39. TAHAP PERTAMA BERHASIL

1981 Kata
Semua kesatria yang ikut turnamen sudah memasuki labirin, karena turnamen sudah dimulai, mereka memasuki pintu labirin sesuai nomor masing-masing, jumlah peserta turnamen ada 100 kesatria. Siapakah yang mampu melewati semua tahap rintangan dan menang dalam turnamen? Hal itu sangat dinantikan. *** Stev berhasil melewati kolam beracun mengerikan itu, dia sempat menengok sebentar ke arah kolam. "Kenapa di dalam labirin ada kolam beracun seperti ini? Ada paku-paku tajam juga. Apa semua ini udah ada sejak dulu? Sulit dipercaya! Huft, entahlah, pusing kalau dipikirkan. Sebaiknya aku segera melanjutkan turnamen ini," ucap Stev mencoba bertanya-tanya. Tapi berusaha melupakan itu, karena saat ini harus fokus dalam turnamen. Kolam beracun ini ada di suatu ruangan luas, lebih tepatnya lebih luas dari pada lorong demi lorong sebelumnya, setelah itu Stev memasuki lorong lagi. Kalau dipikir-pikir memang aneh, untuk apa membuat labirin yang berbahaya, mungkin rintangan ini dibuat oleh para panitia itu, sekedar untuk memeriahkan turnamen, tapi sayangnya harus ada korban jiwa. Adakah yang bertanggung jawab soal kematian itu? Seharusnya ada. Ketika baru berjalan sekian langkah, tanah yang dilewati Stev berguncang, dan bahkan perlahan runtuh, Stev terkejut bukan main mendapat itu, dia langsung menggunakan energi miliknya untuk berlari secepat mungkin menelusuri lorong, pada akhirnya tanah kembali tenang dan Stev berhenti berlari hingga saat ini terdapat ruangan yang lebih lebar sedikit dibanding lorong itu. "Hah, hah, hah, gilax. Apa-apaan barusan itu? Kenapa labirin bisa runtuh begitu? Sungguh keterlaluan. Kalau begini aku gak bisa kembali lagi, satu-satunya jalan harus lanjut dan terus memasuki labirin, mungkin sampai di tahap terakhir," gumam Stev merasa kelelahan, dia istirahat sebentar dan saat melihat lorong jalan yang runtuh, terdapat ukiran selamat di bagian atas lorong yang baru saja dia lewati, bertuliskan ... "Selamat, anda lolos tahap pertama!" Stev terkejut dan merasa bahagia saat membaca itu, namun dia merasa khawatir dengan kejadian barusan. Stev sempat berpikir kenapa terlalu berbahaya rintangan itu, apa mungkin semua kesatria bisa melewati rintangan mengerikan tersebut, namun Stev berpikir bahwa mereka bisa saja menyerah dan kembali pulang. Akan tetapi bagi yang bersikeras ingin mendapatkan hadiah fantastis itu, mereka pasti berjuang melewati tahap rintangan turnamen ini. Memperlihatkan Chely yang sedang berlari tapi pelan menelusuri lorong labirin, di semua lorong labirin ini keadaan sama, yaitu gelap dan hanya ada obor kecil dari api. Chely juga menggunakan kekuatan matanya agar penglihatan lebih jelas. "Sampai sekarang masih aman tanpa ada bahaya," gumam Chely sambil fokus melihat ke depan. Namun sekian detik kemudian, dia mendapati ruangan yang cukup lebar, dia berhenti mendadak di sekitar itu sebelum memasuki ruangan lebih dalam. "Apa itu? Kenapa ada lubang dalam sekali di sini?" ucap Chely bertanya-tanya, dengan perlahan dia mendekati lubang itu. "Hah, dalam sekali dan di bawah ada jeruji tajam! Waduh, sangat berbahaya, bakal langsung mati bila jatuh ke sana," lanjutnya saat melihat ke dasar lubang, sebenarnya gelap tapi Chely bisa melihat berkat bantuan kekuatan kedua matanya. Setelah Chely melihat luasnya lubang, dia tidak mungkin juga bisa lompat melewati lubang, karena lubang itu cukup luas. Jalan satu-satunya harus melompati atau terbang di atas lubang, karena lorong labirin selanjutnya ada di seberang lubang. "Terbang, aku gak bisa melakukan itu. Atap dan dinding sekitar lubang, mungkin bisa lewat itu, tapi aku gak yakin aman," pikir Chely, dia mencoba cari cara dan uji coba. Chely mengambil batu yang agak besar seukuran 4 kepalan tangan, dia melempar batu itu ke atap dinding, dan sesaat kemudian muncul gas aneh warna pink, muncul dari atap dinding di atas lubang, sepertinya gas beracun. "Gas? Pasti itu beracun, aku harus menjauh dulu," kaget Chely, kemudian langsung menutup hidung dan lompat mundur hingga sampai di lorong belakang yang digunakan masuk ke ruang ini sebelumnya. Di tempat para peserta lain yang mendapat rintangan persis seperti Chely, mereka merasa takut melihat ada lubang di situ, mereka menduga pasti mati jika sampai jatuh, mereka juga tampak berpikir agar bisa lewat, mungkin ada juga yang menyerah. Terlihat ada juga yang langsung melewati atap dinding dan mendapati gas beracun, dia sudah terlanjur menghirup sedikit namun berhasil melompat mundur di tanah sebelum lubang. "Sial, kenapa ada gas beracun. Uhuk!" ucap seorang pria yang memakai senjata panah, perlahan dia pingsan akibat menghirup gas beracun tersebut. Ada juga peserta yang melewati atap dinding dan jatuh ke bawah karena menghirup gas beracun dan lemas, dia tidak sempat menyelamatkan diri ke tempat yang aman. "Aaaa!" teriaknya saat terjatuh ke bawah dan langsung hening tanpa suara, tentu saja tewas seketika karena tertusuk jeruji besi tajam di dasar lubang. Terlihat Chely masih belum melewati lubang itu, sesaat kemudian dia berkata, "Gak ada pilihan lain. Aku harus menggunakan kekuatan pedang suci legendaris," gumamnya tersenyum, kemudian mengeluarkan senjata legendaris miliknya. Sesaat kemudian, mata yang berwarna hitam menyala hitam bersamaan dengan pedang sisi hitam. Chely menyentuhkan pedangnya ke dekat lubang, kemudian membuat tali panjang yang menghubungkan lokasi saat ini dengan seberang lubang, tali tebal tersebut terbuat dari kegelapan dari kekuatan pedang legendaris, lebih tepatnya menjadi sebuah tali bayangan. Chely memastikan bahwa tali bayangan yang dia buat sangat skuat, hal itu agar tidak putus saat digunakan, karena kalau sampai putus dan jatuh, bisa berakhir di sini nyawa Chely. Setelah itu, Chely bergelantungan pelan di tali bayangan tersebut, ternyata memang cukup kuat karena tali bayangan itu menggunakan energi miliknya juga, ditambah kekuatan pedang suci legendaris. Chely bergelantungan menggunakan kedua tangan, sepertinya tampak mengerikan sekali, bagi orang biasa jantungnya pasti serasa ingin copot. Mau gimana lagi, pikirannya pasti kacau dan selalu berpikiran bahwa tali putus hingga jatuh ke bawah, merinding rasanya jika dibayangkan, apalagi yang takut ketinggian, tapi bagi Chely itu sudah biasa. "Hap!" Akhirnya Chely berhasil melewati lubang kematian, yang terakhir dia melompat untuk naik ke atas. "Bye lubang mengerikan!" ucap Chely merasa senang, selanjutnya memasuki lorong lagi dan terjadi sesuatu yang mengerikan saat Chely melangkah 5 kali, dinding labirin di sekitarnya bergetar dan tiba-tuba muncul jeruji besi tajam mulai dari belakangnya, dia terkejut dan langsung lari secepat mungkin. Jeruji besi itu sangat tajam dan muncul dari samping kanan maupun kiri hingga memenuhi lorong, sungguh mengerikan. Jika berdiam diri di situ tentu saja langsung tewas, karena jeruji akan menusuk seluruh tubuhnya tanpa ampun. Chely terus berlari karena jeruji besi itu juga muncul berurutan mengisi seluruh lorong. Pada akhirnya Chely menemukan ruangan yang lebih lebar dari lorong, dia yakin di situ aman sehingga Chely langsung lompat ke sana, bahkan terjatuh meski tidak terluka. Selanjutnya, Chely melihat ke lorong di belakangnya itu, jeruji besi tajam berhenti tepat di area lorong terakhir, bahkan jeruji besi tajam itu abadi menutupi lorong, dengan itu maka Chely tidak bisa lagi kembali ke pintu masuk pertama. "Apa-apaan itu, sungguh keterlaluan! Apa ini semua hanya jebakan semata?" kesal Chely sambil melihat jeruji tajam sangat mengerikan. "Awas saja kalau ini semua hanya untuk bermain-main! Akan aku bunuh semua panitia turnamen ini," lanjutnya semakin kesal. Sepertinya turnamen ini bukan sembarang, rintangan terlalu berbahaya bahkan nyawa menjadi taruhan, mungkin panitia menyetarakan rintangan sesuai dengan hadiah yang fantastis itu, apalagi dalam mengikuti turnamen ini gratis tanpa biaya. Tapi ini sungguh kelewat batas, karena sudah ada beberapa yang menjadi korban, meski tidak ada yang tahu. Namun sesaat kemudian, Chely melihat tulisan di atas lorong tersebut, tulisan yang sama dengan tempat Stev, yaitu ucapan selamat karena lolos tahap pertama. Meski begitu, Chely masih merasa kesal akibat kejadian yang hampir merenggut nyawanya itu, dia juga berpikir mengenai peserta lain, bahkan berharap semua selamat meski mereka adalah lawan dalam turnamen ini. Kali ini memperlihatkan Ricko yang juga melewati lorong labirin, tapi tampak berjalan santai bahkan sambil bersiul. Entah kenapa dia tidak buru-buru, mungkin sudah yakin bahwa dia yang akan menjadi pemenang turnamen ini. "Ehh, tunggu! Gimana kalau ada peserta lain yang sampai duluan di tengah labirin. Oh No! Dia akan mengambil Kristal Magic lebih dulu. Aku gak akan biarkan itu terjadi," ucap Ricko sadar bahwa sekarang bukan waktunya bersantai-santai, dia segera berlari sambil menggunakan kekuatan matanya agar bisa melihat lebih jelas di kegelapan lorong labirin ini. Tidak lama kemudian, Ricko juga menemui ruangan khusus yang tentu saja berbahaya, dia mendadak berhenti sambil mengecek keadaan di situ. "Itu ... Gas beracun kan?" ucapnya menduga, memang itu adalah gas beracun, namun uniknya tidak menyebar ke seluruh ruangan ini, tapi hanya menyebar di sekitar jalan yang harus dilewati oleh peserta, akan tetapi area gas beracun cukup luas dan ada juga area atap labirin yang tampaknya aman dari sebaran gas beracun. Tapi menurut Ricko, itu hanyalah jebakan semata, tidak mungkin dikasih jalan yang aman tanpa rintangan sedikit pun, jadi Ricko tidak ingin lewat atap dengan teknik berjalan di dinding, Ricko selalu berpikir cerdas dan sepertinya memang begitu, sesuai perkiraannya. Terlihat peserta lain juga mendapat rintangan yang sama dengan Ricko, yaitu semburan gas beracun yang pasti sangat berbahaya. Ada beberapa peserta yang takut lewat gas beracun itu, sehingga memilih menyerah, namun tentu saja ada yang berani mengambil resiko dan mencari cara agar bisa lewat jalan itu. Terlihat ada yang berani melewati atap dinding, memang gas beracun tidak sampai di situ tapi ada jebakan lain. Saat seorang gadis bersenjata pedang kecil lewat situ, tiba-tiba muncul pisau tajam hingga melukai kakinya, bahkan membuatnya langsung terjatuh ke gas beracun karena pisau itu muncul di sekitar tengah area gas beracun. Akhirnya gadis itu lemas, napas sesak hingga tewas terkena gas beracun, bahkan gas itu membuat tubuh sang gadis membiru, sungguh mengerikan dan menyedihkan. Ada beberapa peserta yang mencoba memasukkan tangannya di gas beracun, tangannya langsung terasa panas dan mati rasa, bahkan menjadi sulit digerakkan. Sungguh gas beracun yang berbahaya, gas itu tidak hanya bereaksi karena terhirup tapi bisa masuk lewat pori-pori kulit. Ada juga yang masih berpikir bagaimana cara melewati itu. Saat ini Ricko tidak mau membuang waktu, dia segera mengeluarkan pedang suci legendaris miliknya. "Mungkin hanya ini cara terbaik!" ucapnya hingga mata sebelah hijau langsung menyala diikuti pedang sisi hijau yang bersinar. Sesaat kemudian, Ricko menggunakan kekuatan udara dari pedang legendaris, tentu saja kombinasi dengan energi miliknya. Udara berputar cepat mengelilingi seluruh tubuhnya, selanjutnya dia berjalan melewati gas beracun. Saat itu, udara melindungi seluruh tubuh Ricko sehingga dia aman dari gas beracun, namun Ricko harus fokus menstabilkan kekuatan udara itu dengan pedang legendaris-nya, dia memegang erat pedang itu di depan menggunakan kedua tangan, dia juga tidak boleh terburu-buru dalam berjalan agar udara sempurna melindungi dirinya. Akhirnya setelah beberapa detik melewati area gas beracun, Ricko berhasil juga melewati area berbahaya itu. "Huft, sungguh merepotkan. Tapi, apakah ada peserta lain yang mampu melewati ini? Hmm, aku gak yakin. Sebaiknya kalian pulang saja dari pada mati di sini, oke?" ucap Ricko berkata meski tidak ada orang lain selain dirinya, sungguh konyol, tapi saran itu sangat baik bagi peserta yang kesulitan melewati rintangan gas beracun. Setelah itu, Ricko memasuki lorong selanjutnya, namun saat baru beberapa langkah, ada sesuatu yang berbahaya lagi. Sebuah batu berbentuk bola menutupi lorong tersebut dari belakang Ricko, bahkan batu itu bergerak menggelinding ke arah Ricko. Melihat itu dia terkejut, dan segera lari secepat mungkin, tentu saja menggunakan kekuatan energi miliknya agar bisa lari cepat. Batu itu memenuhi seluruh lorong dan menggelinding cepat juga, bisa langsung terlindas bila berdiam di lorong tersebut, sangat berbahaya. "Whooaaa! Sungguh keterlaluan!" teriak Ricko kesal sambil berlari, bahkan batu itu tidak hanya satu, tapi ada banyak di belakangnya lagi. Dengan lari secepat mungkin akhirnya Ricko melihat di depan ada ruangan yang agak lebar, saat mendekati pintu, dia langsung lompat ke samping agar terhindar dari batu menggelinding itu. Ricko sampai terjatuh dan merasa kelelahan. "Huh, huh. Menjengkelkan, gak suka orang pengen santai apa? Dasar jebakan sialan!" umpatnya sangat kesal. Ricko segera berdiri dan mengecek bola batu itu, ternyata berhenti tepat di pintu lorong sebelum ruangan ini, dengan begitu Ricko tidak bisa keluar lagi jika ingin kembali ke tempat sebelumnya, meski tidak perlu. Dia juga melihat tulisan dia atas lorong yang ditutupi batu, tulisan sama dengan yang ada di tempat Stev dan Chely, yaitu ucapan selamat karena berhasil lolos dari tahap pertama. "Hmm, jadi begitu. Tapi rintangan ini semua bisa membunuh peserta, sungguh tidak bisa diampuni!" ucap Ricko merasa tidak terima dengan rintangan berbahaya itu, tapi mau bagaimana lagi, semua peserta sudah yakin dan serius mengikuti turnamen ini.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN