinya pada Ford. "Aku Swana. " "Kurasa kita akan cocok Swana. Mulai sekarang aku bisa mengatur menu makananmu agar ibu dan bayi sehat. " Caranya sangat profesional seperti seorang dokter. Dan matanya yang jernih sangat awas meneliti tiap gerak gerik Swana. Betty diam-diam menyimpulkan gesture Swana terhadap Ford dan lingkungannya. Ford pergi meninggalkan Swana dan Betty ke luar rumah. Dan Betty mulai bercengkramah dengan Swana. "Bagaimana harimu? " "Agak mual. " "Itu sering terjadi di awal kehamilan." "Maksudku bukan demikian. Swana kau boleh menganggapku teman atau sahabatmu. Yang kulihat dari dirimu adalah kau sedang berusaha berpura-pura baik-baik saja sedangkan kau tidak demikian adanya. " Swana ternganga, dia mengagumi betapa tepat tebakan Betty terhadapnya. "Aku menebak jika seumur hidupmu kau terbiasa menerima keadaan tanpa mengeluh. Sama seperti yang kau lakukan sekarang. Kau bahkan mati-matian menerima kondisimu meski sebenarnya ada luka di hatimu." "Ja-jadi, apa yang harus aku lakukan, mba Betty. " "Tergantung apa yang kau inginkan, Swana. Mulailah memaafkan dirimu yang mungkin saja, tanpa sadar kau menyalahkan diri sendiri atas peristiwa itu. " Bibir Swana bergetar. Tanpa sadar air matanya mengalir. "Kau gadis yang luar biasa kuat Swana. Tapi kau tidak harus menderita sendiri. Lindungi dirimu, belajarlah memperjuangkan hak dan keinginanmu. " ''Cukup renungkan itu sekarang. Itu adalah awal menjadi wanita dan ibu yang bahagia. Jika kau berhasil melaluinya maka kita bisa membicarakan lainnya. Memaafkan diri sendiri, memperjuangkan hak dan mengatakan keinginanmu. " Swana mulai merasa pencerahan menyelimutinya. "Mbak Betty, makasih sudah ngasih nasehat itu. Jujur aja, aku lega banget habis dengar nasehat mba Betty. " . . . Betty menemui Ford di kantornya. Semua hal yang ia tangkap pada Swana akan ia bahas di sini. "Jadi dia memiliki trauma terhadapmu tanpa ia sadari. Itu karena selama ini dia terbiasa menerima nasibnya yang mungkin kurang menyenangkan dari kecil. " Ford memainkan bolpointnya. "Jadi apa yang harus aku lakukan, Betty. Jujur saja, ini hal baru buatku. " "Tunjukkan ketulusanmu. Dekati dia secara perlahan. Kau memiliki banyak akses untuk menghapus traumanya Ford. " Ford mengangguk-angguk. Nasehat Betty terasa masuk akan baginya. "Aku akan melakukannya. " "Itu bagus. " Betty mengambil tasnya dan bangkit. Tingkahnya yang lugas tapi lembut adalah alasan Ford mau berteman dengannya. "Ford, aku tidak ingin ikut campur dalam urusan pribadimu. Tapi aku tidak ingin kau berada di jalan yang mengerikan. Kenalilah mana yang baik untukmu dan yang tidak. Baiklah, aku pergi. " Ford tidak tau maksud Betty. Dia hanya mengangkat bahunya dan melanjutkan kerja. Yang terpenting bahinya saat ini adalah mendekati Swana agar tidak lagi trauma padanya. "Mungkin bunga bisa menjadi salah satu cara. " Ford menekan tombol telepon kantor, dia menyuruh sekertarisnya mengirimkan bunga ke rumah untuk Swana. "Kirim sepuluh rangkaian bunga ke rumah. " "Baik tuan. " Ford menyeringai tipis. Bayi yang ada di perut Swana adalah harta berharga baginya. Bayi itu serasa mengubah Ford menjadi pria yang memenangkan jackpot. Tbc.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN