79. CLON DIKALAHKAN

1886 Kata
Masa lalu sang pemimpin Barra sungguh kelam, hal itu membuat dirinya menjadi penyihir jahat dan benci kepada semua manusia. *** Saat ini Stev dan teman-teman masih bertarung melawan 3 clon Barra yang cukup hebat, bahkan sulit mengalahkannya. Sedangkan Barra yang asli sendiri malah asik duduk sambil melihat pertarungan tersebut, bahkan memasang wajah senyum seperti orang tak punya dosa. "Indah sekali pertarungan ini, teruslah berjuang dan buat aku terhibur, kesatria gak berguna!" gumam Barra sambil melihat pertarungan clon miliknya. Sesaat kemudian, Chely mencari kesempatan untuk menyerang Barra yang sedang bersantai tersebut, dia menyerang menggunakan tebasan cahaya, mungkin tubuh Barra bisa diserang dengan cahaya, karena bukan benda padat. Namun ternyata, Barra terlihat tetap santai, karena sebenarnya ada pelindung di sekitarnya, yaitu pelindung dimensi, sehingga serangan Chely gagal total. "Hihihi, dasar gak berguna!" ucap Barra. Karena hal itu, Chely merasa kesal dan hampir terkena serangan clon Barra, tapi Chely lompat mundur, hanya bajunya terkena sedikit cakar hingga sobek sedikit, untung saja tidak terluka. Di posisi Stev, dia berhasil menebas clon Barra hingga terbelah menjadi 2, namun Stev juga terkena sedikit di bagian pipi, sehingga tergores dan mengeluarkan darah. Menurut Stev itu hanya luka kecil, jadi tidak masalah. "Yess, aku berhasil menebasnya," kata Stev bahagia. Namun apa yang terjadi? Ternyata clon yang terbelah itu perlahan menyatu kembali, dan akhirnya menjadi clon Barra sempurna. Stev terkejut melihat itu, dengan begitu maka semua serangan yang dia lancarkan hanya sia-sia, sungguh menyusahkan jika terus begitu. "Makhluk apa dia sebenarnya? Kurang ajar! Bukankah dia cuma makhluk palsu, kenapa abadi juga, huft. Aku harus mencari kelemahannya, tapi apa?" gumam Stev sambil melompat dan menghindar. Terlihat Ricko menyerang clon Barra menggunakan sabit udara cukup banyak dan bertubi-tubi, musuh berusaha menghindar namun terkena 2 serangan hingga melukai pundaknya dan memotong tangan kirinya, bahkan hingga potongan tangan itu terjatuh. "Nice, rasakan itu!" ucap Ricko merasa senang. Saat ini para kesatria memang tampak berjauhan, dan masing-masing fokus melawan musuh, sehingga kurang mengerti keadaan teman lainnya. Clon Barra yang terkena serangan Ricko perlahan pulih dan tangan kirinya mengaku lagi. "Apa? Gak mungkin. Clon macam apa itu, bahkan lebih mengerikan dari pada zombie. Merepotkan sekali kalau begini terus," ucap Ricko. Clon milik Barra tersebut bahkan tampak tersenyum seperti tubuh aslinya, namun sepertinya tidak bisa bicara. Stev dan tan teman terus bertarung melawan clon sambil mencari cara mengalahkan mereka. Stev dan Ricko juga mencoba menyerang tubuh asli Barra dari jarak jauh, tapi hasilnya sama saja tidak mempan, karena Barra selalu dilindungi ruang dimensi. Sebenarnya dimensi apa itu? Mungkinkah dimensi ruang para iblis atau roh jahat? Belum ada yang tahu, tapi Barra pasti tahu dimensi tersebut. Sampai saat ini, para roh suci juga belum menunjukkan dirinya, memang cukup lama, karena kekuatan mereka terkuras sampai habis demi membantu Stev dan teman-teman untuk melawan penyihir yang sudah tewas, yang terakhir mereka memberikan kekuatan energi kepada para kesatria. Semoga saja 3 roh suci itu tidak lama lagi muncul, mungkin mereka bisa membantu banyak Stev dan teman-teman. Terlihat Stev dan Ricko saling membelakangi dan bersiaga melawan clon Barra yang sedang menyembuhkan diri, karena sehabis terbelah, bahkan mereka berdua terlihat mulai lelah, sementara Chely masih bertarung agak jauh dari mereka, tampaknya dia juga mulai kelelahan. Mau bagaimana lagi, melawan makhluk yang tidak mempunyai lelah sangatlah rugi dan merepotkan, tapi mereka harus melawan semuanya. "Hah, hah! Stev, ini sungguh buruk. Energi kita mulai berkurang dan tenaga kita terus melemah," ucap Ricko. "Sial! Huh! Kamu benar, Ricko. Kita harus coba cara ini," balas Stev, kemudian memberi saran, mereka akan menggunakan kekuatan yang lebih besar dan kuat. "Maju!" teriak mereka berdua sampai terdengar Chely dan Barra. "Semangat sekali mereka, apa mereka menemukan cara untuk mengalahkan makhluk palsu ini?" gumam Chely, dia menyadari bahwa Stev dan Ricko meningkatkan kekuatan energi, sementara dia melihat dulu sambil menghindari serangan clon Barra. "Hmm, apa mereka menyadari sesuatu? Aku akan lihat seperti apa!" gumam Barra. Terlihat Stev melesat cepat hingga membuat clon bingung, sesaat kemudian Stev berhasil menebas clon tersebut hingga terbelah menjadi 2 bagian. Setelah itu ... "Pedang Es, Teknik Penjara Es!" Sebuah prisma segi enam membekukan clon Barra, sehingga yang terbelah itu sulit menyatu lagi, selanjutnya ... "Pedang Api, Teknik Pilar Api!" Lima buah pilar api muncul di sekitar prisma segi enam. Setelah itu berputar cepat lalu mengecil hingga menghancurkan dan membakar prisma es bersama dengan clon Barra. Serangan ganda milik Stev berhasil menghancurkan clon Barra menjadi cairan panas, bahkan tidak berbentuk lagi. "Apa berhasil?" ucap Stev, ternyata memang berhasil. Clon tersebut tidak bisa menyatu kembali, karena sudah menjadi cairan. Cara yang menarik untuk menghancurkan clon Barra. Ricko juga bergerak cepat, lalu melompat ke atas hingga tidak diketahui clon Barra, dia pun segera mengeluarkan teknik spesial ... "Pedang Udara, Teknik Putaran Beliung!" Putaran kuat mengurung clon Barra, dia kesulitan kabur karena udara berputar cepat dan mendorong musuh ke pusat putaran beliung, bahkan tubuh clon tergores-gores oleh udara. Selanjutnya, Ricko tidak diam saja. "Pedang Petir, Teknik Sambaran Petir!" Sebuah petir kuning berukuran besar menyambar tubuh clon Barra yang sedang terluka parah dan terjebak di dalam putaran beliung, sehingga petir besar menghancurkan tubuh clon tersebut, hancur lebur dan gosong berantakan. "Bagaimana dengan itu?" ucap Ricko yang baru saja turun dari lompatan tadi. Ternyata cara seperti juga berhasil, serangan kuat dan ganda sepertinya bisa mengalahkan clon Barra yang menyusahkan itu. Chely terkejut melihat itu, kemudian dia tidak mau kalah dan ingin melakukan cara yang sama, dia meningkatkan kekuatan energinya hingga berkobar, lalu maju menendang clon Barra yang sedang terkejut juga melihat clon lainnya dikalahkan. Clon Barra terjatuh akibat tendangan Chely barusan, lalu Chely segera mengakhirinya ... "Pedang Cahaya, Teknik Lubang Cahaya!" Sebuah lingkaran putih muncul di bawah clon Barra yang terjatuh, lalu segera muncul cahaya menjulang berbentuk tabung, cahaya itu sangat panas hingga menghanguskan tubuh clon Barra. Selanjutnya, Chely pun menambah serangan dengan mengeluarkan teknik spesial lainnya. "Pedang Kegelapan," Teknik Dimensi Kegelapan!" Sebuah kotak hitam mengurung clon Barra bersama tabung cahaya, kemudian mengecil terus meledak hingga menghancurkan tubuh clon Barra tanpa ampun, bekas tubuh clon tersebut hingga berserakan, bahkan sampai di dinding labirin. "Hehehe, berakhir juga akhirnya!" ucap Chely merasa senang. Pada akhirnya ketiga clon Barra berhasil dikalahkan, meski harus menggunakan kekuatan yang cukup besar. Barra sedikit terkejut melihat itu, karena tampak kedua bola matanya melebar, akan tetapi sesaat kemudian tersenyum lagi. "Wah, wah, wah! Hebat sekali kalian bisa menghancurkan tubuh palsuku, sungguh menakjubkan. Tapi lihatlah, kalian sampai kelelahan begitu, kasian sekali, hahaha!" ucap Barra dengan tertawa puas, kemudian dia berdiri karena saatnya tampil lagi melawan para kesatria. Stev, Chely, dan Ricko menatap tajam Barra yang sedang menertawakan mereka itu, memang saat ini mereka bertiga cukup kelelahan, sungguh tidak menguntungkan memang, apalagi Barra masih terlihat sehat, bugar, dan sempurna. Mampukah para kesatria bertahan di pertarungan selanjutnya melawan tubuh asli Barra? Sepertinya situasi berat sebelah, meski para kesatria berjumlah 3 orang. Mungkin 3 clon itu adalah rencana Barra untuk menguras kekuatan energi Stev dan teman-teman, itu cara yang licik, tapi memang itulah kekuatan yang dimiliki seorang pemimpin penyihir jahat tersebut. Mau tidak mau, para kesatria harus melawan itu. Saat ini, yang harus dilakukan para kesatria adalah saling kerja sama dan melindungi satu sama lain. "Hahaha! Sebaiknya kalian menyerah saja! Gak ada gunanya menantang aku," ucap Barra, dia mulai terbang turun ke lantai labirin. Tentu saja ingin menyerang Stev dan teman-teman. "Gah, ini memang gak bagus! Tapi gak mungkin kita kabur! Apa pun yang akan terjadi kita harus berjuang hingga akhir!" ucap Stev. "Kamu benar, kita sudah sampai di sini. Untuk apa harus mundur, apalagi menyerah!" balas Chely. "Sialan emang si Barra itu, kenapa kekuatanya diluar nalar!" tambah Ricko. "Hey, penyihir jahat! Kenapa gak kamu saja yang menyerah, hah? Kita bertiga loh, kamu bakal kalah nanti! Jika kamu menyerah, kami gak akan membunuhmu, tapi ... tapi memenjarakan mu," ucap Ricko keras untuk menurunkan semangat dan kesombongan Barra, tapi mana mungkin mempan. "Hah, aku menyerah? Lucu sekali. Hahaha!" jawab Barra malah tertawa puas lagi. "Teman-reman, apa boleh buat. Ayo kalahkan dia!" ajak Ricko sedikit semangat lagi. Mendengar ajakan itu, semangat Stev dan Chely juga meningkat, meski sedikit. "Serang!" teriak mereka bertiga serentak, lalu berpencar agar Barra bingung. Para kesatria masih memiliki kekuatan energi yang cukup lumayan, meski badannya mulai lelah. Mereka harus memanfaatkan sisa energi sebaik mungkin. Meski dikeroyok 3 kesatria, Barra terlihat tetap santai dan tersenyum, namun kedua matanya memperhatikan gerakan para kesatria. Pertama Stev menyerang dengan pisau es, tapi dihalau oleh dinding dimensi, sehingga serangan Stev gagal, yang kedua Chely menyerang dari belakang menggunakan laser cahaya, namun Barra mengetahui itu, kemudian menciptakan lagi dinding atau medan dimensi, hal itu membuat laser cahaya juga gagal mengenai Barra sang kebencian. Selanjutnya, Ricko menyerang menggunakan sabit udara dari depan Barra. Barra sedikit terkejut, karena para kesatria menyerang dari berbagai arah. "Huh, merepotkan sekali!" ucap Barra, dia tidak menciptakan diding dimensi lagi, tapi mengeluarkan teknik dari kapak gelapnya, yaitu sebuah sabit kegelapan yang mirip dengan serangan Ricko tersebut. Kedua teknik milik Ricko dan Barra saling beradu dan berakhir dengan seimbang, semua terkejut melihat kapal gelap memiliki teknik yang mirip, terutama Ricko yang tekniknya hampir sama. Tapi saat itu juga, Stev, Chely, dan Ricko menyadari sesuatu dari teknik dinding dimensi, meski belum yakin. "Hah, kenapa bisa? Apa dia meniru teknik milikku?" kaget Ricko terheran. Ya, sebenarnya teknik kapak gelap milik Barra bisa meniru teknik lawan, namun tidak semuanya, tapi hanya beberapa teknik yang ringan hingga sedang. "Kenapa? Apa kalian terkejut?" tanya Barra. Stev dan teman-teman hanya terdiam karena belum yakin jika teknik itu memang mirip dengan milik Ricko, bedanya cuma dari udara melawan energi gelap. Sesaat kemudian Barra melesat dan menyerang Ricko, dia ingin menebasnya dengan kapak gelap. Ricko terlalu berani dan tidak mau menghindar, tapi menuggu musuh menyerang. "Clenk!" Ricko berhasil menahan kapak itu, lalu tersenyum entah kenapa, tapi hali itu membuat Barra terheran. "Hah, kenapa dia tersenyum?" batin Barra. "Bugh!" Ricko berhasil menendang pinggang Barra, namun hanya terdorong sedikit karena tubuh Barra lebih kuat dibanding Ricko, tubuhnya lebih besar juga. Tapi anehnya, tubuh Barra tidak menembus seperti sebelumnya ketika ditebas pedang legendaris, ada apakah? Sebenarnya karena Barra sedang fokus menggunakan kapak gelap miliknya, jadi tidak bisa menggunakan kekuatan tembus benda padat bersamaan. "Hah, jadi dia gak bisa melakukan teknik tembus jika sedang menyerang?" ucap Chely, mereka mendapat sedikit harapan untuk mengalahkan Barra, meski masih sulit. "Hmm, menarik juga itu!" tambah Stev dengan tersenyum. "Kurang ajar! Dia sedikit membaca teknik-teknik yang aku miliki," batin Barra kesal. Sesaat kemudian, Barra menyerang Ricko menggunakan laser gelap, Chely terkejut melihat itu, karena teknik itu mirip dengan teknik laser cahaya. Ricko pun terkena telak hingga mundur jauh dan hampir terjatuh, tapi masih bisa berdiri, dia terkena serangan itu karena Barra menyerang dari jarak dekat. "Ughh, sial!" keluh Ricko sambil menahan sakit di perutnya. "Ricko!" teriak Stev dan Chely khawatir padanya. Mereka berdua segera membatu dan melindungi Ricko agar Barra tidak menghabisinya. Akan tetapi, Barra merasa kesal karena berhasil ditendang Ricko tadi, sehingga dia ingin membunuh Ricko sekarang juga. Saat Ricko masih merasa kesakitan dari serangan laser gelap itu, Barra menyerang lagi menggunakan pisau gelap yang mirip seperti tekni es milik Stev itu. "Apa?" kaget Stev. "Ricko! Menjauh lah!" teriak Chely sangat khawatir, dia berlari dan air matanya hampir jatuh, mungkin karena dia sudah menganggap Stev dan Ricko adalah sahabat terbaik, jadi tidak mau kehilangan mereka, apalagi berakhir di depan mata, sungguh menyakitkan. Terlihat Ricko kesulitan bergerak karena masih sakit, dia terkejut melihat melihat banyak serangan pisau gelap dan pasti tajam mengarah cepat padanya. TO BE CONTINUED
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN