Marwa tersentak ketika mendengar bunyi ketukan pintu dari luar kamar. Marwa yang sedari tadi terus memerhatikan pisau dengan saksama bahkan memainkan benda tajam itu, langsung meletakkan kembali pisau itu di atas meja. Ia bangkit dari duduknya dan ia langkahkan kakinya menuju pintu kamar. “Dokter Farhan?” tanya Marwa dengan raut wajah kaget. “Selamat malam, Wa. Kamu belum tidur?” “Aku nggak bisa tidur, Dokter. Entah kenapa mataku sulit sekali terpejam.” “Ternyata kita sama. Bolehkah aku masuk? Aku bosan di kamar sendirian.” “Iya, silahkan.” Marwa mempersilahkan Farhan masuk ke dalam kamarnya. Farhan masuk. Ia perhatikan sekitar kamar Marwa, tidak ia temukan hal aneh yang patut ia khawatirkan. Pria itu pun mendudukkan bokongnya di atas salah satu kursi makan. Pandangan matanya kini te