18 Aku memandangi televisi yang menonton kami. Sejak beberapa menit yang lalu kami hanya saling diam, tanpa bersuara sedikit pun. Duduk berjauhan di ruang tengah. Setelah lelah membisu, akhirnya aku beralih memandangi pria buncit yang menundukkan kepala di hadapanku. "Aa', tolong jawab dengan jujur," pintaku lirih. Andre menengadah dan menatapku dengan sorot mata yang sedikit takut. "Apakah Aa' pernah berhubungan intim dengannya?" tanyaku. Dia mengangguk pelan. Aku menutup mata untuk menahan makian yang nyaris saja terlontar dari bibirku. "Berapa kali?" tanyaku lagi sambil meneguhkan hati. Bersiap dengan jawabannya yang mungkin akan membuatku lebih syok. "Gak tau. Gak kehitung," cicitnya. Brrraaakkk! Aku menggebrak meja di depan kami. Membuat semua pasang mata dari rua