09 - Cobaan

1253 Kata
Sesuai dengan izin yang ia terima, kini Bella dan Grego berada di kediaman Raina. Dengan membawa beberapa koper dibantu Bodyguard nya, ia melangkah masuk. "Excuse me," ujar Bella sopan. Alena yang kebetulan lewat langsung sumringah, "Ayo Bel masuk." "Salim dulu sama Omi," titah Bella. Grego yang masih mengantuk pun memaksakan diri agar matanya terbuka "Omi," lirihnya karena mengantuk. Alena mengecup pipi cucunya yang kembali terlelap. "Kamu antar Gre ke kamar dulu aja Bel." "Iya Ma." Ting Tong Ting Tong "Siapa sih bertamu kok gitu," gerutu Alena lalu membuka pintu. "Halo Aunti," sapa tamu tersebut lalu tersenyum lebar. Alena mengerutkan dahinya bingung. Tak lama ia tersadar dan mendelik "Kamu gak pernah kesini. Sekalinya kesini bikin rusuh," omel Alena membuat tamu tadi cengengesan. "Ya maaf Aunti. Ponakannya kan beneran sibuk banget." "Dah lah. Masuk sana Raf. Jangan berisik lagi," peringat Alena karena tingkah Rafel sangat berbeda dengan sang Abang, Erlang. "Iya Aunti iya." Rafel mendumel karena Alena terus saja memojokkan dirinya. Sore harinya Raina turun bersama Baby G yang anteng di stroller nya. "Turun ya," ujar Raina sambil menurunkan ketiga anaknya supaya bermain di karpet. Alan langsung menyanggah badannya di sofa. Berusaha agar bisa berdiri tegak. Setelah berhasil, si sulung yang wajahnya sangat tampan itu langsung bertepuk tangan heboh. Namun euforia itu tak bertahan lama karena detik selanjutnya Alan langsung terjengkang. "Nda...nda...." panggil Chacha dengan berteriak. Memang akhir-akhir ini gadis cilik itu sudah bisa memanggilnya 'Nda' Raina ikut bergabung dengan ketiga anaknya yang asik dengan kegiatannya masing-masing.  "Kalau Gala capek, bilang ya," ujar Raina lalu mengecup kening si bungsu. "Mau dengerin Bunda cerita gak?" tanya Raina kepada Baby G. "Au Nda," sahut Chacha antusias. "Kalian bertiga duduk sini." Ketiganya langsung mengambil posisi di hadapan Raina. "Bunda mau cerita sama kalian tentang seorang perempuan yang semasa hidupnya punya banyak cobaan." Alan, Chacha, dan Gala menatap Raina dengan pandangan polos.  "Co..ban?" ulang Alan lalu mengedip. "Co." "Co...." "Ba." "Ba....." "An." "An..." "Cobaan." "Coban," kata Alan heboh. "Cob...ba," sahut Chacha percaya diri. "Oban." timpal Gala lalu tergelak. Raina menepuk keningnya pelan. Baby G nampak sangat menggemaskan ketika belajar berbicara seperti ini. "Alan." Suara panggilan Grego dari tangga membuat Alan memekik. "Le..." panggil Alan melambaikan tangannya. Grego langsung meminta turun dari gendongan Bella dan berjalan tertatih. Brugh "Huuaaaaa Mama," Tangis Grego seketika pecah karena jatuh dengan posisi telungkup. Bella tergopoh dan langsung mengangkat anaknya. "Ya ampun Gre. Kenapa baso aci nya pindah ke jidat kamu," gerutu Bella karena melihat benjolan di jidat Grego. "Astaga. Sini Omi kompres," ujar Alena menarik Grego. Bocah itu menurut dan merangkul erat leher Alena. "Mbak, tolong ambilin kompresan ya." "Iya Nya." Mbak Desy yang kebetulan lewat pun langsung menuju dapur. Tak lama Mbak Desy kembali membawa baskom berisi air dan handuk kecil. "Makasih Mbak." Mbak Desy mengangguk dan kembali fokusnya pada si cantik Chacha. "MAMA...MA..AKU DATANG!!!" Suara menggelegar dari luar membuat Grego bersorak. "PAPA!!!!" Grego langsung berlari tak tentu arah ketika melihat Edgar sudah memasuki ruangan. "Halo Grego. Kenapa itu kok melendung? Kan jadinya gak tampan lagi," celetuk Edgar lalu mengangkat Grego. Dari tempatnya, Gala melihat bagaimana seorang Edgar memperlakukan Grego dengan penuh kasih sayang. Mata indah Gala terlihat berkaca-kaca. Ia menahan isakannya agar tak terlihat Bundanya. Ia ingin merasakan bagaimana rasanya disayang oleh seorang Ayah. Namun sepertinya ia harus menelan semua keinginannya karena si bungsu itu tak pernah tau bagaimana rupa Ayahnya. Edgar yang menyadari, langsung menurunkan sang putra lalu membisikkan sesuatu. Grego yang paham menghampiri Gala. Edgar berlalu ke kamarnya karena harus membersihkan diri terlebih dahulu. "Dek kit?" tanya Grego polos. Gala mengedip pelan. Air matanya lolos begitu saja. "Yah...." lirih Gala dengan wajah memerah. "De," panggil Chacha lalu mencium pipi Adiknya. "Yah...Yah...." tangisan Gala memenuhi pendengaran seisi rumah. Raina yang membuatkan s**u untuk Baby G langsung berlari. "Anak Bunda kenapa?" bisik Raina memeluk erat si bungsu. Edgar yang baru saja selesai mandi mengambil Gala dari Adiknya. "Jagoannya Uncle kok nangis?" Edgar menciumi wajah memerah Gala. Ia tak tega melihat keponakannya seperti ini. Keinginan sederhana seorang anak adalah mendapatkan kasih sayang lengkap dari kedua orang tua nya. Raina yang merasa nganggur langsung menggendong Chacha karena wajahnya terlihat murung. Alan sedikit lupa karena diajak main oleh Grego. Memang si sulung itu jarang sekali menangis. Sekarang Edgar dan Gala berada di teras rumah. Keponakan tampannya itu masih menangis sambil memeluk erat Edgar. "Segitu kangen nya sama Ayah ya nak?" batin Edgar mengecupi wajah Gala. "A...yah," lirih Gala semakin mengeratkan pelukannya. Edgar langsung mengelus punggung si bungsu yang terlihat gemetar. "Kamu bisa anggap Uncle sebagai Ayahmu. Kamu juga bisa panggil Ayah ke Uncle," ujar Edgar menepuk pelan punggung rapuh Gala. "Yah," panggil Gala pelan. "Kenapa nak? Gala mau apa?" tanya Edgar lembut. Pria itu merasakan keponakannya menggeleng. "Kita masuk ya? Main sama Abang, sama Kakak semua?" tawar Edgar dan diangguki Gala. Segera langkah tegapnya kembali memasuki ruangan. "Halo Gala," sapa Alena lalu tersenyum. "Mi..." Gala mengulurkan tangannya kepada Alena. Wanita setengah baya itu terkekeh lalu menggendong si bungsu. "Ayo semuanya makan kue dulu." Raina dengan membawa Brownies lalu mendudukkan diri di karpet. Terlihat keempat Baby G itu menghampiri Raina dengan sangat antusias membuat semuanya terkekeh. *** Ya Bapa, dengan segala kerendahan hati aku memohon kepadamu untuk memberikan kami kekuatan. Akhir-akhir ini keluarga kami mendapat banyak sekali cobaan diantara nya perkara kesehatan. Beri kami semua kekuatan Tuhan untuk bisa melewati semua rintangan yang telah engkau persiapkan sedari kami belum diciptakan Av bersimpuh di depan Altar dengan air mata yang mengurai. Karena tak mungkin menjadi gadis alay yang harus membagikan kehidupannya di sosial media, Av lebih memilih untuk bercerita segala keluh kesahnya terhadap Sang Raja. El yang sudah selesai berdoa pun turut menunggu kekasihnya berkeluh kesah terhadap Tuhan. Tempat ternyaman ketika berada dibawah kakinya. Menyembah dengan segenap hati. "Sudah hm?" tanya El saat melihat Av sudah selesai dengan wajah sembabnya. Memang setiap selesai berdoa, Av selalu menampilkan wajah seperti ini. Av mengangguk kecil dan mengelap wajahnya dengan sapu tangan. Kini keduanya berada di gereja untuk mengikuti misa pra Natal yang akan hadir beberapa pekan mendatang. "Langsung pulang?" tanya El saat mereka berada di mobil. "Anterin aku ke tempat Raina ya? Aku mau nginep disana beberapa hari," pinta Av. El mengangguk saja dan mulai menjalankan mobilnya. Sekitar satu jam mobil yang mereka kendarai tiba di rumah yang tidak terlalu besar. El segera mengklakson agar satpam segera membukakan pagarnya. "Tuan El," kaget satpam tersebut. El hanya mengangguk santai. Saat sudah keluar dari mobil, keduanya kaget saat mendengar suara tangisan dari dalam rumah. El langsung berlari untuk mengecek. "GALA HARUS SEMBUH YA." "Rain tenang. Kakak sudah telfon pihak bandara untuk menyiapkan jet pribadi. Kita bawa Gala ke Belanda ya." "Ada apa ini?" tanya El bingung. Semuanya menoleh kearah pintu ruangan. "Bang El," cicit Raina sambil memangku Gala yang terpejam dengan wajah pucat. Disebelahnya Chacha dan Alan terus menangis karena melihat Bundanya juga menangis. Beberapa jam sebelumnya "Ta ta..." Gala berniat mengejar kedua Kakaknya, Alan dan Chacha. Namun keduanya terus merangkak cepat. Dengan kekuatan berlebih, Gala merangkak mengejar keduanya. "Bun hiks, kit," lirihnya memegangi d**a.  Brug! "Astaga Gala!!!" pekik Alena yang baru selesai menyiram bunga. Wanita itu langsung berlari menghampiri cucunya dan merasakan deru nafas Gala tak stabil. El yang mendengarkan langsung mengusap kasar wajahnya. Anak kecil tak akan bisa dibilangin meskipun berkali-kali kita melarang. "Tuan, jet sudah dipersiapkan," ucap salah seorang Bodyguard. Edgar langsung menggendong Gala menuju mobil. Raina yang akan mengangkat kedua anaknya langsung ditahan El. Detik selanjutnya pria itu menggendong keponakannya. Raina dibelakangnya ikut mengejar dan memasuki mobil. Sementara sisa orang dirumah menggunakan mobil lain dan mengambil tas yang akan mereka bawa selama di Belanda. ***
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN