Gadis bangun lebih pagi dari biasanya, ia keluar dari kamar dan langsung menuju dapur mengambil beberapa bahan makanan dari dalam kulkas, mencuci beras dan memasukkannya ke dalam penanak nasi. Sambil menunggu nasinya matang, memasak lauk sederhana, hanya sayuran yang ia tumis bersama sosis ayam dan bakso sapi, juga telur dadar sebagai pelengkap menu sarapan mereka.
Gadis melirik ke arah pintu kamar Nicholas yang tertutup rapat, belum ada tanda-tanda lelaki itu bangun.
Ia menata makanan yang sudah selesai dimasaknya di atas meja makan lengkap dengan secangkir kopi untuk Nicholas dan segelas s**u untuknya.
Gadis memutuskan untuk mandi seraya menunggu Nicholas bangun, ia berjalan sambil bersenandung ringan menuju kamarnya, langsung tanpa menghentikan langkah ia berjalan ke kamar mandi yang berada di sudut kamarnya.
.
Jika Nicholas merasa Gadis adalah wanita yang aneh, mungkin itu ada benarnya. Lihat saja kini wanita itu sudah terlihat sangat ceria dengan senyum merekah sempurna, wanita itu mengikat tinggi rambut panjangnya menampakkan bahu mulusnya, karena ia memakai atasan berleher sabrina
kaki jenjangnya juga hanya tertutup hingga atas lutut saja dengan celana pendek bahan yang ia kenakan.
Sepertinya ciuman pertama yang Nicholas curi darinya semalam benar-benar memiliki efek sedahsyat itu pada diri Gadis, hingga seketika wanita itu melupakan semua kesedihannya kemarin.
Wanita itu kembali melirik pintu kamar Nicholas yang masih saja tertutup, ia duduk di kursinya sambil mengetuk-ngetukkan kuku jemari lentiknya di atas meja makan yang terbuat dari kaca, sesaat hingga beberapa saat menanti tetapi Nicholas tidak juga keluar hingga tiba-tiba ada pikiran yang membuat Gadis terperanjat.
"Jangan-jangan Nicholas udah pergi ke kotaku! Dia sengaja enggak pamit sama aku gara-gara kemarin aku larang!" ujar Gadis pada dirinya sendiri, ia langsung berdiri dan berjalan menuju kamar Nicholas.
Perlahan Gadis memutar gagang pintu, berharap pintu itu tidak terkunci. Harapannya terkabul, ternyata Nicholas memang tidak mengunci pintu kamarnya, dengan hati-hati ia mendorong daun pintu hingga sedikit terbuka ia menyembulkan kepalanya dengan hati berdebar-debar karena selama tinggal di rumah itu belum sekali pun Gadis memasuki kamar Nicholas.
Bahkan untuk bersih-bersih saja Nicholas melakukannya sendiri, tapi kali ini dia benar-benar nekad, terlebih lagi saat di kepalanya muncul sebuah ide dan bukan Gadis namanya jika ide yang ia miliki bukan ide gila.
Gadis memasuki kamar Nicholas dengan menjinjitkan kakinya berharap hal itu tidak akan membuat langkahnya berderap, perlahan Gadis mendekati ranjang Nicholas dan mendapati lelaki itu masih mendengkur halus pertanda ia masih lelap dalam tidurnya.
Gadis tersenyum melihat Nicholas yang tidur telentang dengan lengan kanan menutupi matanya, Gadis sedikit menyentuh siku Nicholas dengan ujung jari, Nicholas bergeming seolah ia tak merasakan sentuhan Gadis, wanita itu tersenyum lalu mengedarkan pandangannya ke sekeliling pada dinding di sebelah ranjang tergantung foto berukuran besar, foto Nicholas yang duduk menyilang kaki pada sebuah kursi yang terlihat mewah.
Sebuah foto yang tidak berbeda dengan foto yang Gadis miliki hanya berbeda ukuran saja, entah dari mana foto kecil itu berasal Gadis juga tidak pernah mencari tahu, yang ia tahu selembar foto itu telah membuat dirinya jatuh cinta pada lelaki yang baru ia tahu bernama Nicholas itu.
Gadis mengalihkan perhatiannya pada sudut lain, semuanya tampak tidak menarik perhatiannya, kecuali ....
Gadis bangun dari tepi ranjang yang ia duduki lalu mengambil sebuah bingkai foto berwarna hitam, di dalamnya terpasang foto yang sudah terlihat tua, foto seorang wanita dengan seorang anak lelaki. Seorang anak lelaki yang tampan, sepertinya itu Nicholas karena ia memiliki warna mata yang sama dengan lelaki itu.
Gadis tersenyum mengelus foto yang terlihat penuh cinta itu, tetapi seketika senyumnya memudar berganti dengan sebuah kerutan di keningnya seiring dengan tanda tanya besar yang tiba-tiba menguasai hati dan pikirannya, wanita cantik yang ada dalam gambar itu mengenakan kalung yang sama dengan kalung yang ia kenakan.
Gadis menyentuh kalung yang ia pakai, lalu menyentuh gambar kalung dalam foto itu seolah ia sedang menyamakan keduanya.
"Romo bilang kalung ini hanya dimiliki oleh anggota keluarga wanita Hardjodiningrat, tetapi kenapa wanita dalam foto ini mengenakan kalung yang sama dengan milikku? Lalu apa hubungannya wanita ini dengan Nicholas? Dan ... apa hubungan Nicholas dengan keluargaku, kenapa Romo menyimpan fotonya?"
Hati Gadis bergejolak, pertanyaan-pertanyaan ini seolah berlomba ingin segera di suarakan. Tetapi logika Gadis tetap berjalan, tidak ada siapa pun di tempat itu yang bisa menjawab pertanyaannya.
Gadis mengalihkan pandangannya pada Nicholas yang masih tetap pada posisinya, apakah pria itu bisa menjelaskan tentang rasa penasaran yang kini merajai sanubari seorang Roro Ayu Gadis Hardjodiningrat?
Gadis jadi ingat kalau waktu itu Nicholas tampak sangat tertarik pada kalung yang ia kenakan, dan kemarin lelaki itu juga bertanya tentang keluarganya. Sepertinya memang ada yang Nicholas ketahui dan ia sembunyikan, dan Gadis membulatkan tekadnya untuk menyelidiki semuanya.
Ia letakkan kembali bingkai foto itu di tepat semula, sebuah senyum tercipta di wajahnya.
"Ternyata ikatan kita bukan hanya sekedar apa yang aku rasa Nicholas, meskipun masih sebuah misteri tapi aku yakin kau dan aku memang tercipta untuk menjalani sebuah cerita," bisik Gadis dalam hatinya.
Wanita itu kembali duduk di tepi ranjang, hanya saja kali ini lebih dekat dengan tubuh Nicholas hingga tangannya bisa dengan mudah menyentuh bibir lelaki itu yang sedikit terbuka, dengan ibu jarinya Gadis mengelus bibir lembut itu sama persis dengan apa yang Nicholas lakukan padanya semalam.
Desiran aneh itu kembali Gadis rasakan, sama persis dengan apa yang terasa dalam tubuhnya saat semalam Nicholas menyesap bibirnya.
Perlahan Gadis mulai mencondongkan tubuhnya lebih mendekati tubuh Nicholas yang masih terlelap, ia bisa merasakan terpaan hangat napas teratur Nicholas di wajahnya saat ia semakin mendekatkan wajahnya pada wajah Nicholas.
Gadis memejamkan kedua mata saat ia mulai menempel bibir pada bibir Nicholas, mengecupinya lembut seperti yang semalam lelaki itu lakukan padanya.
Kini ia bahkan menyesap bibir bawah Nicholas, kedua mata Gadis yang semula terpejam tiba-tiba terbelalak saat merasakan Nicholas menyelusupkan lidahnya pada mulut Gadis, kini keadaan berbalik Nicholas menghisap bibir Gadis penuh tuntutan, dan wanita itu sudah tidak bisa berkutik karena secepat kilat kedua tangan Nicholas sudah menahan tengkuknya.
Ada rasa malu yang Gadis rasakan karena ketahuan mencium lelaki itu, tetapi rasa nikmat lebih mendominasi terlebih lagi saat Nicholas mulai mengisap lidahnya, Gadis tidak bisa menghindari tubuhnya yang bergidik nikmat, terutama saat Nicholas memindahkan kedua tangan dari tengkuk Gadis ke punggungnya, memeluk erat wanita itu lalu menarik tubuh rampingnya hingga kini posisinya berada di atas tubuh Nicholas, dan masih dalam posisi saling menyesap.
Nicholas sungguh seorang lelaki sejati, hanya dengan sebuah ciuman tetapi sudah berhasil membuat Gadis setengah gila, wanita itu benar-benar merasa kuwalahan dengan permainan lidah Nicholas di dalam mulutnya.
Suara saling menyesap dan mendecap memenuhi ruangan itu, di tambah dengan lenguhan Gadis yang lolos begitu saja dari mulutnya.
Semakin gemas Nicholas membalikkan tubuh Gadis begitu saja, hingga kini dia berada di atas mengungkung wanita cantik itu dalam pelukannya.
Nicholas mengusap bibir bawah Gadis yang sedikit membengkak karena ulahnya, wanita itu memejamkan kedua matanya lalu kembali membukanya menikmati setiap sentuhan yang Nicholas lakukan padanya.
Nicholas menyapukan lidahnya memutar pada bibir Gadis, spontan wanita itu membuka mulutnya yang mendamba sentuhan lebih dalam dari lelaki itu, sentuhan yang membuatnya merasa gila.
Ia merasa frustasi karena Nicholas hanya melakukan gerakan memutar lidah pada bibir Gadis tanpa mau membalas belaian lidah Gadis. Nicholas tersenyum miring penuh kemenangan melihat Gadis yang tampak penasaran, seolah ingin selalu melahap bibir dan lidahnya.
Nicholas mengangkat kepalanya lalu tersenyum melihat wajah Gadis yang memerah menahan gairah yang sudah Nicholas kobarkan.
"Cepat keluar dari kamarku atau kamu akan habis aku makan," bisik Nicholas membuat kedua mata Gadis yang semula sayu menjadi terbelalak.
Gadis menatap Nicholas dengan napas yang masih tersengal.
"Kamu boleh memakanku," jawab Gadis, sengaja menggoda Nicholas.
Lelaki itu malah tersenyum miring mengejek, "aku tidak berselera!"
"Apa? Kamu sudah menyentuhku sejauh ini dan bilang kalau tidak berselera? kamu menghinaku!" Gadis tersungut sambil menatap lelaki itu tajam.
"Aku hanya kasian padamu, seperti kamu begitu ingin aku menyentuhmu hingga kamu mencium bibirku saat aku tidur!" jawab Nicholas sambil tersenyum penuh ejekan.
"Kamu? Tapi kamu yang lebih dulu menciumiku saat aku tidur semalam!" Nicholas terdiam, ia tidak menyangka jika Gadis menyadarinya.
"Lepaskan!" Gadis mendorong tubuh Nicholas hingga terguling ke samping, wanita itu segera bangun dengan pakaian dan rambut acak-acakan.
Gadis berlari kecil keluar dari kamar Nicholas, lalu membanting pintu dari luar.
"Hancur rumahku jika dia terus di sini!" Gerutu Nicholas lalu tersenyum lebar sambil mengusap bibirnya, rasa ciuman Gadis masih terasa membuat getaran itu kembali menguasai hatinya.
Nicholas bangun dari ranjang, dan terkejut melihat sesuatu yang terjatuh dari tubuhnya, lelaki itu membungkuk untuk mengambilnya.
Ia mengamati benda yang ada dalam genggamannya, kalung Gadis.