35 Aa' Andre juga sudah tertidur dengan mulut menganga. Beberapa kali aku menutup mulutnya dengan bakwan atau gehu, yang langsung dikunyah dan ditelannya dengan semangat. "Aa' teh tidur atau nggak sih?" tanyaku dengan hidung berkerut. "Tidur," sahutnya. "Eta ngejawab!" "Pan ditanya." "Ish!" "Ush!" "Hmmm." "Awuwuwo." Aku sontak mencubit perutnya yang membal. Dia mengikik geli. Tiba-tiba Aa' menarik tanganku, hingga jatuh ke dalam pelukannya. Matanya memandangiku dengan tatapan penuh sayang. "Makasih, ya, Mi. Udah ngizinin papi buat bantu Evita," ucapnya sambil mengecup dahiku dengan lembut. "Sami-sami. Kalau bukan Aa', siapa lagi yang bisa bantu dia," sahutku pelan. "Iya. Tadi di mobil itu papi sempat menelepon pacarnya Evita pakai ponsel dia. Ehh, direject terus. Akhi