Pertemuan Kembali

1214 Kata
Gio serta merta terdiam mendengar ucapan sang ibu, mata hazelnya menatap tajam ke arah sang ibu dengan tatapan tidak percaya, dia menggelengkan kepalanya. Menolak semua apa yang didengarnya dari ibunya. “Tidak, Ma. Ini semua tidak benar, kenapa Diana harus mati? Ada janin yang sedang tumbuh di rahimnya. Calon anak kami, Ma. Kenapa Tuhan memberikan cobaan hidup sekejam ini pada ku. Kenapa…?!! Aku tidak akan bisa hidup lagi, Ma? Jiwaku sudah pergi bersama Diana, aku juga akan menyusulnya. Iya, aku akan menyusulnya. Aku akan..akh…!” Gio meronta di pelukan ibunya dan terus berusaha bangkit dari tempatnya, tapi dia sama sekali tidak bisa menggerakkan tubuhnya. Gio pun akhirnya hanya bisa pasrah dan menangis tidak berdaya di pelukan ibunya. Keduanya saling menumpahkan kesedihan, sang ibu terus berusaha menenangkan putranya. Gio terlihat sangat terguncang, dia menangis layaknya seorang anak kecil yang di tinggal orang tuanya. Ibunya tidak pernah melihat Gio menangis seperti itu seumur hidupnya. Bahkan saat kecil pun, putranya itu tidak pernah sesedih itu. Tapi sekarang, melihat Gio putranya dengan keadaan menyedihkan seperti ini, hatinya hancur. Sungguh cobaan kehidupan mereka sangat berat. Beberapa bulan pun berganti, Gio berubah menjadi pendiam dan banyak menghabiskan waktu di kamar saja. Semua sahabat dan teman-temannya silih berganti mengunjunginya, berusaha membautnya tertawa atau iseng mencoba memperkenalkan beberapa gadis untuknya tapi kesedihan yang selalu tergambar di sorot matanya seakan sudah menjadi ciri khas dalam dirinya sehingga walau bagaimana pun semua orang terdekat membuatnya bibirnya itu tersenyum, tetap saja tidak ada satu orang pun yang berhasil. Tiap hari Gio hanya menjalani kehidupannya dengan berdiam diri, kuliah dan pulang ke rumah dan kembali berdiam diri di dalam kamar. Begitulah kehidupan yang dia jalani sampai Gio akhirnya lulus dan menjadi seorang sarjana lulusan terbaik dalam bidang bisnis. Tahun pun berganti, Gio sukses mengelola perusahaan besar peninggalan almarhum kakeknya, Dia telah menjelma menjadi sosok CEO super tampan kaya raya yang berhati dingin. Di gilai semua wanita cantik, sehingga tidak sedikit dari wanita-wanita itu patah hati karena hanya bisa menyentuh tubuh Gio saja dengan cinta satu malam yang indah bersama sang CEO. Merek ingin di cintai oleh Gio tapi tidak satu pun di antara para wanita itu berhasil merebut hati sang CEO. Tidak sekalipun dirinya berpikir untuk mencintai yang namanya wanita. Baginya cinta dan wanita hanya bisa membawa penderitaan. Sampai di umur 37 tahun pun, Gio masih saja hidup bersenang-senang semaunya. Dia menjalani hidupnya hanya untuk kerja dan bersenang-senang dengan para wanita yang dia sukai, bercinta dengan mereka lalu membuangnya setelah puas. Gio benar-benar telah berubah, sejak kecelakaan naas yang merenggut istri tercintanya itu, sikap polos dan baiknya telah hilang bagai tersapu oleh kesedihan yang di rasakan selama bertahun-tahun. Kesedihan itu telah mengubah pribadi baik Gio menjadi sikap dingin dan tidak peduli. Apalagi terhadap wanita yang sedang orang tuanya coba dekatkan kepadanya untuk menjodohkan mereka, tapi wanita-wanita itu selalu berakhir di ranjang Gio dengan tangisan pilu keesokan paginya, hanya karena penolakan Gio yang tidak berperasaan. Sehingga orang tuanya pun putus asa, dan membiarkannya saja melalukan apa pun sesukanya. Mereka tahu, hanya dengan begitu, Gio bisa melupakan kesedihannya selama ini. sekarang putranya itu sudah tidak pernah memperlihatkan kesedihannya sama sekali, dan sudah hidup dengan normal seperti sedia kala meskipun mereka masih khawatir karena umur sang putra yang tidak muda lagi. Gio harus segera mendapatkan seorang pendamping hidup dan mendapatkan keturunan. Tapi mungkin mimpi mereka pun harus terkubur dalam-dalam, karena Gio sama sekali tidak ingin lagi menjalani hubungan dengan wanita selain hubungan ranjang. Sementara itu di sebuah rumah sederhana, tepatnya di sebuah kamar tidur kecil yang panas. Terlihat seorang gadis cantik tengah tertidur dengan lelapnya. Entah karena capek atau karena begadang, tapi sudah jam 7 pagi, dia belum ada tanda-tanda untuk bangun. Tiba-tiba pintu kamarnya terbuka, seorang wanita paruh baya dengan sorot mata penuh kemarahan, melangkah menghampiri gadis itu. Wanita itu langsung menyiramkan air yang ada di gayung. Tak pelak, gadis malang itu pun terbangun dengan tubuh yang basah kuyup. “Dasar anak tidak tahu diuntung..! sudah pagi begini kau masih enak-enakan tidur. Lupa ya, kalau hari ini kau harus mencari kerja? Kau sudah aku sekolahkan sampai lulus SMA dan sekarang, tugasmu untuk membalas budi baikku selama ini. Kau bisa hidup seperti sekarang itu karena kebaikanku, mengerti..!!? jadi ayo bangun, cari pekerjaan dan beri aku uang yang banyak.” Ucap wanita itu lalu keluar dari kamar meninggalkan sang gadis yang sudah menggigil kedinginan. Gadis itu kemudian beringsut dan bangkit dari kasurnya yang basah karena siraman air ibu angkatnya tadi. Sapaan selamat pagi dari wanita yang membesarkannya itu sudah biasa dia rasakan, bahkan hampir di setiap paginya. Perlakuan kasar pun selalu dia terima, itu juga sudah menjadi makanan sehariharinya. Gadis cantik itu menghela napas dalam sebelum kemudian melangkah ke luar kamar dan masuk ke kamar mandi. Gadis itu berdiri di depan jalan menunggu ojek langganannya. Dengan kemeja putih yang sedikit lusuh, dan rok rempel hitam selutut, dengan sepatu hitam flat, dia siap memulai perjuangannya untuk mencari pekerjaan di mana pun rezekinya menggiringnya. Rambutnya diikat simpel ke belakang, yang memanjang sampai di pinggul, terlihat sederhana tapi kecantikan alaminya tidak bisa tersembunyi meski sesederhana adapun penampilannya. Kulitnya putih bersih, meski ada beberapa bekas lebam di sekitar tangannya, juga tidak mengurangi kecantikannya. Ojeknya pun tiba dan mereka melaju menuju daerah perkantoran. “Memangnya kau mau melamar kerajaan di mana, Ayuna?” Tanya tukang ojek yang juga telah menjadi sahabatnya sejak bertahun-tahun. “Aku gak, tahu, tapi aku harus mendapatkan perkerjaan itu hari ini, kalau tidak maka ibu akan marah lagi.” Jawab Ayuna dengan tidak bersemangat. “Aku ada kenalan di salah satu perusahaan besar, tapi kerajaannya di sana hannya OB. Kalau kamu mau, aku bisa menghubungi temanku itu sekarang.” Ucap tukang ojek itu menawarkan. “Ah, beneran kamu Ndra? Wah mau banget dong. Aku mau kerjaan apa aja, yang penting hari ini aku dapat pekerjaan.” Ucap Ayuna bersemangat. “Ok, kita berhenti dulu di sana.” Ucap Indra sambil menepikan motornya di pinggir jalan. Setelah beberapa lama dia berbicara lewat telepon, Indra tersenyum ke arah Ayuna. “Kebetulan temanku itu butuh OB baru untuk menggantikan rekannya yang cuti melahirkan. Jadi hari ini kau bisa masuk dan langsung menemui dia. Kebetulan dia kepala OB di sana. Jadi kau bisa langsung bertemu dengannya saja, setelah tiba di sana.” Jelas indra. “Aaaa..terimakasih.. aku senang sekali. Akhirnya aku bisa bekerja juga. Indria kau memang sahabatku yang sangat baik. ucapnya sambil menggenggam erat tangan pria yang ada di hadapannya itu dengan senyum sumringah di bibir manisnya. Indra pun hanya menatapnya dalam sambil mengangguk. Ayuna menghela napas dalam, dadanya bergemuruh memandangi bangunan super megah yang ada di hadapannya itu. Setelah mengumpulkan segala keberaniannya, dia pun akhirnya melangkah menuju pintu utama kantor. Namun, baru saja dia ingin melangkahkannya kakinya menghampiri jalan masuk, sebuah mobil mewah berwarna hitam tiba-tiba berhenti tepat di hadapannya. Dia pun jatuh terduduk karena terkejut, orangorang yang melihatnya pun hanya menahan senyum melihatnya jatuh tepat di samping mobil itu. Merasa dirinya menjadi pusat perhatian, Ayuna dengan cepat berdiri. Saat pintu mobil terbuka, keluarlah pangeran tampan dari dalam mobil dan langsung berjalan melaluinya. Ayuna hanya bisa menatap takjub dengan apa yang dilihatnya. Apakah dia seorang malaikat? baru kali ini dia melihat pria melihat pria setampan itu, karena posisinya yang masih berdiri tepat di samping mobil Gio, otomatis Ayuna menarik perhatian sang pria tampan. Pria itu menoleh ke arahnya dan akhirnya mata mereka pun bertemu pandang.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN