54. RUANGAN TENGAH LABIRIN

1282 Kata
Ternyata Ricko juga berhasil mengalahkan 2 iblis di tahap keempat turnamen, dengan begitu, maka semua murid Kakek Hamzo berhasil lolos. Selanjutnya apakah mereka akan bertemu pada akhirnya? Seharusnya memang begitu dan tidak tahu apa yang akan terjadi, apakah mereka akan saling bertarung atau yang lain. *** Di ruang khusus lainnya, tampak para panitia sedang berbincang. "Wah, wah, wah! Mereka berempat sangat hebat. Seperti yang kita kira, 3 orang dengan kekuatan energi terbesar berhasil lolos sampai babak ini, menakjubkan!" ucap panitia Fictor sang kolektor. "Yess, kau benar, Sayang! Sepertinya mereka juga memilki pedang istimewa, aku sungguh tidak menyangka," tambah panitia Venny sang pencinta. Sebenarnya ada hubungan apa antara panitia Fictor dan Venny, mungkinkah mereka sepasang kekasih atau bahkan suami istri. Jika dianalisa, mereka adalah sepasang suami istri, karena mengingat umur mereka sudah paruh baya. "Menarik, ini sungguh membuatku terhibur. Sebaiknya kita segera ke sana untuk memberi tahu peraturan dan rintangan di tahap terakhir," ucap panitia Gennai sang kesepian. "Baiklah, ini sudah waktunya bagi kita," jawab panitia Fictor. Beralih di tempat Stev, dia tidak ingin membuang-buang waktu. Meski badannya masih terluka dan kekuatan energi miliknya belum kembali seperti semula, dia melanjutkan perjalanan. "Tahap terakhir, aku yakin tempatnya hampir mencapai tengah, tapi ... mungkin lebih berbahaya," gumam Stev sambil melangkah perlahan serta waspada. Terlihat pakaiannya sobek di beberapa bagian, kotor juga karena sehabis bertarung mati-matian. Stev tidak peduli akan hal itu, saat ini dia sedang fokus menuju tujuan utama, yaitu memenangkan turnamen ini. Chely juga tampak berjalan menelusuri lorong labirin, dia juga ingin segera ke tahap terakhir dan mendapatkan hadiah fantastis itu. "Sebentar lagi aku akan mendapatkan hadiah itu, tapi ... seperti apa ya rintangan di tahap terakhir nanti?" gumam Chely optimis tapi penasaran. Tampak raut wajah Chely tersenyum meski badan dan pakaian miliknya kotor serta bajunya sobek sedikit. Demi kebaikan desanya, Chely mau berkorban dan berjuang untuk memenangkan turnamen ini. Sedangkan Ricko juga sedang berjalan, dia hanya istirahat sebentar di ruangan tahap keempat, tentu saja karena tidak sabar ingin mendapatkan hadiah fantastis setelah menang di tahap terakhir nanti. Namun tidak semudah itu, karena ada pengguna pedang legendaris lainnya. "Hehehe, akhirnya sebentar lagi aku akan menjadi orang terkaya dan terkenal di seluruh dunia. Gadis-gadis akan mengelilingi aku dan memanjakan diriku, yuhuuu!" ucap Ricko sangat konyol namun semangat. Ricko tidak peduli dengan kondisi fisiknya yang sekarang, yaitu terluka dan kekuatan energi tidak banyak alias belum penuh. Impian tingginya telah mengalahkan kondisi lemahnya, sehingga yang ada di pikirannya adalah kemenangan turnamen ini. Tampak Mello juga mulai bergerak meski dengan kondisi parah. "Hmm, tahap terakhir sudah di depan mata. Apa pun yang terjadi aku harus menang," gumam Mello serius. Akhirnya setelah menelusuri labirin beberapa waktu, Stev sampai juga di tengah labirin, di tengah itu terdapat banyak obor kecil sehingga membuat keadaan tidak terlalu gelap. "Hmm, akhirnya. Tunggu, kenapa sepertinya sepi lagi?" ucap Stev sambil melihat ke sekitar. Sekian detik kemudian, tampak Chely juga sampai di labirin tengah tersebut. Dia terkagum dengan indahnya labirin tengah, akan tetapi mendadak terkejut saat melihat ada kesatria lain, alias Stev. "Dia ... Kesatria yang lolos ke tahap ini juga," batin Chely. Stev juga terkejut. "Hah, gadis! Kenapa bisa sampai di sini? Hebat, sungguh hebat!" Tidak lama kemudian, Ricko dsn Mello juga sampai di ruangan tengah labirin ini. Semua terkejut saat melihat ada 4 orang yang berada di tempat itu, masing-masing lewat pintu yang berbeda, memang seharusnya begitu karena mereka datang dari arah yang berbeda. Ternyata pintu labirin tengah ada 5, namun pintu yang 1 tidak ada peserta lain yang muncul, pasti karena gagal di tahap keempat. Saat mereka bingung berada di tempat yang sama, tiba-tiba tanah labirin tersebut bergerak seperti gempa. "Apa yang terjadi?" "Gempa?" "Apa labirin ini akan runtuh?" "Gak mungkin." Mereka berempat sangat khawatir, namun ruangan labirin tersebut bergerak ke atas serta perlahan-lahan. Sesaat kemudian, atap labirin mulai terbuka juga hingga membuat mereka terkejut, namun hal itu menghilangkan rasa khawatir mereka, karena itu berarti bahwa labirin tidak akan runtuh. Semua memandang ke atas dan tidak lama kemudian, tanah labirin berhenti bergerak. Ternyata labirin tengah ini menjadi ruang terbuka dan terlihat indah. Beberapa detik kemudian, muncul suatu menara tepat di tengah labirin. Stev, Chely, Ricko, dan Mello yang berada di pinggir ruangan terkejut, lalu memperhatikan munculnya menara itu. Sebenarnya hanya menara yang terbuat dari tanah, tapi bentuknya cukup menarik. Ketika menara itu muncul sempurna, di bagian paling atas muncul sesuatu yang menakjubkan, yaitu Kristal Magic yang asli. "Wah, mungkinkah itu ...," ucap mereka terkagum. "Kristal Magic!" Benar sekali, yang berada di atas menara itu adalah Kristal Magic yang katanya bisa mengabulkan semua permintaan itu, bentuknya jauh lebih besar dari kristal yang pernah ditunjukkan panitia turnamen ini. Akan tetapi, Kristal Magic yang asli tersebut diselimuti energi kuat berwarna ungu, tentu saja tidak akan mudah mencuri atau mengambilnya sekarang. Semua fokus memperhatikan Kristal Magic di atas menara itu. Namun Stev teringat dengan tantangan di tahap ini sebenarnya apa? Dia melihat ke sekitar dan para kesatria lain. "Apa kita harus saling bertarung dan merebut Kristal Magic itu?" batin Stev. "Tunggu, mereka berdua? Sepertinya memiliki pedang besar, jangan-jangan pedang suci legendaris. Pakaian mereka juga mirip punyaku, mungkinkah ...," lanjutnya menganalisa keadaan. Chely juga sempat berpikir demikian. "Aku yakin 2 orang itu juga murid Kakek Hamzo, berarti pedang yang mereka bawa juga pedang legendaris. Hmm, ada yang tampan, hehe. Tapi, mungkin aku harus mengalahkan mereka," batin Chely sambil melirik Stev dan Ricko, maksud dia berkata tampan yaitu saat melihat Stev. Chely juga berpikir bahwa 1 peserta yang memakai sabit itu jelas bukan murid Kakek Hamzo, dia yakin akan hal itu. "Kristal Magic, Oh Kristal Magic! Bisakah aku mengambilnya sekarang? Please, aku ingin menjadi orang terkenal dan kaya raya sedunia!" gumam Ricko dalam hati terkagum melihat keindahan Kristal Magic yang berkilauan. "Tunggu, mereka ... pengguna pedang suci legendaris lainnya, dan yang itu ... mungkinkah sabit legendaris? Ini gak akan mudah, sial!" lanjut Ricko baru sadar bertemu dengan sesama murid Kakek Hamzo dan pengguna senjata legendaris lainnya. "Kristal Magic sudah ada di depan mata, tapi gimana cara menang? Apa aku harus mengalahkan mereka bertiga? Aku yakin mereka adalah kesatria hebat, ini pasti sulit," batin Mello. Saat keempat peserta yang tersisa sedang menganalisa keadaan, ada panita yang muncul dan terbang dari atas labirin. Panitia itu membuat semuanya terkejut karena dia bukan 3 panitia yang sebelumnya memperkenalkan diri, tapi panitia baru, bahkan memakai penutup kepala dan berpakaian hitam layaknya penyihir, sebenarnya siapa orang itu? "Loh, siapa dia? Dia bukan salah 1 panitia itu kan? Ya, aku yakin bukan. Lalu siapa?" gumam Stev. "Orang itu, kenapa penampilannya menyeramkan?" batin Chely. Ricko dsn Mello pun berpikiran yang hampir sama. Saat orang itu sudah tepat di atas menara dan Kristal Magic, dia berkata, "Hallo semuanya! Selamat atas keberhasilan kalian dalam melewati 4 tahap turnamen sebelumnya. Selamat juga kalian sudah memasuki tahap terakhir, kalian bisa lihat Kristal Magic yang menakjubkan ini!" Stev, Chely, Ricko, dan Mello mendengarkan serta memperhatikan panitia baru itu. "Perkenalkan, aku adalah panitia utama di tahap terkahir ini. Namaku adalah Barra Charlotte, sebenarnya akulah yang merencanakan turnamen ini," ucap panitia Barra, dia memiliki julukan Barra sang kebencian. Entah kenapa julukannya sungguh mengerikan, sepertinya banyak kebencian dalam hatinya. "Apa kalian bingung mengapa aku ke sini? Baiklah, gak perlu berkata panjang lebar lagi. Aku hanya ingin memberi tahu peraturan dan jalannya tahap terakhir turnamen ini." Perkataan panitia Barra sang kebencian membuat semua semakin fokus dan ingin segera tahu. "Tahap terakhir ini, kalian harus bertarung sampai mati untuk bisa menang! Asal kalian tau, hanya ada 1 pemenang yang akan terpilih, mengerti?" teriak panitia Barra sang kebencian. "Apa?" kaget Stev, Chely, dan Ricko. Sementara Mello hanya terdiam, namun tampak terkejut juga di raut wajahnya. Peraturan macam apa itu, kenapa peserta harus bertarung sampai mati. Sebenarnya apa tujuan yang sesungguhnya turnamen ini? Sungguh mengerikan. TO BE CONTINUED
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN