Suara ketukan pintu mengagetkan Kirana. Dia bahkan tak sadar sejak kapan ia tertidur. Kepalanya terasa sakit dan matanya terasa berat. Ia ingat bila Seira berkata akan datang mengeceknya nanti. Jadi dia tak bertanya lebih dulu sebelum membukakan pintu. “Masuk, Seira.” Kepala Kirana masih tertunduk saat pintunya kamarnya terbuka. Kakinya terasa tak bertenaga, begitu sulit diseret bergerak padahal dia hanya berjalan beberapa langkah saja dari tempat tidur ke depan pintu. “Aku bukan Seira, matamu ke mana sih, Kirana?” “Dinar – kenapa?” Kirana tertegun. Mulutnya terbuka sedikit, mengangga tak percaya dengan apa yang dia lihat di depan matanya. Sosok gagah Dinar terasa tak nyata. Membuatnya bingung apakah ia masih di alam mimpi atau benar-benar sudah terbangun. Dinar tak memberi kesempa