37. PERTUNJUKAN AJAIB

1865 Kata
Ketiga panitia memperkenalkan diri, mereka 2 orang pria dan 1 orang wanita, mereka bernama Fictor, Venny, dan Gennai, masing-masing memiliki julukan yang unik. *** Gennai turun dari atas labirin, dia tampak melayang dari sana menuju bawah hingga saat ini berada di depan para kesatria, dia memberi senyum pada semua kesatria. Melihat itu, mereka semakin fokus dengan apa yang akan dilakukan oleh Gennai. "Kalian lihat itu!" Para kesatria yang berada di depan melihat apa yang ditunjuk oleh Gennai, seekor burung elang yang mati dan bahkan terbelah menjadi 2 bagian, burung elang itu juga sudah mati 2 hari yang lalu, sehingga sudah mulai membusuk, sungguh kasihan. Kenapa bisa mati begitu? Mungkin tidak sengaja terkena serangan seseorang yang sedang latihan teknik spesial. Beberapa kesatria yang sejak tadi pagi melihat burung elang itu sempat terheran, namun tidak ada yang peduli karena sudah mati, apalagi merasa ngeri mendekati bangkai burung elang itu. Burung itu mati di dekat dinding labirin, sehingga baunya tidak tercium pekat oleh para kesatria, karena posisi mereka agak jauh dari dinding labirin, ditambah bangkai itu belum begitu membusuk. Panitia Gennai menggunakan kekuatan miliknya untuk mengangkat tanah di bawah bangkai burung elang, sehingga bergerak dan mendekat di depan para kesatria. Agar para kesatria yang di belakang bisa tahu, panitia Gennai menaikkan tanah pijakan dirinya dan tanah di bawah bangkai tersebut, tanah menjulang setinggi 1 meter dan berbentuk kotak, sepertinya Gennai sang kesepian bisa memanipulasi tanah, sungguh hebat, para kesatria terkagum melihat kekuatan panitia Gennai. Akhirnya semua kesatria bisa melihat bangkai burung elang itu, karena panitia Gennai juga sedikit memiringkan tanah yang mengangkat bangkai agar terlihat lebih jelas. "Oke, semuanya lihat baik-baik!" Sesaat kemudian, panitia Gennai menggunakan kekuatan Kristal Magic untuk melakukan sesuatu pada bangkai burung elang itu. Sebuah energi berkilauan menyebar dan mengarak ke bangkai tersebut. Energi itu menyelubungi pada bangkai elang, dan perlahan terjadi sesuatu. Bangkai burung elang mulai menyatu perlahan-lahan, hingga akhirnya menjadi satu, bahkan burung elang itu hidup kembali. Burung itu juga langsung terbang jauh ke pohon di dekat labirin, sungguh menakjubkan. Semua kesatria terkejut dan hampir tidak percaya melihat itu. "Wow, sungguh luar biasa!" "Bagaimana itu bisa terjadi? Sungguh ajaib." "Gak mungkin!" "Berarti benar, ada Kristal Magic yang bisa mengabulkan segala permohonan." Begitulah para kesatria yang melihat keajaiban Kristal Magic ukuran kecil, itu baru yang kecil, bagaimana dengan yang besar? Tentu saja lebih menakjubkan dan luar biasa. Hampir semua bertepuk tangan. "Apa? Aku gak menyangka ada hal yang seperti itu bisa terjadi, luar biasa. Jika begitu, bukan hanya bisa menyelamatkan para penduduk desa dari penyakit misterius, tapi bisa lebih dari itu. Syukurlah jika memang bisa mengabulkan segala permintaan, aku semakin yakin," gumam Stev dalam hati, kemudian tersenyum. Tentu saja semua kesatria percaya dengan adanya Kristal Magic yang bisa mengabulkan segala permintaan, termasuk Stev Diego Toshiro, Chely Veronia, dan Ricko Hasagi. "Bagaimana, sangat ajaib bukan?" tanya Gennai sang kesepian. "Luar biasa!" "Ajaib!" Setelah itu, panitia Gennai masih ingin menunjukkan sesuatu yang lain lagi mengenai Kristal Magic yang dia pegang. "Masih ada lagi yang harus aku tunjukkan pada kalian, para kesatria. Lihat baik-baik!" Dengan perlahan panitia Gennai sang kesepian berjalan mendekati tanaman kecil yang tidak jauh darinya, sepertinya tanaman buah jeruk dan mungkin baru tumbuh seminggu yang lalu dari bijinya. Semua kesatria fokus memperhatikan itu, pasti ada sesuatu yang menakjubkan lagi. "Oke, kita mulai sekarang!" ucap panitia turnamen Gennai sambil mengarahkan dan menggunakan kekuatan Kristal Magic kecil pada tanaman tersebut. Energi kemilau kembali muncul dan menyelubungi tanaman, sesaat kemudian tanaman jeruk kecil itu tumbuh perlahan, semakin besar dan semakin besar, ranting- ranting tumbuh baru dan batang semakin membesar, akhirnya menjadi pohon jeruk bahkan sampai berbunga, kemudian bunga perlahan menjadi buah kecil hingga terus membesar dan akhirnya menjadi jeruk matang berwarna orens. "Wow luar biasa, ajaib!" "Aaaa! Kenapa bisa tumbuh secepat itu?" "Apa ini mimpi? Plak! Aww, ternyata nyata!" Pohon jeruk kecil tersebut tumbuh besar hingga berbuah matang hanya dalam waktu kurang dari 3 menit, benar-benar kekuatan Kristal Magic yang menakjubkan. Semua yang melihat itu sangat terkagum dan hampir tidak percaya, tapi itu adalah kenyataan. "Wah, menarik sekali. Ternyata keajaiban seperti itu memang ada di dunia ini, sungguh diluar dugaan," gumam Stev. Setelah pertunjukan nyata itu, kini Gennai sang kesepian merasa sudah cukup untuk memberi keyakinan bahwa Kristal Magic memang bisa mengabulkan segala permintaan. "Baiklah, dengan yang terakhir itu, aku rasa kalian sudah yakin dengan kekuatan Kristal Magic yang sungguh luar biasa!" ucap panitia Gennai, kemudian kembali ke tempat semula dengan lari di dinding labirin, tentu saja dia bisa menggunakan kekuatan energi untuk melakukan banyak hal, seperti Stev dan para kesatria lain. Mungkin para panitia turnamen ini adalah para kesatria yang lebih dulu bisa menguasai teknik-teknik semacam itu, dan kali ini ingin menunjukkan keahlian mereka sedikit, mungkin juga sudah lama tidak menunjukkan kekuatan mereka pada banyak orang, sehingga dalam turnamen ini, mereka ingin menunjukkan diri. "Oke semuanya! Saatnya memasuki tujuan utama kita, yaitu turnamen labirin, peserta harus mencapai tengah labirin agar menang!" teriak panita Fictor sang kolektor, dia sangat suka mengumpulkan orang-orang termasuk para kesatria saat ini, ide menyelenggarakan turnamen ini juga berasal darinya, mungkin karena itu dia dijuluki sang kolektor. "Yuhuuu!" Sorak dan tepuk tangan para peserta turnamen terdengar sangat meriah, mereka tampak semangat sekali hari ini. Apalagi sudah melihat dan yakin dengan kedua hadiah fantastis itu. "Pertama-tama, karena jumlah peserta yang datang terlalu banyak, aku akan mengeliminasi sebanyak 20 peserta. Bagi siapa yang kami tunjuk, silakan pulang ke rumah masing-masing. Namun kami juga memilih tidak sembarang, tentunya ada sesuatu yang membuat kami tidak memilih kalian. Mengerti?" ucap Fictor dengan bijaksana dan tegas. "Mengerti!" jawab sebagian besar para peserta turnamen. Setelah itu, panitia Fictor menyuruh semua kesatria untuk meningkatkan energi milik masing-masing. Kemudian ketiga panitia akan berdiskusi dan melihat semua para peserta, mereka berdiskusi untuk memilih siapa yang akan dikeluarkan dan siapa yang layak mengikuti turnamen ini. Fictor, Venny, dan Gennai juga mempersiapkan sesuatu untuk menjadi tanda siapa yang tidak terpilih. Panitia Venny mengambil beberapa batu di sekitar labirin dengan kekuatan telekinesis miliknya, sebanyak 20 batu melayang di depan para kesatria. "Mereka bertiga, siapa sebenarnya? Kenapa kekuatan energi miliknya sangat besar? Hebat!" batin Fictor sambil melihat-lihat semua kesatria, dan yang dia maksud adalah Stev, Chely, dan Ricko. Tentu saja energi mereka sangat besar, karena mereka adalah orang terpilih dan memiliki pedang suci legendaris. Kedua temannya, alias Venny dan Gennai juga menyadari itu, mereka sempat berdiskusi dan berpikiran bahwa mereka bertiga memiliki peluang besar dalam memenangkan turnamen ini, namun belum tentu juga, karena ada beberapa kesatria lain yang memiliki kekuatan energi besar juga, meski lebih besar Stev, Chely, dan Ricko. Selama kurang lebih 1 menit, Fictor memberi tahu bahwa dalam meningkatkan kekuatan energi sudah cukup, karena ketiga panitia sudah tahu 20 orang yang harus pulang dan tidak diperbolehkan mengikuti turnamen ini. "Oke, bagi siapa yang di depannya ada batu ini, maka kalian kami anggap gagal mengikuti turnamen ini," ucap Fictor membuat semua peserta terkejut, tapi itu adalah pilihan yang terbaik dan tepat. "Sial, jangan sampai aku dapat batu itu." "Cihh, peraturan yang memuakkan." Itu adalah perkataan beberapa peserta yang mendengar keputusan panitia, tapi semuanya hanya bisa mengikuti peraturan yang dibuat oleh panitia turnamen dengan bijaksana. "Baiklah, kami akan mulai! Venny silakan tempatkan semua batu pada orang yang gagal!" perintah Fictor. "Siap!" jawab Venny, dia segera menggunakan kekuatanya untuk melayangkan 20 batu kepada peserta yang gagal. "Jreng!" Semua yang mendapat baru itu terkejut dan merasa kecewa. "Kenapa aku harus terpilih? Apa yang salah?" "Sungguh menyebalkan!" "Sial, aku gagal." "Hiks, maafkan aku semua. Aku harus pulang dengan tangan hampa." Itulah beberapa ucapan para peserta yang dinyatakan gagal ikut turnamen, termasuk seorang gadis yang menangis itu. "Kenapa kalian memilihku? Aku gak terima!" ucap seorang pria yang bersikeras ikut turnamen. "Mohon maaf semuanya! Kami gak menerima bantahan dan pengulangan, karena yang kami pilih sudah sesuai dan tepat menurut kami," balas Fictor sang kolektor. Sebenarnya ketiga panitia milih energi yang paling kecil adalah orang yang gagal mengikuti turnamen. "Cihh, memuakkan!" "Silakan pulang ke rumah masing-masing, khusus bagi yang gagal. Itu adalah tanda bahwa kami mencintai kalian, terima kasih," ucap Venny sang pencinta. "Omong kosong macam apa itu, kalau memang cinta, berikan hadiah itu padaku, huft," gumam seorang pria yang mulai berjalan pulang, dia membawa senjata tombak kecil. "Tanda cinta? Sungguh gak masuk akal," batin Stev, meski dia tidak terpilih batu itu. Sementara Chely hanya tersenyum sedikit, mungkin karena dia bisa mengikuti turnamen ini. Berbeda dengan Ricko yang tampak ada lambang cinta di kedua matanya, dia tersanjung mendengar perkataan cinta. "Wah, jika dalam mendapatkan cinta semudah itu, harusnya aku mengundurkan diri saja dan menjalin cinta dengan Venny," batin Ricko sangat konyol. "Ah, bodoh, aku bodoh. Bukannya menang turnamen bisa mendapat banyak cinta, itu berarti aku bisa memborong banyak gadis, hahaha!" lanjutnya tertawa puas dalam hati. Memang panitia Venny terlihat sangat cantik, tapi sebenarnya umurnya mendekati 40 tahun. "Tunggu, meski sang panitia Venny cantik, tapi menurutku umurnya jauh di atas ku. Sebaiknya aku cari yang muda-muda saja nanti, tapi seandainya dia adalah takdirku, ya aku gak bisa menolak, hihihi," batin Ricko terus berpikiran aneh-aneh mengenai panitia Venny sang pencinta. Semua peserta yang gagal sudah melangkah pergi dan meninggalkan area labirin ini, akan tetapi masih ada 1 yang bandel, dia seorang kesatria laki-laki yang menggunakan senjata kapak. "Kamu, kenapa masih di sini?" tanya Gennai sang kesepian. "Aku tetap ingin ikut turnamen ini!" balasnya tegas. "Apa maksudmu? Bukankah sudah kami beritahu peraturan kami, hah?" ucap Gennai sedikit kesal karena laki-laki itu seperti menantang panitia. "Aku gak peduli!" teriak laki-laki itu tidak takut. "Apa?" "Gennai, stop! Biar aku yang atasi dia," ucap Fictor mengambil alih, terlihat Gennai menengok ke arah Fictor dan menuruti keinginannya. Sesaat kemudian, Fictor menatap serius laki-laki keras kepala itu, ternyata Fictor menggunakan kekuatan energinya. Tiba-tiba sosoknya ada di depan laki-laki itu dan tampak ber-aura gelap kuat serta terlihat menyeramkan. "Apa kamu masih ingin menantang kami, hah?" tanya Fictor. Laki-laki itu hanya terdiam dan sepertinya merasa ketakutan, bahkan keringat menetes di pelipisnya. Ternyata saat kesatria lain pada melihat laki-laki itu, dia hanya terdiam sendirian. Rupanya Fictor masih di atas dan dia menggunakan kekuatan energinya membentuk ilusi di pikiran laki-laki keras kepala itu, mungkin hanya laki-laki itu yang bisa melihat sosok Fictor menyeramkan di depannya. Namun kedua temannya alias Venny dan Gennai bisa melihat kekuatan Fictor, dan mereka tersenyum sinis melihat laki-laki itu ketakutan hingga mengeluarkan keringat dingin. Kebetulan Stev bisa melihat kondisi laki-laki itu, dia segera mengaktifkan kekuatan matanya sehingga bisa melihat sosok Fictor yang menyeramkan itu, dia sempat terkejut melihat kekuatan besar Fictor. "Ternyata ketiga panitia itu bukanlah orang sembarangan, mereka pasti kesatria hebat yang sebanding dengan Kakek Hamzo," batin Stev. Laki-laki keras kepala itu berusaha berkata, "Ba-baiklah! Aku sebaiknya pulang sekarang!" "Bagus! Jangan coba-coba berani menantang kami, atau kamu akan meninggalkan dunia ini, mengerti?" ucap Fictor menakuti laki-laki itu, menurut ketiga panitia, laki-laki kesatria itu memang lebih lebah dari kesatria lain yang tidak terpilih batu. "A-aku mengerti!" ucapnya masih ketakutan, dia segera berlari meninggalkan area labirin ini. Hal itu membuat kesatria lain terheran, tapi tidak peduli dengan kesatria laki-laki tersebut, karena mereka malah senang, sebab laki-laki bersenjata kapak itu memperlama jalannya turnamen. Stev hanya terdiam tidak mau berkomentar, dalam benaknya sedikit ada rasa takut, namun berusaha tidak memikirkan itu terlalu dalam, yang terpenting adalah mentaati peraturan, maka bisa aman. Setelah kesatria lemah itu pulang, panitia segera melanjutkan persiapan dimulainya turnamen hari ini.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN