Rayya sudah mengalungkan kedua tangannya ke belakang leher Dimas. Hukuman yang tengah lelaki itu berikan kepada istrinya, membuat pagi mereka kembali dipenuhi kabut gairah. Bukan kabut dari embun pagi hari, tetapi gairah yang memenuhi rongga dan jiwa keduanya. Napas keduanya tersengal ketika Dimas menghentikan hukumannya. Kening yang saling menempel, suara napas yang terdengar berbarengan dengan deru ombak menuju bibir pantai, menjadi latar suara dari adegan mesra sepasang suami istri yang semalam gagal menggapai puncak kenikmatan. "Apakah harus seperti ini hukuman yang kamu berikan padaku?" tanya Rayya di sela usahanya menormalkan degup jantung dan debaran di dalam dadanya. "Andai kamu memberiku izin, mungkin bukan ini hukuman yang aku berikan, tetapi lebih." Malu, itu yang Rayya r