38. TURNAMEN LABIRIN DIMULAI

1614 Kata
Pertunjukan istimewa Kristal Magic kecil sangat luar biasa, kekuatan magic-nya bisa menghidupkan binatang yang sudah mati dan menumbuhkan tanaman sangat cepat, tentu saja masih ada lagi kekuatan lainnya yang belum diperlihatkan, tapi 2 pembuktian itu sudah cukup bagi semua. Melihat itu, semua kesatria, termasuk ketiga murid Kakek Hamzo sangat terkejut dan kagum, dengan pertunjukan itu, semua kesatria percaya bahwa Kristal Magic bisa mengabulkan segala permintaan. *** Dimulainya turnamen sempat tertunda sebentar karena peserta terlalu banyak, alias melebihi kuota, selain itu ada juga 1 peserta yang keras kepala ingin ikut meski sudah dinyatakan gagal, namun semua itu sudah diatasi oleh Fictor sang kolektor yang merupakan pemimpin jalannya turnamen ini, dia menggunakan kekuatan yang mengerikan untuk menakuti orang keras kepala itu, Stev juga melihat kekuatan mengerikan itu menggunakan kekuatan kedua matanya. Saat ini turnamen akan segera dimulai, semua peserta dipersilakan berbaris rapi dan berjarak sekitar setengah meter. Panitia Gennai memberi tahu bahwa nomor akan diacak dan peserta harus memasuki pintu dangan nomor yang sama sesuai yang diterima. Sesaat kemudian, panitia Gennai sang kesepian menggunakan kekuatan energi untuk membentuk tanah yang ada di depan para kesatria, Gennai jongkok dan menyentuh dinding labirin sehingga energi miliknya tersalur ke seluruh tanah yang dia inginkan. Tiba-tiba tanah di depan semua kesatria bergerak dan membentuk sebuah angka, yaitu dari angka 1 sampai 100, itu adalah angka yang harus digunakan para peserta turnamen untuk memasuki pintu labirin, cukup menarik. Mungkinkah mereka akan bertemu di dalam labirin nanti? Bisa jadi semakin ke dalam maka bisa ketemu, karena labirin juga semakin sempit. Semua kesatria segera mengingat nomor yang mereka dapat, karena itu merupakan salah 1 kunci dalam mengikuti turnamen ini. Stev mendapat nomor 50, Chely mendapat nomor 6, sementara Ricko mendapat nomor 80. Dengan nomor-nomor yang berbeda, para murid Kakek Hamzo terpaut jarak yang cukup jauh, sehingga cukup sulit untuk bertemu, mungkin hanya saat mendekati tengah labirin. "Dapat nomor 50, pintu itu cukup jauh, tapi gak masalah!" batin Stev. Sebenarnya semua pintu sudah ada ukiran nomor, meski ada beberapa yang rusak, tapi semua sudah diperbaiki oleh panitia Gennai, karena dia ahli dalam memanipulasi tanah, apalagi labirin ini terbuat dari campuran tanah. Pintu utama labirin adalah nomor 1, sedangkan sebelah kanan nomor 1 adalah 2, lalu 3, 4 dan seterusnya berurutan hingga nomor 100 yang berada di sebelah kiri nomor 1. Nomor pintu labirin memang sudah berurutan sejak jaman dahulu. Sebelum turnamen benar-benar dimulai, pemimpin turnamen alias Fictor memberi tahu bahwa di dalam labirin ada 5 tahap rintangan, masing-masing kesatria harus melewati semua tahap agar bisa memenangkan turnamen ini, dan tentu saja mendapat hadiah jika bisa melewati semua tahap. Semua peserta mengerti dengan tugas untuk melewati semua tahap rintangan itu, semua menjadi semangat dan tidak akan menyerah dengan mudah. "Rintangan? Seperti apa rintangan itu? Apa lebih berbahaya dengan rintangan saat menuju tempat Kakek Hamzo dan pedang legendaris? Setidaknya aku sudah belajar banyak dalam melewati banyak rintangan berbahaya, semoga semuanya mudah aku lewati," batin Stev menduga-duga, dia akan serius dan hati-hati dalam melewati rintangan nanti. "Aku sudah melewati banyak rintangan berbahaya, seharusnya aku sanggup melewati semua rintangan," batin Chely penuh keyakinan. "Hehehe, rintangan lagi. Kecil itu mah!" ucap pelan Ricko meremehkan, tapi dengan pedang suci legendaris seharusnya memang lebih mudah. Setelah itu, panitia Venny menjelaskan lagi bahwa saat sebelum dimulai, semua peserta harus sampai dulu di depan pintu masing-masing dan tidak diperbolehkan masuk dulu hingga semua peserta sudah sampai di depan pintu tersebut, kemudian nanti akan dibunyikan sebuah terompet sebagai tanda dimulainya turnamen dan saat itu semua peserta boleh memasuki pintu labirin masing-masing. "Baiklah, semua peraturan, syarat dan penjelasan sudah kami sampaikan. Mari saatnya memulai turnamen. Silakan semua kesatria menuju pintu labirin masing-masing, sekarang!" ucap panitia Fictor diakhiri dengan teriak semangat untuk memberi aba-aba. Bergegas semua peserta menuju pintu labirin sesuai nomor yang didapat, ada yang berjalan, ada juga yang berlari karena mendapat posisi nomor pintu jauh. Bagi yang mendapat nomor dekat, mereka cukup berjalan. Terlihat Stev berlari kencang karena menurut nomor, dia mendapat posisi pintu terjauh, Chely sempat melihatnya karena kebetulan lewat di depan Chely tidak jauh, tapi karena Stev berlari cepat maka sulit memastikan, dia hanya menduga. "Dia ... Apakah dia murid Kakek Hamzo juga? Dia juga memakai senjata pedang besar, meski tersembunyi," pikir Chely. "Sepertinya memang dia, karena pakaian kami sangat mirip," lanjutnya. Akan tetapi Stev sudah jauh hingga tidak terlihat, Chely memilih fokus menuju pintu miliknya. Sementara Ricko berlari ke arah kiri, karena nomornya memang di posisi kiri labirin, jadi Chely tidak melihat Ricko. Chely sempat menatap tiga panita itu, mungkin berusaha mencari sesuatu yang terselubung, jika ada. Akan tetapi ketiga panita memberi senyum pada Chely, sehingga membuatnya tersenyum juga. "Apa? Gadis itu memiliki 2 mata yang berbeda, aku baru melihatnya kali ini, dia juga salah 1 yang memiliki kekuatan energi besar tadi," batin Fictor. "Kedua matanya, sangat cantik dan unik, mungkinkah itu sumber energi besar dalam dirinya," batin Venny juga. "Sepertinya dia bukan gadis sembarangan, ini menarik!" batin Gennai juga melihat kedua mata Chely berbeda warna. "Aku sungguh tak menduga ada sesuatu yang menarik di acara turnamen ini. Kita lihat, apakah dia bisa sampai di tengah labirin," batin Fictor lagi. Kurang dari 2 menit kemudian, akhirnya semua peserta sudah sampai di depan pintu labirin masing-masing, semuanya bersiap menunggu aba-aba dimulainya turnamen itu. Ternyata orang yang membawa sabit malaikat kematian ikut juga di turnamen ini, dia adalah orang yang melihat Stev saat mengalahkan pencuri malam itu, dia mendapat nomor pintu 32, mungkinkah dia juga hebat? Bisa jadi begitu. "Baiklah semuanya! Dalam hitungan ketiga, turnamen ini akan dimulai, 3 ... 2 ... 1 ... Turnamen Labirin Doom Hole, mulai" teriak Fictor dengan keras. "Teroreeeet!!" suara terompet tanda dimulainya turnamen terdengar sangat keras, terompet dibunyikan oleh panitia Venny dan Gennai. Mendengar itu, semua peserta turnamen segera masuk ke pintu labirin masing-masing. Di dalam labirin sangat gelap karena atapnya tertutup rapat, namun ada cahaya obor api meski jarang dan jaraknya berjauhan, sepertinya panitia turnamen sudah menyiapkan semua itu. Labirin itu memang mengambil ruangan di bawah tanah, namun di bagian atas terlihat jalan dan bentuk labirin tersebut. Tapi sebenarnya, jalan di dalam labirin berada di bawah tanah, oleh sebab itu sangat gelap dan atapnya tertutup rapat. Terlihat semua peserta terus bergerak maju dan hati-hati saat melewati lorong labirin, banyak pilihan jalan yang membingungkan, karena labirin itu sangat luas. Namanya juga labirin, pasti jalannya tidak mudah dan pasti membingungkan, hampir tidak ada orang yang berhasil lewat dengan sangat mudah. "Gelap sekali di sini, aku harus pakai kekuatan mataku," ucap Stev kemudian kedua matanya menyala, sebenarnya ada cahaya dari obor api, namun agar lebih jelas dan untuk kewaspadaan. Tidak lama kemudian, Stev mendapati sesuatu yang tidak baik ... "Ini kolam racun kan? Sepertinya gak ada jalan lain, aku harus bisa melewati kolam ini," gumam Stev, dia segera memusatkan kekuatan energinya di bagian kaki, bermaksud lari di dinding. "Oke, lewat sebelah dinding kanan saja!" lanjutnya dan bergegas berjalan di dinding labirin. Akan tetapi saat beberapa langkah. "Aww!" keluh Stev kakinya terkena paku-paku yang mendadak keluar dari dinding labirin, dia segera lompat mundur dan kembali bawah. "Apa-apaan itu? Kenapa tiba-tiba ada paku keluar dari situ? Ughh, sakit!" lanjutnya sambil mengecek kaki kanannya yang terluka dan mengeluarkan darah. Ternyata tidak semudah yang Stev pikirkan untuk lewat di rintangan tahap pertama labirin ini, dia tidak boleh lewat di atas maupun dinding kanan atau kiri, karena ada paku-paku tajam. Isi labirin ini bukan sembarangan, mungkin sudah dirancang oleh para panitia turnamen itu menjadi berbahaya, Stev mulai muncul lagi perasaan tidak enak. "Apa yang harus aku lakukan, kolam racun ini cukup luas, aku gak mungkin bisa lompat sampai ke seberang! Apalagi kaki kanan ku baru saja terluka, huft!" ucap Stev sambil memperhatikan kolam racun berwarna hijau itu. Stev mencoba melempar batu ke kolam dan batu itu langsung meleleh dan berasap. "Sial, mengerikan sekali! Aku akan langsung jadi tengkorak kalau sampai jatuh ke kolam," kagetnya. Ada peserta lain yang menghadapi rintangan kolam beracun juga, kolam yang sama persis dengan tempat Stev. Mereka ada yang mencoba lewat di dinding juga, namun sama terkena paku tajam. Ada yang mencari cara lain, namun ada beberapa peserta yang menyerah dan memilih untuk kembali ke pintu masuk lagi, dia bermaksud keluar dari labirin jika bisa. Sedikit peserta yang menyerah setelah melihat rintangan sangat berbahaya, apalagi tidak sanggup melewati rintangan itu. Ternyata ada yang mencoba lewat atas hingga terkena paku, akhirnya dia jatuh ke kolam dan tewas seketika, sungguh mengerikan. "Aakkh!" teriakan terakhir orang itu, dia terkejut karena tiba-tiba ada paku yang menusuk semua kakinya. Awalnya dia berlari cepat hingga sampai di tengah atap kolam, namun itulah yang terjadi, saking terkejutnya dia sampai jatuh ke kolam beracun. Sebenarnya apa arti di balik turnamen ini? Kenapa sampai ada korban kematian? Sungguh mengerikan. Sepertinya tidak ada yang tahu tentang kematiannya, karena berada di dalam labirin yang gelap. "Aku rasa harus mengeluarkan pedang suci legendaris," ucap Stev, kemudian mengeluarkan pedang legendaris dari wadahnya. Stev bersiap melakukan sesuatu, sesaat kemudian, mata birunya bersinar begitu juga dengan sisi warna biru dari pedang suci legendaris, dia menancapkan sedikit pedangnya di tepi kolam, lalu muncul es di atas kolam beracun, Stev memusatkan kekuatannya di pikiran untuk membentuk es tersebut. Ternyata Stev menciptakan sebuah jembatan es membentang di atas kolam beracun menuju seberang, jembatan es tersebut cukup tebal, sehingga aman untuk dilewati. "Oke, saatnya lewat jembatan! Stev harus berlari cepat juga agar lebih aman, karena siapa tahu kolam beracun melelehkan es buatannya, namun ternyata kekuatan es itu cukup kuat, butuh waktu untuk mencairkan es tersebut, mungkin karena menggunakan kekuatan energi juga. "Tap!" Stev lompat di daratan seberang dan berhasil melewati kolam beracun, dia tersenyum bahagia karena itu. Tampaknya semua rintangan di tahap labirin ini sangat berbahaya, meski begitu, Stev harus berani dan berjuang keras melewati semua rintangan, karena dia harus menyelamatkan seluruh penduduk desa, terutama yang terkena penyakit misterius.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN