Kaivan duduk merosot di sofa dalam kondisi ruang tamu yang temaram, sambil memijit kening karena merasa pusing. Pertemuan tadi berakhir berantakan, sungguh di luar perkiraan. Kaivan pikir hubungan mereka semakin membaik, nyatanya itu hanya asumsinya belaka. Di balik fakta Kaivan menyamakan Ishana dan Diandra, rupanya Ishana juga bertekad menyelesaikan permasalahan yang terjadi di antara mereka. Ternyata tembok pembatas gadis itu bukan beton, melainkan baja. Terlalu kokoh untuk ditembus, apalagi dihancurkan. PDKT Kaivan pun belum maksimal, bahkan bisa dikatakan jauh dari kata minimal. Bicara tatap muka saja dapat dihitung pakai jari, jadi ... bagian mana yang dinilai bisa menaklukkan Ishana? Tingkat percaya diri Kaivan memang tinggi, tetapi dalam hal pendekatan dia masih kurang. Kehenin