Mantap Dengan Perasaan

1588 Kata
Suara motor terdengar melambat lalu berhenti di depan rumah Handoko. Tak berselang, suara ketukan pintu terdengar di gendang telinga Handoko. Tangan Handoko meraih gagang pintu, lalu membukanya untuk memastikan siapa yang datang ke rumahnya. Lelaki berbadan tegak dan tinggi sudah berdiri di balik pintu menunggu Si empunya rumah membukanya. "Selamat malam Pak, Deranya ada?" Dengan sopan Aditya bertanya pada Handoko. "Malam juga. Ehm... Aditya iya?" Tanya Handoko sambil memandangi Aditya dari kepala hingga ujung kaki. "Iya Pak." Aditya gugup, sejak dia datang Handoko terus memperhatikannya. "Dera masih di dalam kamarnya, tunggu sebentar iya, biasa cewek kalau dah dandan lama banget. Ngabisin waktu, kadang sampai bosan nungguinnya." Handoko berkata, lalu menyambungnya lagi " Oh iya sini masuk dulu, tunggu di dalam aja. Nanti kamu capek berdiri terus, di dalam kan bisa duduk santai. Dera masih lama.” "Iya Pak terima kasih." Aditya melangkahkan kakinya ke dalam rumah lalu duduk di kursi ruang tamu. "Sebentar ya, Bapak panggilkan Dera dulu dah selesai apa belum?" Handoko bergegas ke kamar Dera, lalu mengetuk pintu kamar Dera yang saat itu tertutup "Dera... dah selesai belum? Aditya sudah nungguin di luar, buruan ngapain aja di dalam!" "Iya Yah, bilang Aditya sebentar lagi." Jawab Dera dari dalam kamarnya "Iya, tapi kamu juga cepetan kasihan Aditya." Handoko berucap lagi. Sepuluh menit kemudian, Dera membuka pintu kamarnya, lalu muncul menghampiri Aditya. Mengenakan gaun warna hitam dengan bagian d**a yang sedikit terlihat, membuat Dera tampak seksi dan anggun. Gaun hitam yang membalut tubuh Dera juga terlihat pas di badan Dera hingga memperlihatkan lekuk tubuhnya. Riasan di wajah Dera juga kian menambah penampilan Dera makin menarik. Bibir merah serta pipi merona membuat Dera terlihat makin cantik. Ditambah kulit putih Dera semakin melengkapi pesonanya. Aditya tak ingin mengalihkan pandangan matanya dari Dera. Aditya terus memperhatikan Dera. Di depan mata Aditya berdiri bidadari pujaannya. "Ayuk Dit, kita cabut!" Ajak Dera sambil menarik tangan Aditya. "I... iya Dera" Aditya terlihat gugup Sebelum pergi, Aditya berpamitan dengan Handoko. "Ayah kamu mana Der? Aku mau pamit sekalian bilang kalau mau pinjem bidadarinya sebentar." Aditya meledek Dera Mendengar ucapan Aditya, Dera tersipu malu, pipinya yang merona tampak semakin memerah. "Ayah paling nonton televisi di dalam, sebentar aku panggilin." Dera menuju ruang tengah memanggil Handoko "Ayah, ini Aditya mau pamit." Ucap Dera sambil menunjuk ke Aditya "Yah... Ayah dimana?" Dera kembali memanggil Handoko, kali ini dengan nada yang lebih tinggi. Mendengar panggilan Dera, Handoko pun keluar dari kamarnya lalu menghampiri Aditya dan Dera. "Iya, kenapa Dera?" Handoko bertanya "Ini Yah, Handoko mau pamit sekalian Dera juga." Dera mencium tangan Handoko "Iya Pak. Saya mau izin, pinjem Dera sebentar sekalian pamit, takutnya nanti enggak sempat pamitan." Aditya menjabat tangan Handoko "Oh iya, hati-hati ya di jalan. Jangan ngebut, Bapak titip Dera ya? Pulangnya jangan malam-malam loh!" Handoko memegang pundak Aditya "Baik Pak." Saya pastikan Dera pulang baik-baik saja, tanpa kurang sedikitpun." Aditya tersenyum Dera dan Aditya melangkahkan kaki keluar rumah lalu menuju ke motor Aditya yang telah terparkir di depan. "Maaf Dera, Aditya hanya bisa bawa motor. Enggak papa kan? Aditya mengeluarkan kunci motor dari kantong celananya "Enggak papa Dit, enggak masalah." Dera menggelengkan kepalanya "Kamu enggak pakai jaket, dingin loh?" Aditya sambil menoleh ke Dera "Enggak usah" Dera kembali menggelengkan kepalanya Aditya menaiki motor gedenya, Dera yang mengenakan gaun kesulitan menaikinya. "Bisa enggak Dera? Sini aku bantu?" Aditya mengulurkan tangan kirinya meraih tangan Dera. "Maaf iya Der, kamu jadi kesusahan. Harusnya wanita secantik kamu naiknya mobil bukan motor, biar tidak ada lelaki yang melirik kamu." Aditya menggoda Dera "Apaan sih Dit, ayuk jalan, enggak usah ngegombal mulu deh! Nanti keburu malam. Dera menepuk pundak Aditya pelan “Sapa yang ngegombal, mang nyata kok.” Aditya memperjelas kemudian dengan ibu jari tangan kanannya, Aditya menekan tombol on. Mesin motor menyala, lalu berjalan meninggalkan rumah Handoko. Motor melaju tidak terlalu kencang, melewati jalanan yang malam itu tak begitu ramai. Hanya beberapa kendaraan yang melintas melewati motor Aditya. Udara malam berhembus cukup dingin hingga menembus ke tulang-tulang tubuh. Tubuh Dera yang hanya berbalut gaun, merasa menggigil melawan hawa dingin malam ini. Dera tak berhenti mengusap lengannya untuk memberi sedikit kehangatan di tubuhnya. Melihat Dera yang terus sibuk mengusap lengannya, Aditya memperlambat laju motornya. Lalu berucap" kamu kedinginan ya? Kamu pegangan aja di pinggangku, lalu bersembunyi di balik punggungku. Udara dingin tidak akan sepenuhnya mengenai tubuhmu karena terhalang oleh tubuhku. Kamu pasti akan merasa sedikit kehangatan." Tangan kiri Aditya menarik kedua tangan Dera bergantian menuju pinggangnya. Dera mengikuti apa yang diucapkan Aditya tanpa perlawanan sedikitpun. "Gimana Dera, kamu masih kedinginan juga?" Aditya bertanya lagi "Enggak begitu" sambil menggelengkan kepala, Dera menjawab Aditya kembali mempercepat laju motornya membelah jalanan yang dihiasi lampu- lampu jalanan kota. Dera terus berpegangan dan mendekatkan tubuhnya pada punggung Aditya. Dera tidak terlalu merasakan hawa dingin lagi di balik punggung tegak dan tinggi lelaki itu. Tanpa sadar Dera merubah posisi tangannya, yang tadinya hanya berpegangan pada pinggang Aditya, kini kedua tangannya melingkari perut Aditya. Dera memeluk tubuh Aditya hangat, hingga tidak ada lagi rasa dingin menghinggapi tubuh Dera. Detak jantung Dera berdetak lebih cepat dari biasanya. Dera merasakan perasaan yang lebih pada Aditya, Dera merasakan kehangatan disamping Aditya. Dera merasakan cintanya pada Aditya benar-benar utuh. Apakah ini artinya Dera bakalan kembali menjalani hubungan kekasih dengan Aditya? *** Aditya melambatkan laju motornya, lalu berhenti di parkiran. Dera dan Aditya akhirnya sampai di tempat tujuan setelah melewati perjalanan melawan hawa dingin malam. Bagi Dera, perjalanan ini merupakan perjalanan yang indah yang belum pernah Dera lewati sebelumnya. Sebuah coffe shop di pinggiran kota, yang jauh dari hiruk pikuk keramaian. Dari jalan, sudah terlihat lampu-lampu warna warni menghiasi tempat itu. Dera dan Aditya berjalan bergandengan memasuki coffe shop. Mereka memilih duduk di kursi pojok coffe shop. Bentuk coffe shop ini memang minimalis, entah kenapa suasana begitu hangat. Mereka menikmati malam yang begitu indah ditemani lampu-lampu kafe yang redup. Ditemani alunan musik yang membuat gendang telinga tenang mendengarnya. Suasana di tempat ini juga santai, tenang dan nyaman hingga membuat orang yang berkunjung bisa menyegarkan otaknya. Aditya menarik kursi coffe shop, lalu mempersilahkan Dera duduk. Aditya sendiri, duduk di hadapan Dera. Aditya mengambil buku menu yang ada di atas meja depannya. Sederet menu makanan dan minuman berbaris di buku menu atas meja pengunjung masing-masing. Pengunjung tinggal memilih menu-menu yang tertera di dalamnya. Aditya memberikan buku menu pada Dera. "Der, kamu mau pesen apa? Ini dipilih menunya?" Handoko bertanya pada Dera sambil menyodorkan buku menu ke hadapan Dera. Dera mulai membuka buku menu, lalu membacanya berurutan satu demi satu. Sambil menunggu Dera memilih menu yang akan dipesan, Aditya memanggil pelayan kafe. "Mbak..." Aditya mengangkat tangan kanan lalu melambaikannya. Pelayan kafe mendekat, kemudian menyapa "selamat malam, mau pesen apa?" "Malam juga. Ehm, ini aja mochachino 1 sama cake tart 1" Aditya lalu bertanya pada Dera. "Kamu pesen apa Dera?" Handoko bertanya pada Dera "Disamain aja sama kamu" Dera menjawab "Baik, berarti 2 mochachino sama 2 cake tart. Ada tambahan lagi enggak?" Pelayan kafe sambil mencatat pesanan Dera dan Aditya. "Cukup Mbak. Nanti kalau ada tambahan saya panggil Mbak lagi. Makasih." Jawab Aditya "Baik, kalau begitu ditunggu sebentar iya. Saya permisi dulu. Terima kasih, selamat malam." Ucap pelayan dengan sopan kemudian meninggalkan Dera dan Aditya. Tak butuh menunggu lama, pesanan Dera dan Aditya datang juga. Mochachino dan cake tart telah siap memanjakan lidah mereka. Aroma khas minuman kopi yang diberi tambahan coklat bubuk, s**u, dan foam ini telah membius mereka. Perpaduan gurihnya s**u bercampur dengan taste dan aroma kopi serta coklat menambah kaya rasa minuman mochachino ini. Begitu juga dengan cake tartnya, rasa manis dari cake menjadikan perpaduan minuman kopi yang pahit jadi balance satu sama yang lain. Membuat orang yang menikmati, menjadi ingin tambah lagi. Sambil menikmati hidangan yang ada di atas meja, Dera dan Aditya berbincang. "Dera, makasih ya kamu mau menemuiku malam ini." Ucap Aditya sambil sesekali meneguk mochachinonya. "Kamu terlihat sangat cantik malam ini. Kecantikanmu sungguh luar biasa. Pasti di luar sana banyak lelaki yang tertarik sama kamu." Aditya memegang tangan Dera yang saat itu berada di atas meja. Hati Dera jadi tak karuan. Pikirannya jadi tak menentu. Ia sudah memantapkan hati dan perasaannya. Daripada Dera harus mencari pengganti Aditya, itu lebih sulit. Mending Dera kembali merajut hubungan dengan Aditya. Aditya juga sudah berjanji akan merubah sikap posesifnya pada Dera. Semoga Aditya benar menunjukkan perubahan yang lebih baik lagi. "Dera!" Aditya memanggil Dera, namun tak ada jawaban "Dera!" Aditya sambil melambaikan tangan kanannya di depan muka Dera. Karena tak ada jawaban dari Dera, Aditya menggoyang pundak Dera. "Kamu kenapa, kamu melamun ya?" Dera tersentak, hampir saja jantungnya dibuat copot oleh Aditya. "E.. Enggak, kamu ngomong apa barusan? Aku enggak dengar." Dera mencoba menutupi malunya karena lamunannya "Kamu ngelamuni apa, sampai bengong begitu? Hati-hati loh tar kesambet.” Aditya bertanya pada Dera yang saat itu terlihat gugup sambil tersenyum. "Enggak ada papa kok. Dera mengambil potongan cake tart yang masih tersisa kemudian memasukkan ke mulutnya. "Pelan-pelan makannya nanti tersedak, kalau kurang nanti aku pesenin lagi. Mau?" Aditya tersenyum melihat tingkah Dera "Enggak Dit, makasih dah kenyang." Dera lalu meneguk mochachino kembali supaya hatinya sedikit tenang. "Dera, aku ingin ngomong sama kamu." Wajah Aditya tampak serius Mendengar ucapan Aditya, hati Dera juga sudah mantap untuk menjawabnya . Dalam hati Dera berbisik "kamu pasti ingin kembali menjalin hubungan denganku kan?" Jeda tiga detik, Dera berkata "ngomong aja Dit, ada apa?”
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN