81. GELOMBANG KEMATIAN

1425 Kata
Dimensi yang diciptakan oleh penyihir Barra berada di dunia roh jahat, namun masih mereka ada di dalam kotak dimensi, sehingga mereka tidak bisa keluar dari untuk menginjakkan kaki di dunia mengerikan tersebut. *** Sebelum mereka bertarung melawan Barra dengan bentuk yang mirip vampir, mereka berpikir apakah dimensi ini bisa dihancurkan atau tidak, terus bagaimana mereka bisa kembali ke dunia asli mereka. Jawabnya adalah mengalahkan penyihir Barra jika ingin kembali ke dunia, namun untuk menghancurkan dinding dimensi, sepertinya sangat mustahil. Seandainya Barra kalah, mereka mungkin langsung kembali ke dunia nyata, atau malah terjebak di dunia roh jahat ini selamanya, sungguh mengerikan. Saatnya mereka bertarung, mulai saat ini ketiga roh suci akan menyalurkan kekuatan suci mereka kepada Stev dan teman-teman, agar bisa mengalahkan penyihir jahat tersenut. Terlihat Barra melesat dan terbang cepat untuk menyerang para kesatria. Melihat itu, semua kesatria memilih untuk berpencar. Barra menyerang Stev terlebih dahulu, sambil terbang, Barra menembaki Stev dengan peluru gelap sangat cepat dan cukup banyak. "Whoaaa!" teriak Stev sambil berlari cepat untuk menghindar. "Sial, dia mengejar aku dulu," lanjutnya khawatir. Ricko bersiap menunggu waktu yang tepat untuk menyerang musuh dan membantu Stev jika terdesak. Untuk Chely, dia berlari mendekat ke arah dinding dimensi, dia penasaran apakah dinding itu bisa dihancurkan atau tidak, seandainya bisa, mungkin memilki tempat yang lebih luas untuk bertarung, meski ruang dimensi ini sudah luas, tapi karena di dalam ciptaan musuh, mungkin sangat berbahaya bagi semua. Chely mencoba menebas dinding dimensi dengan pedang legendaris, akan tetapi hasilnya nihil, dinding itu sama sekali tidak tergores, retak, apalagi hancur. Selanjutnya, Chely mencoba menggunakan kekuatan cahaya, tapi hasilnya sama saja, lalu menggunakan kekuatan kegelapan dan ternyata sama saja tidak mempan. "Sial! Bagaimana dengan ini?" ucap Chely, kemudian menggunakan teknik spesial. "Pedang Cahaya, Teknik Laser Cahaya!" "Jrosshh!" Laser cahaya menghantam dinding dimensi selama beberapa detik, terlihat asap mengepul akibat serangan itu. Chely berpikir bahwa mungkin itu berhasil, namun saat serangan laser cahaya itu berakhir dan asap menghilang, dinding dimensi sama sekali tidak tergores dan saat ini masih utuh, Chely bersedih hingga akhirnya menyerang, lalu memilih untuk membantu Stev dan Ricko melawan Barra. "Sialan! Ternyata memang mustahil untuk menghancurkan dinding dimensi ini. Menyebalkan, berarti satu-satunya cara adalah mengalahkan penciptanya. Oke, aku siap mengalahkan penyihir jahat itu. Tunggu aku semuanya!" gumam Chely diakhiri dengan semangat membara, dia melesat cepat ke arah musuh, mengerikan itu, dia tidak takut sama sekali meski seorang gadis. Stev masih berlari cepat, namun tiba-tiba terjatuh entah tersandung apa, mungkin karena gugup dan kesal dikejar terus. "Oh, sial!" ucap Stev. Barra tersenyum lalu menyerang dengan kekuatan lebih, peluru gelapnya semakin besar, namun jumlahnya berkurang. "Mati kau!" teriak Barra bahagia. Peluru meluncur ke arah Stev, berjumlah 4 dan melesat cepat, namun tiba-tiba ada sambaran petir menghancurkan keempat peluru tersebut, dengan itu Stev selamat dan dia segera bangun lalu menjauh. "Kurang ajar! Dasar pengganggu!" kesal Barra. Sesaat kemudian ada serbuan pisau es mengarah padanya, akan tetapi Barra santai saja. Ketika pisau-pisau es tersebut menyerang, Barra hanya menahan serangan itu menggunakan sadap kelelawarnya, bahkan tidak membeku sama sekali. Stev terkejut mengetahui itu, sungguh sulit dipercaya. Ada lagi laser cahaya melesat ke arah Barra dari samping, dia tetap santai mengetahui itu, ternyata sayap satunya digunakan untuk berlindung dari serangan laser cahaya milik Chely. Melihat, itu Chely terkejut bukan main, begitu juga dengan yang lain. Padahal semua serangan mereka sudah disalurkan menggunakan kekuatan suci, tapi sayap kelelawar itu masih utuh tanpa tergores. "Bagaimana bisa?" kaget mereka. Barra hanya tersenyum. Sebenarnya karena ini ada di dunia roh jahat, jadi kekuatan jahat semakin kuat, sehingga kekuatan suci melemah, ditambah sayap kelelawar itu ini sangat kuat bagai baja. Benar-benar situasi yang buruk, pasti penyihir Barra sudah mempersiapkan ini semua, jadi itu sebabnya dia sombong dan merasa tidak terkalahkan. Bagaimana para kesatria mengalahkan penyihir jahat terakhir jika seperti itu? Mungkin hampir mustahil untuk bisa dikalahkan. "Hahaha!" Barra tertawa puas dengan semua ini, mungkin masih ada lagi rahasia di balik pertarungan ini. "Sepertinya dia memang gila," ucap Chely. "Hey, sebenarnya kamu orang gila atau penyihir busuk?" teriak Ricko bertanya konyol, namun sukses menghentikan tawa Barra tersebut. "Hah, jaga mulutmu bocah!" jawab Barra. "Bocah kau bilang? Ngaca donk, siapa yang bocah! Bukankah tubuhmu lebih muda dariku, hah?" Barra terdiam mendengar itu, karena memang kenyataan. "Memangnya kenapa? Sadar kurang ajar! Berani-beraninya berkata lancang kepada raja penyihir sepertiku?" "Maaf, aku memang sengaja! Penyihir busuk!" "Sialan! Kau memang ingin mati rupanya!" kesal Barra lalu menggulung kedua sayapnya dan tiba-tiba beraura gelap dan berkobar. Semuanya terheran dan menjadi waspada dengan apa yang sedang dilakukan Barra itu. Sesaat kemudian, aura semakin besar dan ... "Gelombang Kematian!" Sebuah gelombang Kematian melesat dan menyerang semua yang ada di dalam ruangan dimensi ini. Gelombang tersebut sangat cepat, bahkan Stev dan teman-teman langsung terkena telak hingga terpental jauh dan terkapar. "Ughh!" keluh mereka. "Teman-teman bertahanlah!" ucap Draga memberi semangat, roh suci lainnya pun khawatir. Sebenarnya para roh suci ikut terkena efek gelombang itu, tapi mereka lebih tahan sehingga kondisinya lebih baik. "Sial, kekuatan macam apa itu! Sangat mengagetkan!" kata Stev dan berusaha bangkit, ada sedikit darah di bibirnya. "Ini sangat buruk!" ucap Chely. "Huh, ini gak bisa dibiarkan! Ughh, sakit!" keluh Ricko merasa kesal, saat baru saja berdiri tiba-tiba Barra sudah ada di dekatnya, bahkan segera melayangkan serangan, Ricko terkejut melihat itu, tapi ... "Jrass!" Ricko terkena tusukan dari ekor Barra yang tajam itu, tepat di bagian perut akan tetapi untung saja di sebelah pinggir, sehingga tidak begitu fatal. Meski begitu, lukanya cukup parah karena ekor menembus dan terlihat darah keluar banyak di perut Ricko. Pasti Barra ingin membalas atas perbuatan Ricko yang mengejeknya itu. "Aakkh!" Ricko sangat kesakitan. "Ricko!" teriak semua teman-temannya khawatir dengan kondisi Ricko. Chely sangat terpukul mengetahui itu, matanya mulai berair, sementara Stev yang paling dekat dengan Ricko sangat marah melihat sahabatnya terluka parah. Stev segera membalasnya, kekuatan energinya tiba-tiba meningkat, namun Barra segera menjauh dengan senyum bahagia, dia menarik ekor yang menembus perut Ricko hingga membuat Ricko merintih sakit lagi. Stev segera mengayunkan pedang legendaris dan melesatkan kekuatan es, namun Barra berlindung dengan sayap kelelawar lagi, dia terbang menjauh karena berhasil melukai Ricko. "Ricko! Apa kamu baik-baik saja? Oh, tidak! Darahmu terus mengalir," tanya Stev. "Ughh, ini sungguh sakit!" jawab Ricko sambil menekan perutnya yang terluka. Chely segera mendekat, sebelum dia sampai, dia melihat bahwa Barra menyerang lagi dari jarak jauh menggunakan senjata kapaknya, sebelumya kapak milik Barra di taruh di punggungnya. Barra menyerang menggunakan banyak sabit gelap, tapi Chely segera melindungi mereka dan mengeluarkan teknik laser cahaya, sehingga serangan Barra gagal total. "Unico, sebaiknya kita lakukan ini!" ucap Draga memberi kode. "Baiklah, kekuatan suci kita juga kurang berhasil," balas Unico, dia segera menyembuhkan luka yang diterima Ricko tersebut. "Unico, kamu ... ," ucap Ricko hampir menangis, tapi sebagai laki-laki dia menahannya, karena merasa malu, apalagi ada Chely, gadis yang membuatnya tertarik, meski belum lama kenal. Tapi Ricko hampir menangis karena terharu, bukan karena sakit. Unico tersenyum melakukan itu. "Apa kamu serius melakukan ini, Unico?" tanya Stev. "Ya, ini lebih penting!" jawab roh Unico. Perlahan luka Ricko terebut mulai sembuh, darah berhenti mengalir. Chely yang hampir meneteskan air mata menjadi terharu, dia merasa lega hingga akhirnya satu tetesan air mata terjatuh, dia bergegas mengusapnya, namun Ricko terlanjur tahu, kemudian berkomentar, "Chely, kenapa kamu menangis?" "Hah, siapa yang menangis. Sembarangan aja," jawab Chely mengelak. Akan tetapi Ricko malah tersenyum, tentu saja karena Chely malu-malu kucing. "Kenapa kamu malah tersenyum, dasar menyebalkan!" "Aku tahu kamu meneteskan air mata, jadi kamu sangat khawatir dengan diriku ya, hehe!" "Udah, jangan berisik! Lukamu lama sembuh nanti!" ucap Chely mengalihkan pembicaraan. Mereka malah sedikit bercanda, Stev pun tersenyum mengetahui Chely sampai menangis, meski hanya sedikit, tapi itu menandakan bahwa dia takut kehilangan Ricko. Tetapi musuh hampir menyerang dengan teknik berbahaya lagi, yaitu gelombang mematikan itu. Ternyata Barra memanfaatkan waktu untuk mempersiapkan serangan yang kedua, sungguh licik. "Matilah kalian semua!" teriak Barra lalu menggunakan teknik mematikan itu lagi. Gelombang gelap mematikan langsung melesat cepat. "Apa?" Para kesatria terkejut, situasi saat ini sangat berbahaya, apalagi Ricko belum sembuh total, kalau sampai terkena serangan itu lagi, bisa berakibat buruk. Namun saat gelombang gelap mematikan hampir mengenai Stev dan teman-teman, muncul lingkaran suci yang diciptakan roh Draga dan Bafly bersama-sama serta digabungkan agar lebih besar dan bisa melindungi semuanya, sementara Unico baru saja selesai menyembuhkan Ricko. Dengan lingkaran suci itu, maka semuanya selamat dari serangan gelombang kematian yang kedua. "Draga, Bafly! Terima kasih!" ucap Stev, begitu juga dengan Chely dan Ricko mengucapkan terima kasih. Lebih baik kelautan para roh suci untuk melindungi mereka, karena serangan musuh sangat berbahaya dan sangat sulit dihindari. Mungkin ada cara lain untuk mengalahkan Barra dalam wujud vampir itu. TO BE CONTINUED
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN