4. BERBURU LAGI

1509 Kata
Penyakit misterius telah melanda penduduk Blue-Sky. Hal itu membuat semua warga panik dan ketakutan, meski belum ada korban jiwa. Sebenarnya dari mana penyakit aneh dan misterius itu? Sepertinya dari kekuatan jahat dan sengaja dikirim, namun belum tentu begitu, terlalu misterius. *** Setelah Stev dan teman-teman mendapat selebaran kertas berisi kabar turnamen itu, Stev menyimpannya baik-baik dan tidak akan membiarkannya hilang. "Oke, kita tetap lanjutkan berburu dulu, kalau tidak, kita semua mau makan apa nanti?" ajak Stev. "Oke, itu hal yang paling penting," jawab temannya. Selanjutnya mereka bergegas menuju hutan untuk mencari binatang buruan. Sambil berjalan, Stev berkata, "Aku akan urus turnamen ini, nanti setelah berburu. Hanya ini jalan satu-satunya." "Stev, kenapa kita tidak mencari cara lain dulu. Siapa tau ada," ucap Khen menanggapi. "Gak perlu. Ini sangat darurat, kita gak boleh buang-buang waktu, daripada penyakit itu semakin berbahaya. Lagi pula sangat sulit mencari cara lain, bahkan menurutku itu sangat mustahil." Khen hanya terdiam mendengar itu, setelah dipikir-pikir, dia juga tidak tahu bagaimana mencari cara lain. Dia hanya pasrah dan berharap sahabat terbaiknya tersebut baik-baik saja, namun dia terus khawatir dan memikirkan hal-hal buruk yang mungkin akan terjadi. Sekian menit kemudian, mereka sudah sampai di dalam hutan rimba, Stev dan teman-teman sangat bersemangat dalam mencari binatang buruan, berharap bisa mendapatkan banyak hasil yang memuaskan. Mencari dengan serius namun hati-hati, karena terkadang ada sesuatu yang membahayakan nyawa mereka, seperti ular berbisa, ulat beracun, rombongan lebah berbahaya, duri beracun, tanaman beracun dan masih banyak lagi binatang atau tumbuhan berbahaya yang lain. "Guys, hati-hati. Di sana ada harimau liar. Sebaiknya kita tidak mendekatinya, karena itu terlalu berbahaya buat kita," ucap Stev sambil bersembunyi dan memberi tahu ke teman-teman. "Oke, kita juga gak boleh membunuh binatang seperti itu. Karena binatang itu sangat menarik dan langka, mereka juga ingin hidup bebas tanpa ada gangguan," balas Khen. "Itu benar, meski terkadang binatang itu berbahaya." Selanjutnya, Stev dan teman-teman memilih pindah tempat dan menjauh dari harimau tersebut. Beberapa menit kemudian, salah satu anggota pemburu melihat sesuatu yang unik. "Wah, apa itu? Sepertinya keren," ucapnya sambil melihat sebuah benda lonjong berwarna coklat, mirip seperti buah yang menggelantung. Dia mencoba memetiknya menggunakan tongkat kayu yang ada di sekitar tempat itu. Setelah dia mencoba ingin memetik, ternyata malah berlubang dan muncul sesuatu yang berbahaya. "Whoaaa! Sial, ternyata lebah," teriaknya dan langsung bergegas kabur. Sebenarnya anggota ini belum berpengalaman baik dalam berburu, dia termasuk anggota baru karena menggantikan salah satu anggota yang terkena penyakit misterius itu. "Ada apa?" teriak Stev. "Lari, ada lebah beracun!" jawabnya. "Apa?" kaget Stev dan yang lain. Lebah berbahaya itu sangat agresif, dia terus mengejar siapa yang mengganggunya, memang benar rombongan lebah itu mengejar orang tersebut. Sialnya anggota baru tersebut malah berlari menuju Stev, sehingga Stev juga harus lari untuk menjauh dari lebah berbahaya itu. "Kenapa bisa terjadi?" tanya Stev padanya sambil berlari sebaik mungkin. "Maafkan aku, tadi aku kira buah lezat, ternyata sarang lebah," jawabnya dengan polos. "Astaga, jadi begitu. Lain kali tanya dulu, oke?" "Oke, siap!" Stev mencari cara agar terhindar dari rombongan lebah tersebut, sementara Khen dan yang lain mengikuti mereka dengan hati-hati, akan tetapi mereka aman karena tidak dikejar lebah berbahaya tersebut, meski begitu, mereka tetap harus waspada. "Whoaaa! Lebah-lebah itu benar-benar mengincar kita, siaal!" teriaknya sambil terus berlari. Setelah berlari cukup jauh, Stev mendapat ide dan ingat ada sesuatu yang bisa mengatasi lebah-lebah tersebut, tapi cara tersebut cukup buruk, nun tidak ada cara lain. "Lumpur, di depan sana ada lumpur. Ikuti aku, kita harus melumuri tubuh kita dengan itu," saran Stev. "Apa itu bisa mengatasinya?" "Iya, itu sangat efektif. Meski sungguh gila, tapi gak apa-apa yang penting kita selamat." "Oke, baiklah." Stev berlari menuju tempat yang banyak terdapat lumpur, diikuti temannya, sesampainya di sana dia langsung terjun ke dalam lumpur dan melumuri seluruh tubuhnya dengan itu, begitu juga dengan temannya tersebut, mereka juga menunduk. Saat rombongan lebah berbahaya itu mendekat, memang benar lebah-lebah itu hanya terbang di sekeliling mereka dan tidak mau menyentuh apalagi menyengat. "Wah, benar. Ini sangat keren, kamu pintar Stev," ucap teman Stev memuji. "Hehe, tapi badan kita jadi kotor." "Iya sih. Gak apa-apa, kita akan mandi nanti di sungai." "Good, ide yang tepat." Rombongan lebah itu akhirnya pergi setelah tidak berhasil mengincar target, Stev dan temannya merasa senang mengetahui itu. "Huft, pergi juga akhirnya," keluh Stev. Selanjutnya, Stev dan teman yang membuat masalah itu kuat dari lumpur, kemudian mencari air sungai. Tidak lama kemudian, teman-teman lainnya datang menemui mereka. "Hahaha, kalian kenapa? Jadi seperti monster mengerikan," ucap Khen tertawa karena melihat Stev dan temannya berlumuran lumpur, bahkan di wajah juga, memang tampak lucu. Teman-teman yang lain juga menahan tawa. "Diam kau, Khen. Ini gak lucu," balas Stev agak kesal. "Hahaha, itu lucu kawan. Hihihi." "Berisik!" "Maafkan aku, ini semua gara-gara aku," ucap teman yang tadi mengganggu lebah tidak sengaja. Tapi Stev tidak memarahinya, dia juga sudah memaafkan kesalahan tersebut. Stev hanya memperingatkan untuk selalu hati-hati, jika ada sesuatu yang aneh, sebaiknya tanya dulu pada mereka. "Baik, aku mengerti!" jawabnya dengan sungguh-sungguh. Stev dan yang lain tersenyum mendengar itu, sekian menit kemudian mereka menemukan sungai, bergegas Stev dan temannya itu terjun ke air sungai agar badan bersih dari lumpur. Melihat itu, Khen dan yang lain jadi kepengen mandi juga di air sungai, hingga akhirnya semua mandi di situ dengan bahagia. Bagi Khen dan yang lain, mereka mencopot pakaian dulu dan menyisakan celana dalam, sedangkan Stev dan yang tadi mandi dengan pakaian lengkap, itu semua karena semua pakaian mereka kotor terkena lumpur. Mereka semua mandi di air sungai dengan asik, terkadang sambil bermain air, bahkan lomba renang agar semakin seru. Setelah merasa cukup puas dan bersih, Stev mengajak mengakhiri mandi mereka agar tidak kehabisan waktu, apalagi hari ini belum mendapatkan satu pun binatang buruan. "Ayo kita lanjutkan perburuan kita!" ajak Stev mulai berjalan keluar dari air sungai. "Oke!" jawab semuanya menurut, mereka tidak mau jika Stev marah-marah karena ajakannya tidak segera dituruti. Setelah keluar dari air, Stev mencopot bajunya, lalu memeras sekuat tenaga agar bajunya tersebut sedikit kering. Selanjutnya celana panjang hingga menyisakan celana dalam. Teman yang satunya tadi juga melakukan hal yang sama. "Stev, kenapa masih ada yang tersisa?" tanya Khen bercanda, dia bermaksud menjahili Stev. "Hah, apa maksud kamu?" tanya Stev agak bingung. "Bukankan celana dalam kamu juga kotor dan basah, hahaha!" "Sialan kau, Khen! Jadi, kamu menyuruh aku telanjang bulat, hah? Kenapa gak kamu lakukan sendiri saja, dasar gak tau diri," kesal Stev. Khen terus tertawa dan yang lain malah ikutan tertawa juga, mendengar itu Stev cuek saja. Tapi sesaat kemudian, dia berkata, "Udah, gak usah bercanda. Ayo lanjutkan berburu!" Stev mulai melangkah diikuti teman-temannya yang setuju tanpa penolakan. Setelah melangkah jauh memasuki hutan kembali, mereka menemukan rombongan kambing hutan. Segera mengendap-endap untuk memburu salah satu atau dua dari banyak kambing hutan itu. Saat cukup dekat, segera Stev memfokuskan anak panahnya, kemudian segera melesatkan dengan yakin. "Wushh!!" suara anak panah melesat dengan cepat. "Embeekkk!" suara salah satu kambing terkena anak panah milik Stev di bagian paha belakang. Kambing-kambing hutan yang lain segera lari kabur, sementara yang terluka itu kesulitan berjalan. "Tangkap!" teriak Stev pada semua anggota kelompoknya. Semua segera lari menuju kambing yang terluka, Stev hanya berjalan pelan mendekati kambing terluka itu, karena teman-temannya sudah bertindak cepat. Khen berhasil menangkap kambing terluka itu, terlihat meronta ronta ketakutan. Agar tidak seperti itu, mereka segera memegang erat-erat kambing itu, lalu salah satu dari mereka menyembelihnya agar lebih mudah dalam membawa pulang, tenang dan kambing itu juga tidak merasa sakit berlama-lama. Semua bersorak gembira, kecuali Stev yang hanya tersenyum mendapat itu. Katanya sudah lama tidak memakan daging kambing hutan liar, rasanya pasti sangat lezat. Mereka segera membawa pulang sambil mencari binatang buruan lain, atau makan mentah lain yang ada di hutan, entah itu jamur, buah-buahan, atau yang lainnya. Setelah sekian menit perjalanan, mereka menemukan lagi binatang buruan, yaitu beberapa ekor rusa liar. Mereka berniat memburu lagi mumpung ketemu. "Stev, serahkan padaku!" ucap Khen ingin mencoba memburu rusa liar itu. "Apa kamu yakin bisa?" "Yess, kalian liat saja!" jawab Khen. "Oke!" Khen mendekat perlahan ke arah rusa liar yang sedang makan, teman yang lainnya memperhatikan dengan serius dan bersiap membantu. Terlihat Stev melipat kedua tangan di dadda, ingin melihat aksi sahabatnya tersebut. Khen menggunakan peralatan tombak runcing dari kayu. "3 ... 2 ... 1, sekarang!" batin Khen kemudian melesatkan tombak miliknya kuat-kuat. "Jrepp!" suara tombak mengenai kaki depan rusa liar bagian atas, binatang itu langsung ambruk namun berusaha bangkit, sementara rusa-rusa liar yang lain lari kabur dengan cepat. "Ayo kita tangkap!" ajak Khen. Semuanya segera berlari menuju rusa yang terluka. Stev hanya berjalan pelan sambil tersenyum. "Hebat, ternyata udah sangat ahli si Khen. Bagus, sementara dia bisa menggantikan ku menjadi pemimpin pemburu, nanti saat aku berangkat untuk turnamen," ucap Stev. Hari ini mereka mendapat dua binatang buruan yang besar, ini akan menjadi pesta besar yang seru. Mereka kira sudah cukup untuk makan bersama penduduk, jadi para anggota pemburu binatang bergegas pulang. Mereka tidak ingin mencari binatang buruan kecil atau makanan yang lain, karena satu ekor kambing hutan dan rusa liar sudah cukup, apalagi nanti ada nasi juga. Stev dan teman-teman pulang dengan hati bahagia, karena mendapat hasil binatang buruan yang istimewa.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN