Sunyi 'Kata Hati Lisna'

519 Kata
'Sungguh hatiku sudah dibutakan oleh cinta. Sampai mata hatiku tak bisa mengenali siapa mas Danar selama ini. Aku pikir dia begitu bersahaja. Sangat sopan dan berwibawa. Selama empat tahun dekat dengannya sungguh aku tak mengenali kepicikan hatinya. Masih tak percaya keaslian sifat dan kebiasaanya. Yaa Robb, haruskah aku sesali semua keputusan ini. Harusnya aku dulu mau mendengar saran dari teman-temanku. Bahwa mereka bukan keluarga baik-baik. Ah aku tertipu dengan sampul mereka selama ini. Bodohnya aku ini.' batin Lisna bermonolog. Suara adzan sudah Maghrib sudah berkumandang, tapi belum terlihat juga Danar pulang kerumah. Ahirnya Lisna memutuskan pergi ke mushola dekat rumah. Setelah selesai sholat Maghrib ia pun beranjak pulang. Mengecek apakah suaminya itu sudah ada dirumah atau belum. Karna selama sholatpun tak terdengar suara kendaraan melewati mushola. Iya mushola itu letaknya digang jalan masuk ke rumah. "Assalamualaikum." Lisna membuka pintu pelan. Tak ada jawaban, artinya Danar sang suami belum pulang. 'Tak berniat untuk pulangkah dia. Atau barangkali lupa kalau sudah beristri. Kalau tak mau tinggal disini dan masih betah bersama ibunya, lantas kenapa mengajakku tinggal digubuk tengah hutan begini.' kembali batinnya berasumsi sendiri. Lisna mengambil kitab suci Al-Quran, lalu membuka dan mulai murotal pelan. Karna ditengah hutan & sepi, jadi suara pelanpun terdengar sangat keras. Suara adzan isya sudah terdengar. Tapi tak juga nampak sosok yg ia tunggu hadir. Lisna beranjak dan melangkah kembali ke mushola. 'Lebih baik di mushola, ada banyak ibu-ibu, bisa jadi teman.' hatinya berbisik. Selesai sholat Lisna duduk di teras mushola. Sampai habis isi mushola, dan hening merambat kesunyian malam. ia tak kunjung melihat mas Danar nya muncul juga. "Hmm, kemana sebenarnya mas Danar?" Ahirnya ia memutuskan pulang kerumah. mengayunkan langkah dengan santai, berharap suaminya segera pulang. Sesampainya dirumah kembali ia duduk dibalai teras rumah, melipat mukena dan cukup mengenakan jilbab saja. ia meletakkan mukena diatas balai, dan bersandar didinding yg terbuat dari geribik bambu itu. Suara jangkrik dan binatang malam saling bersahutan. Terkadang sesekali terdengar suara burung hantu yg membuat bulu kuduknya merinding. Malam semakin larut, Lisna melirik arloji yang melingkar ditangan kirinya, sudah menunjukan pukul dua puluh satu lebih tiga puluh menit. "Masih belum pulang juga, atau tidak mau pulang? Ya sudahlah, percuma juga aku menunggu. Mungkin mas Danar merasa nyaman dirumah Ibunya." gumam Lisna. Ia memutuskan untuk masuk dan mengunci pintu. 'sudah bisa ku pastikan mas Danar tidak akan pulang malam ini. Biarlah ku nikmati masa pengantin baruku bersama angin malam. Suara jangkrik dan teman-temanya sudah cukup membuatku merasa banyak teman' kembali batinnya berbisik perih. Lisna masuk ke dalam bilik dan merebahkan tubuhnya ke atas balai. Lalu menarik selimut dan menutupi sebagian tubuhnya. ia menatap langit-langit yang hanya terlihat kayu-kayu kecil yang di atasnya tertata rapih genting-genting. Tiba-tiba terdengar rintik hujan turun, angin berhembus menyelinap dari celah-celah geribik bambu yang menjadikan malam semakin dingin. Lisna menarik selimutnya untuk menutupi seluruh bagian tubuhnya hingga ke leher. Setelah melepas kerudungnya dan meletakkan di samping bantal, ia mencoba untuk memejamkan matanya. "Selamat malam kesunyian, kita berkawan sekarang. Temani aku sampai aku terlelap ya. Berikan nyanyian terindahku untukku. Aku yakin kau bahagia berkawan denganku. Karna kita sama, 'sunyi' ." bisik Lisna lirih, yang terdengar sangat memilukan. ________bersambung
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN