82. BERTAHAN ??

1506 Kata
Kekuatan yang sangat mengerikan dan mematikan dikeluarkan Barra, bahkan hingga membuat para kesatria terluka. Apalagi Ricko, dia sampai terluka parah karena Barra menusuknya dengan ekor tajam. Saat ini keadaan semakin sulit untuk mengalahkan sang pemimpin penyihir jahat, alias Barra Charlotte. *** Saat ini memperlihatkan desa tempat tinggal Stev, yaitu desa Blue-Sky. Waktu sudah sore, Khen masih berharap banyak kepada Stev agar segera mengalahkan musuh penyebab penyakit dan bencana ini. Terlihat Stev memasak makanan seorang diri, karena dia harus kuat dan mengisi perut. Khen memanggang ikan bakar dan ubi, tapi dia merasa sedih melihat semua penduduk desanya tidak sadarkan diri, saat ini dia merasakan kesendirian yang sunyi dan kelam. "Stev, ayolah segera kalahkan musuh dan pulanglah. Aku rindu dengan suasana ceria seperti dulu. Ternyata sungguh menyedihkan hidup seorang diri, aku yakin kamu lebih berat menjalani hidup, Stev! Kamu memang hebat, kamu adalah pahlawan bagi kita semua, aku bangga memiliki sahabat seperti dirimu," gumam Khen, dia teringat akan keberangkatan Stev menuju turnamen demi menyelamatkan penduduk desa, dia membayangkan pasti sangat berat hidup di hutan selama beberapa hari tanpa ada orang yang menemani. Khen berpikir bahwa seharusnya dia menemani, tapi memang waktu itu Stev melarangnya, jadi dia tdiak bisa apa-apa. Tapi ini semua ada baiknya, karena jika Khen ikut menemani Stev, maka tidak ada orang yang akan menolong dan mengamankan penduduk desa saat ini. "Stev, berjuanglah! Aku tunggu kepulangan kamu dengan kabar gembira, oke?" ucap Khen semangat, meski Stev tidak ada di situ. Setelah itu, Khen makan makanan yang dia buat untuk sendiri, karena hanya dia yang saat ini sadar, meski rasanya sungguh menyedihkan dia tetap berusaha makan agar tidak ikut pingsan. Bukan karena makanannya yang tidak enak, tapi situasinya yang membuat makan terasa tidak enak. Di rumah Stev sendiri, Ayah dan Ibunya tentu saja masih koma, tapi sebelumnya sudah diamankan oleh Stev sendiri ketika pulang sebentar. Sungguh mulia kedua orang tua Stev, mereka sangat menyayangi Stev meski bukan anak kandungnya. Semoga orang-orang yang tidak bersalah ini segera bangun dari koma. Para penyihir jahat memang sangat keterlaluan, mereka pantas mendapat hukuman yang setimpal. Beralih di tempat lain, tepatnya desa Xalim, Zell terus menemani Gea istrinya yang koma, ada juga ayahnya Zell berada di kasur yang tidak jauh darinya. Zell juga berharap para kesatria segera mengalahkan musuh, agar istri dan semua orang sadar dari koma. "Gea, bertahanlah. Aku yakin ada kesatria yang sedang berjuang menyelamatkan dunia. Aku akan terus menemani kamu hingga kamu sadar, aku sayang kamu!" ucap Zell dengan tersenyum, lalu mencium tangan kanan istrinya tersebut. Teman-teman Zell juga sedang merawat dan melindungi keluarga masing-masing, berharap mereka yang koma segera membuka mata. Orang-orang yang bangun dari koma akibat kurangnya 3 tumbal di ritual itu saat ini masih menunggu datangnya keajaiban, semua berdo'a agar bencana ini cepat selesai. *** Kembali di pertempuran, Barra merasa kesal karena serangan gelombang kematian yang kedua gagal mengenai Stev dan teman-temannya, semua karena kekuatan lingkaran suci memang selalu sempurna dan sangat kuat, hanya saja butuh waktu untuk mengeluarkannya lagi, sama seperti kekuatan rahasia atau dahsyat yang lain. Ricko sudah pulih, dia segera bangkit untuk melawan sang pemimpin penyihir. "Teman-teman, ayo kita balas penyihir jahat itu!" ajak Ricko bersemangat meski tidak tahu hasilnya. "Oke!" jawab yang lain. Para kesatria melesat maju, lalu menyerang bertubi-tubi musuh, Barra juga tentu saja tidak takut dan terbang melesat ke arah para kesatria. Stev mengeluarkan teknik pilar api, sehingga Barra berhenti sebentar karena kaget, akan tetapi dia tersenyum lalu menerobos pilar api tanpa takut, ternyata berlindung menggunakan kedua sayapnya. Hal itu membuat seranagn pilar api milik Stev gagal dan tidak menyerang apa-apa. "Cihh, sungguh keras kepala!" ucap Stev dengan kesal. Saat Barra ingin menyerang, Chely mengeluarkan terknik dimensi kegelapan, sehingga Barra terkurung di dalamnya. "Apa ini, sungguh gak berguna," gumam Barra. Kotak kegelapan itu mengecil dan mencoba menghancurkan Barra, akan tetapi setelah teknik itu berakhir, tampak Barra sedang berlidung menggunakan kedua sayapnya, bahkan seluruh tubuhnya tidak terlihat. Namun tidak lama kemudian, sayapnya terbuka dan terlihatlah Barra dalam keadaan bsik-baik saja tanpa terluka. "Sialan! Kenapa gak mempan sama sekali sih? Pertahanan sayapnya benar-benar sangat kuat. Apa gak ada cara lain untuk menghancurkan nya?" kesal Chely karena serangannya sama sekali tidak berefek. Kemudian Barra menyerang menggunakan peluru gelap, tapi dihalau oleh Stev menggunakan shuriken api dan bola kegelapan milik Chely. Saat itu juga, Barra sedang fokus menyerang Stev dan Chely, lalu Ricko menyerang Barra dengan sambaran petir, bahkan terkena telak dan sedikit mengejutkan musuh. Barra juga tidak berlindung dari kedua sayapnya. "Apa kali ini berhasil?" pikir Ricko, tampak Stev dan yang lain penasaran. Terlihat Barra menunduk, sepertinya merasakan sakit akibat sambaran petir milik Ricko. Namun sesaat kemudian, dia tertawa pelan, bahkan semakin keras dan akhirnya tertawa puas. "Hahaha! Kalian benar-beanr membuatku terhibur, ini sangat nikmat!" ucap Barra lalu menjilat bibirnya sendiri saking senangnya. Stev dan yang lain terkejut, ternyata serangan Ricko juga gagal. Meski sebenarnya sedikit berefek, tapi tidak membuat Barra kesakitan apalagi terluka, dia hanya merasa seperti digigit semut. Setelah itu, terlihat Barra menggulung lagi kedua sayapnya karena ingin mengeluarkan teknik mematikan itu. Para kesatria meneteskan keringat akan hal itu, ini sungguh berbahaya. Kata para roh suci, mereka bel bisa menguarkan teknik lingkaran suci, karena belum waktunya tiba, para kesatria semakin panik. Tetapi sebelum serangan gelombang mematikan muncul, Stev dan Chely mencoba menciptakan pelindung, Stev membuat dinding es, sementara Chely membuat segitiga kegelapan, tapi untuk Ricko tidak, karena menurutnya tidak ada kekuatan elemen yang cocok untuk mengatasi gelombang mematikan itu. Maka Ricko meminta untuk ikut berlindung bersama Chely meski sebenarnya merasa malu. Sekian detik kemudian, Barra mengeluarkan gelombang mematikan itu lagi. Semuanya bersiap dan waspada. Serangan mematikan itu akhirnya menyerang, pelindung es dan kegelapan awalnya berhasil, tapi tidak lama kemudian, pelindung mereka retak dan akhirnya hancur, sehingga gelombang mematikan mengenai mereka semua. "Uaaghh!" teriak mereka hingga terpental mudur dan jatuh. Pelindung es dan kegelapan ternyata tidak bisa melindungi mereka, akan tetapi sedikit mengurangi kekuatan dahsyat dari gelombang tersebut, sehingga mereka tidak terluka parah. "Ughh, sial! Gagal juga ternyata," ucap Stev, dia segera bangkit dari terjatuh, begitu juga yang lain. Kemudian, Barra menyerang dengan teknik lain, sebuah benda gelap berbentuk roket, tapi hanya 1 dan meluncur cepat ke arah mereka. Mengetahui itu, Chely bertindak lalu menghalaunya dengan laser cahaya. "Duarrr!" Serangan mereka bertabrakan namun terjadi ledakan keras, karena sebenarnya kekuatan roket gelap adalah ledakan, hampir sja mengemak mereka jika tidak ada yang menghalau. Ada lagi serangan musuh yang sama, lalu Stev bertindak dan mengeluarkan shuriken api, sehingga membuat roket gelap meledak lagi. Disusul roket gelap yang ketiga, kali ini Ricko yang bertindak, dia menyerang menggunakan aliran petir tepat ke roket gelap, sehingga terjadi ledakan lagi sampai seisi ruangan bergetar, meski sebenarnya dari sejak awal, itu menandakan bahwa kekuatan roket gelap sangat berbahaya. Barra merasa semakin kesal, tapi Stev mengambil kesempatan, melesat cepat ke arah Barra. Melihat itu, Barra menembaki Stev dengan peluru gelap, tapi Stev bisa menghindar dengan gesit. Saat di dekat musuh, Stev mengeluarkan tebasan es, akan tetapi Barra menghindar dan menjauh. Stev mengejar lagi, dan berusaha menebas, tapi selalu gagal, Barra segera memgambil kapak dan membalas serangan Stev, tapi Stev masih bisa menghindar. Hal itu membuat Stev dan Barra saling menyerang dan bertahan, suara benturan pedang legendaris melawan kapak gelap terdengar nyaring, terkadang Barra menyerang menggunakan ekor tajam meski Stev tahu dan bisa menghindar. Sekian detik berlalu, mereka berhenti saling serang, kemudian serangan Ricko dan Chely mengarah pada musuh, serangan sabit udara dan bola kegelapan menyerang bersamaan, kali ini Barra berlindung menggunakan kedua sayapnya. Setelah serangan Chely dan Ricko selesai, ternyata Barra masih utuh tanpa terluka. Akan tetapi ada sedikit kemajuan, ada sedikit goresan di kedua sayap Barra tersebut, mungkin mulai melemah karena banyak digunakan untuk berlindung. Sesaat kemudian, Barra akan mengeluarkan lagi serangan gelombang gelap mematikan itu, kedua sayapnya digulung. Para kesatria mencoba menyerang saat Barra dalam kondisi seperti itu, tapi hasilnya sia-sia, apalagi Barra otomatis terlindungi kedua sayapnya, meski mulai rusak. Semuanya bersiap hingga akhirnya gelombang kematian menyerang, namun sebelum mengenai Stev dan teman-teman, para roh suci mengeluarkan lingkaran suci, sehingga semuanya aman dari gelombang kematian yang keempat. Barra semakin kesal, tapi serangan yang berikutnya pasti akan terkena dengan telak, jadi Barra tersenyum. "Teman-teman, sepertinya sangat bahaya jika begini terus," ucap Draga membuat para kesatria khawatir. "Benar, kekuatan kami terus berkurang, jika sampai habis, kami gak bisa lagi menciptakan lingkaran suci," tambah Bafly. "Waduh, ini gawat! Aku baru sadar, apalagi kekuatan energi kita juga semakin menipis," ucap Ricko. "Sedangkan kekuatan energi Barra sepertinya masih banyak, sialan memang!" ucap Stev. "Kita juga kesulitan menyerang Barra, gimana ini?" tambah Chely. "Jika kita hanya bertahan, maka berakhir sudah kita, karena nanti pertahanan kita pasti habis," ucap Unico. "Baiklah, ini cara terakhir dan terbaik kita, apa kalian setuju?" tanya Draga kepada Bafly dan Unico. "Setuju!" jawab kedua roh tersebut. Stev dan teman-teman masih bingung apa rencana para roh suci, tapi meeka ikut setuju apa pun itu. Tiba-tiba penyihir Barra menyerang dari jarak jauh, banyak peluru gelap melesat ke arah mereka. Melihat itu, Stev dan Ricko akan mengatasi serangan tersebut. Stev menggunakan shuriken api dan Ricko menggunakan sabit udara, kedua serangan itu seolah-olah bergabung dan berhasil mengalahkan serangan musuh dengan sempurna. TO BE CONTINUED
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN