Happy Reading.
Freya benar-benar merasa dunia ini begitu sempit, dua wanita dari keluarga Sutomo sudah seperti benalu saja.
"Adiknya Mita, Maya Sutomo," jawab Freya datar. Tangannya terkepal erat sampai otot di punggung tangannya terlihat menonjol. Mengucapkan nama itu membuatnya sangat marah karena masih ingat dengan jelas bagaimana Maya menempel ditubuh sang suami. Tatapan penuh kemenangan serta senyum mengejek di tunjukan oleh Maya seakan wanita itu sudah menang.
"Jadi, apa alasanmu kabur dari perjodohan?" tanya Freya.
Zayn mendengus kesal. "Bukan urusanmu," jawabnya. Sungguh dia masih belum siap memberikan alasan pada orang lain karena dia masih begitu marah karena Mita adalah wanita yang menyebabkan kekasihnya meninggal, meskipun masih belum ada bukti tetapi firasat Zayn mengatakan jika Aurora tertekan oleh perlakuan Mita dan membuatnya depresi lalu bunuh diri.
"Oke, itu memang masalah mu, bukan ranahku untuk tahu, tetapi aku tidak mau kalau nanti terseret jauh dalam masalah yang kau buat," ujar Freya kali ini sudah bisa mengontrol emosinya.
"Nanti kamu akan tahu, tapi bukan sekarang," jawab Zayn. Freya mengangguk, dia tahu jika kaburnya Zayn pasti ada alasan yang jelas. Atau mungkin dia memang tidak mau dijodohkan dengan Mita. Padahal setahu Freya, Mita itu cantik. Bahkan dulu semasa SMA Mita berhasil menjadi primadona hingga Mita membuatnya kecelakaan saat akan dinobatkan menjadi ratu prom saat akan keluar hingga akhirnya Mita yang ditunjuk sebagai penggantinya. Setelah lulus dan kuliah di luar negeri, Freya sudah tidak tahu bagaimana kabar Mita karena mereka bukanlah kawan baik setelah tahu jika selama ini sangat terobsesi ingin seperti dirinya.
"Eh, kamu mau ke mana?" Freya menarik Hoodie bagian belakang Zayn.
"Aku mau pulang, kamu ikut aku, ayo!" Zayn menarik tangan Freya dan membawanya menuju bagian belakang gang itu.
"Lepas, aku bisa jalan sendiri. Lagian kenapa kamu mau bawa aku?"
"Kita harus lebih saling mengenal, memangnya kamu mau pergi ke mana?" tanya Zayn yang kini sudah melepaskan tangannya dari lengan Freya.
"Ehmm ... entahlah. Aku tidak tahu ke mana tujuanku, aku baru saja di cerai suamiku dan diusir dari rumahnya, sekarang aku nggak tahu kemana pulangnya," jawab Freya.
Dia masih belum siap jika harus pulang ke rumah sang kakek. Freya takut jika kakeknya pasti makin marah besar karena dia sudah disakiti oleh keluarga Alric. Dia akan pulang dan berani mengatakan pada kakeknya tentang semua yang dia alami setelah dia berhasil membuat keluarga Alric dan Sutomo hancur dengan tangannya sendiri.
"Ya udah, ayok ikut aku pulang ke apartemen, aku ada apartemen yang tidak jauh dari sini kamu bisa nginap di sana malam ini," ujar Zayn. Mata Freya berbinar, sepertinya bukan ide yang buruk kalau dia numpang tidur di apartemen Zayn.
"Oke!"
***
Freya melihat sekeliling, apartemen itu lumayan besar dan ada dua kamar tidur, dapur plus ruang makan dan ruang tamu lumayan besar. Wanita itu berjalan ke arah sofa dan duduk di sana. Memejamkan matanya sambil menghela napas. Sungguh dia tidak pernah menyangka jika akan mengalami nasib seperti ini. Rumah tangga yang dibangun atas dasar cinta kini hancur sudah. Mungkin inilah akibatnya jika dia tidak mendapatkan restu dari sang kakek. Keluarga satu-satunya yang masih hidup. Ada paman dan bibinya dari pihak ibu tetapi tinggal di luar negeri. Orang tua Freya sudah meninggal dunia saat wanita itu berusia 13 tahun karena kecelakaan.
Freya anak satu-satunya dan cucu satu-satunya dari keluarga Alexander. Dari kecil Freya memang sudah disambut identitasnya karena musuh sang ayah begitu banyak dan pasti ingin melenyapkannya. Untung dia masih memikirkan kakek yang kuat dan bisa menjaganya sejak kecil sehingga Freya tumbuh menjadi gadis yang serba bisa. Sejak usianya 15 tahun, Freya sudah ikut karate dan taekwondo. Bisa bela diri dari sejak usia dini memang harus diterapkan karena dia tidak memiliki orang yang bisa selalu mengawasinya dua puluh empat jam.
Kakek Freya yang bernama Alonso sebenarnya adalah mantan mafia dan ayahnya juga pernah ikut organisasi hitam, tetapi setelah menikah dengan ibu Freya sang ayah keluar dan mulai serius dengan bisnis keluar. Freya sendiri memang sudah pernah mengurus bisnis sang ayah walaupun tidak secara langsung karena dia juga belum ingin membuka jati diri di hadapan umum.
Terdengar suara pintu kamar terbuka, Freya menoleh dan langsung menutup matanya ketika melihat Zayn yang keluar dengan menggunakan bokser saja. Sepertinya Zayn habis mandi dan rambutnya yang basah dia keringkan dengan handuk ditangannya.
"Kenapa nggak pakai baju, sih! Dasar nggak sopan!"
Zayn menatap Freya dan terkekeh pelan. "Kaya anak perawan aja yang belum pernah liat tubuh cowok toples."
"Ya, tapi kita kan bukan muhrim. Jadi nggak pantas kalau kamu nggak pakai baju!" Zayn langsung memakai kaos uang dia bawa dan melemparkannya handuk di sandaran sofa. "Eh, bisa nggak taruh handuk itu pada tempatnya?! Ini handuk basah dan bisa kotor kalau ditaruh sembarangan!" Freya bangkit dan mengambil handuk itu lalu di bawanya menuju kamar yang di tempati oleh Zayn.
"Eh, kenapa aku harus repot-repot beresin handuk kamu? Nih, taruh sendiri di tempatnya!" Freya memberikan handuk basah itu pada Zayn dan kemudian dia berjalan ke arah sofa lagi.
Zayn terkekeh geli melihat tingkah Freya yang lucu, kenapa dia berasa punya istri yang cerewet.
"Kamu tuh sepertinya memang tipe istri yang cerewet, pantes aja diselingkuhi suami," ujar Zayn membuat Freya melotot garang.
"Kau—" Freya ingin sekali menampar mulut Zayn, tetapi tidak jadi karena dia juga sadar diri dengan nasibnya yang sudah diceraikan sang suami.
"Udah, nggak usah marah. Aku nggak tahu apa masalah mu, cuma kalau kamu memang sudah ditalak harus secepatnya diurus di pengadilan. Kalau sudah pisah kan gampang kalau kamu mau balas dendam. Aku akan membantumu dan kamu juga bisa menjadi tameng buatku nanti."
***
Di sebuah rumah mewah terlihat begitu tegang, seorang wanita cantik dengan gaun merah muda itu menangis.
"Hiks, dia nggak menghargai aku sama sekali, Tante. Aku pokoknya nggak mau kalau nggak sama Zayn," ujar Mita mengusap air matanya.
"Maafkan kami Pak Sutomo dan Ibu Dahlia. Saya akan memberikan kompensasi karena gagalnya pertunangan putra putri kita. Sebenarnya sejak awal Zayn sudah menolak perjodohan ini, tetapi nak Mita tetap ngotot ingin bersama anak saya, padahal beberapa Minggu terakhir sepertinya Zayn sudah menerimanya, tapi entah kenapa dia malah mempermainkan dan mempermalukan kita semua," ujar Delon–ayah Zayn.
Sutomo dan Dahlia sebenarnya juga kesal pada Zayn yang kabur saat hari pertunangan, tetapi sepertinya putri pertama mereka masih ingin melanjutkan perjodohan ini.
"Mita, bagaimana?" tanya Sutomo.
"Tapi aku cinta sama Zayn, Pa. Aku mau Zayn dan aku siap nunggu dia sampai kapanpun."
Bersambung