56. ADA 5 PENYIHIR

1440 Kata
Mello bersikeras ingin melawan Stev, Chely, dan Ricko. Padahal Stev dan yang lain sudah memberi peringatan bahwa ini semua hanyalah tipuan belaka, tapi Mello tidak peduli dan tidak percaya, yang dia inginkan hanyalah kemenangan dan mendapatkan semua hadiah fantastis itu. Benar-benar pemuda yang keras kepala. *** Mello ingin mengambil Kristal Magic, dia sudah bersiap dengan senjata sabit legendaris untuk menghancurkan medan pelindung yang menyelimuti Kristal Magic, sementara Stev dan teman-teman hanya bisa melihat apa yang akan terjadi. "Hmm, indah juga kalau melihat Kristal Magic dari dekat. Sebentar lagi kamu akan menjadi milikku! Hoaaa!" ucap Mello diakhiri dengan teriak karena ingin mengambil benda berkilauan tersebut. "Clenk!" Tenyata energi yang melindungi Kristal Magic sangat kuat, bahkan tampak seperti baja. "Apa? Gak mungkin ... keras sekali," kaget Mello setelah mencoba menebas dengan sabit legendaris. "Clenk!" "Clenk!" Mello berusaha keras hingga berkali-kali menebas pelindung tersebut, akan tetapi hasilnya selalu gagal, bahkan pelindung itu sama sekali tidak berkurang atau tergores sedikit pun. "Sialan!" Mello terus mencoba menghancurkan namun selalu sia-sia. Bahkan Mello mencoba menggunakan kekuatan spesial untuk menghancurkan energi pelindung itu, tapi hasilnya sama saja. "Hah, hah! Gak mungkin, kenapa sama sekali gak bergeser," ucap Mello sampai kelelahan. "Dasar Bodoh! Mana mungkin itu bisa dihancurkan," gumam Ricko sambil memperhatikan Mello. "Hmm, sepertinya hanya para panitia itu yang bisa membuka energi pelindung. Berarti cara satu-satunya hanya bertarung sampai mati, tapi aku gak akan lakukan itu, sungguh keterlaluan," batin Stev. "Memang gak bisa dihancurkan, tapi apa yang harus aku lakukan? Aku gak sanggup membunuh mereka semua, adakah cara lain?" batin Chely bertanya-tanya sambil memperhatikan peserta lainnya. "Kurang ajar!" teriak Mello sangat kesal karena semua yang dia lakukan gagal total. Menghancurkan energi pelindung Kristal Magic gagal, mengalahkan Stev dan teman-teman juga gagal. Beberapa detik kemudian, 5 orang panitia turnamen muncul dari 5 portal hitam di atas labirin ruang tengah. Stev dan yang lainnya terkejut, mereka memperhatikan para panitia itu, bahkan kelima panitia sedikit berubah penampilan, yaitu memakai tudung hitam layaknya para penyihir di film-film kartun atau game. "Mau ngapain mereka?" tanya Stev dalam hati sekalian waspada. "Hah, kenapa sekarang ada 5 panitia? Ada 1 lagi yang baru, sungguh mencurigakan," batin Chely. "Sebenarnya siapa mereka? Jangan-jangan para buaya darat!" gumam Ricko dalam hati sangat konyol. Bisa-bisanya berkata begitu, adakah buaya darat wanita? Lucu sekali. "Dasar! Kau telah melanggar peraturan! Menyingkir saja kau!" kesal panitia Barra sang kebencian, dia menggunakan kekuatan gelap dan menyerang Mello hingga terjatuh ke bawah, namun Mello berusaha menahan agar tidak jatuh dan terluka parah. "Ughh! Apa-apaan dia?" keluh Mello sambil menatap tajam panitia yang menyerangnya itu. "Kenapa kau menyerang ku, hah?" teriak Mello dengan lantang. "Hahaha! Apa kamu gak sadar dengan kesalahan yang kau perbuat? Dasar gak tau diri!" balas panitia Marxo sang pengintai. "Memangnya kenapa?" "Mencoba mengambil Kristal Magic tanpa menang turnamen dulu adalah pelanggaran berat!" jawab panitia Venny sang pencinta. "Aku gak peduli!" "Kurang ajar!" kesal panitia Fictor sambil menyerang Mello dengan kekuatan energi gelap. Akan tetapi Mello berhasil melindungi diri menggunakan sabit legendaris. "Hahaha! Cukup Fictor, sebaiknya kita beri tahu tujuan kita yang sesungguhnya. Aku sangat benci dengan kesatria," ucap Barra sang kebencian dengan tertawa menandakan sesuatu yang licik. "Baiklah, aku setuju!" balas Venny sang pencinta, panitia yang lain pun tersenyum sinis. Sebenarnya apa yang mereka rencanakan selama ini, mungkinkah turnamen ini hanya untuk mengelabuhi semuanya demi keberhasilan rencana mereka? Sungguh sulit dipercaya. "Apa yang mereka maksud?" gumam Stev. "Teman-teman, kita harus waspada!" ucap Stev pada semuanya, Mello pun tampak terheran dengan perkataan Barra. Stev, Chely, dan Ricko menjadi waspada saat para panitia misterius itu ingin melakukan sesuatu, Mello juga demikian, menjadi curiga. Stev dan teman-teman mempersiapkan senjata masing-masing untuk melindungi diri atau melawan jika para panitia menyerang mereka. Terlihat kelima panitia berpakaian hitam layaknya penyihir itu mendekat, tapi mendekat pada Kristal Magic yang berada di tengah labirin ini. Mereka berlima melayang dan mengitari Kristal Magic, sesaat kemudian, salah 1 dari mereka yaitu Barra sang kebencian berkata ... "Baiklah, ini saatnya memberi tahu tujuan kami." Stev dan teman-teman semakin fokus mendengar dan melihat mereka. "Kami adalah penyihir yang akan menguasai dunia ini!" lanjutnya tegas. "Apa?" kaget Stev dan peserta lain. Setelah itu, para penyihir mengeluarkan kekuatan bersama-sama. Mereka membuat energi gelap yang menutupi atap labirin, sehingga Stev dan yang lain terkurung di bawahnya. "Kurang ajar!" kesal Ricko dan Mello, mereka berdua menggunakan kekuatan senjata legendaris untuk menghancurkan energi yang mengurung mereka. Akan tetapi sama sekali tidak berefek, energi itu masih utuh mengurung mereka. "Sial, kita terkurung di sini," ucap Stev. "Apa yang ingin mereka lakukan?" tanya Chely. "Asal kalian tau ya! Seharusnya kalian sudah mati semua!" ucap Fictor sang kolektor. Para penyihir itu mengatakan bahwa turnamen ini hanya untuk mencari tumbal dalam rencana mereka, para penyihir kesal karena Stev, Chely, dan Ricko tidak mau bertarung sampai mati, padahal itu adalah rencana para penyihir agar semua peserta mati dan menyisakan 1 pemenang. Para penyihir juga mengatakan bahwa hadiah fantastis itu hanya untuk mengelabuhi para peserta, jika memang ada yang menang, mereka tidak akan memberikan hadiah itu, bahkan ingin membunuh peserta yang menang turnamen itu sebagai tumbal terakhir. "Kurang ajar!" teriak Stev dan lainnya. "Sudah aku duga," gumam Stev. "Berani-beraninya kalian menipu kami!" ucap Mello marah. "Kalian gak bisa dimaafkan!" ucap Chely. "Dasar penyihir busuk!" kesal Ricko. Namun para penyihir malah tertawa bahagia mendengar kekesalan para kesatria tersebut. "Apa kalian ingin lihat! Silakan!" ucap Marxo sang pengintai menunjukkan sesuatu. Sebuah kekuatan cermin yang tercipta dari energi miliknya, mirip seperti sebuah kamera atau video. Di cermin itu memperlihatkan para kesatria lain yang tewas di tahap-tahap turnamen sebelumnya, bahkan peserta yang menyerah dan berusaha mencari jalan keluar dari labirin juga tewas semuanya, sungguh kejam. Itulah yang dinamakan Labirin Kematian, meski itu semua adalah ulah para penyihir tersebut, sungguh keterlaluan. "Astaga!" "Gak mungkin." Chely bahkan sampai menutupi mulutnya melihat kejadian mengerikan itu, dia merasa tidak kuat melihat para kesatria lain tewas. Stev, Ricko, dan Mello juga terkejut melihat kenyataan tersebut. Jadi selama ini para penyihir tahu bahwa para kesatria tewas di dalam labirin, karena itu semua ternyata adalah keinginan para penyihir, sungguh penyihir yang jahat. Sebenarnya untuk apa para penyihir itu mencari tumbal? Semua akan terungkap sebentar lagi. "Kenapa kalian sungguh kejam?" tanya Stev. "Hahaha, kau diam saja bocah, karena sebentar lagi kalian para kesatria akan menyusul mereka semua," jawab Barra. "Hahaha!" semua penyihir tertawa bahagia mengetahui rencana mereka sebentar lagi berhasil. "Cukup! Ayo kita mulai saja. Kita habisi dulu 4 tumbal yang tersisa itu!" ajak penyihir Barra sang kebencian. "Oke!" jawab penyihir lainnya serentak. "Apa?" "Menghabisi kita?" "Hati-hati semuanya!" teriak Stev memberi peringatan, karena para penyihir akan mengeluarkan kekuatan untuk membunuh Stev, Chely, Ricko, dan Mello. Mengetahui itu, para kesatria bersiap dan berusaha mencari perlindungan, tapi tidak tahu apa. Mereka hanya bisa berlindung menggunakan senjata legendaris masing-masing. Kelima penyihir mundur beberapa meter kemudian menyatukan kekuatan gelap, setelah itu tercipta bola raksasa hitam pekat di atas Kristal Magic, terdapat aura yang sangat kuat menyebar di sekitar itu. "Matilah kalian semua, kesatria!" teriak para penyihir sambil menggerakkan tangan kanan mereka untuk menggerakkan bola hitam raksasa ke arah labirin di bawah mereka, tepatnya untuk membunuh Stev dan kesatria lain. Bola raksasa bahkan menghancurkan energi yang mengurung para kesatria, kekuatan besar itu meledak dan menyebar dengan dahsyat di seluruh labirin tengah tersebut. Stev, Chely, Ricko, dan Mello berteriak keras karena kematian mereka sudah di depan mata. Sungguh para penyihir yang jahat dan kejam, mereka telah menipu banyak kesatria, bahkan sama saja membunuh semua kesatria. Di tempat lain, tepatnya gua tempat tinggal Kakek Hamzo, dia merasakan sesuatu yang buruk terjadi. "Ada apa ini? Sepertinya ada sesuatu yang buruk akan terjadi. Gimana keadaan Stev, Chely, dan Ricko? Aku berharap mereka bertiga baik-baik saja!" gumam Kakek Hamzo bertanya-tanya. Setelah itu, dia memanjat pohon dengan kekuatan energinya, sehingga hanya perlu lari di batang pohon. Kakek Hamzo hanya ingin mengecek kondisi dari atas pohon jika bisa. Kakek Hamzo mencari arah datangnya aura kejahatan tersebut, dari jarak yang sangat jauh, dia sedikit melihat aura tersebut, karena pancaran aura jahat itu memang menyebar ke arah langit juga. "Di sana! Aku yakin itu kekuatan jahat, siapa yang melakukan itu? ini sungguh buruk!" ucap Kakek Hamzo sambil memperhatikan arah aura jahat. "Mungkin aku harus ke sana! Tapi aku harus mengambil tombak legendaris dulu," lanjutnya lalu turun dari pohon untuk mengambil senjata legendaris miliknya. Saat berlari cepat, dia berkata, "Sepertinya itu adalah arah tempat Labirin Doom Hole, berarti tempat turnamen ketiga murid ku. Sial, sebenarnya apa yang terjadi?" Kakek Hamzo segera menuju ke sana, meski jaraknya sangat jauh. Apakah dia akan sempat ke sana sebelum Stev dan yang lain berakhir? Sepertinya kesempatan itu sangat kecil. Terus, bagaimana dengan nasib Stev dan kesatria lainnya itu? Mungkinkah mereka selamat atau tewas menjadi tumbal terakhir? Sebentar lagi pasti akan terungkap. TO BE CONTINUED
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN