Part : 11

3575 Kata
Sudah 25 tahun berlalu, L Jun kini sudah menjadi seorang jenderal senior. Dia sangat dihormati. Semua musuh selalu gentar nendengar namanya...kecuali orang tuli. Anak anak Li Jun yang dari A Mi kini menjadi jenderal juga. Jumlah tentara kerajaan ada 2 juta orang. Wajar jika mereka memiliki beberapa jenderal tambahan. Li Na Si adalah anak sulung dari A Mi dan Jun. Dia menjadi jenderal bersama ayahnya. Li Gan Teng adalah anak kedua dari A Mi yang juga seorang jenderal. Beberapa anaknya tak perlu disebut karena tak ada banyak peran di dalam cerita. Ma Lu melahirkan 3 anak perempuan. 2 dari mereka menjadi Jenderal perempuan. 1 nya yang bungsu memilih menjadi ahli sastra. 2 jenderal perempuan yang berparas cantik itu bernama Li Ma Ta dan Li Sa Yu. Si bungsu bernama Li Cu Ka yang juga tak kalah cantik dari kedua kakaknya. Kedua kakaknya ahli beladiri. Tak ada lelaki yang berani mengganggu mereka kalau mereka di jalan. Mereka dianggap dewi perang oleh masyarakat. Sementara anak anak dari Man Di dan Bu Ka memilih kembali ke kerajaan Co Li. Kaisar tidak ada masalah dengan itu. Kedua kerajaan memiliki hubungan yang baik. Mereka yang dari Man Di bernama Li Ba Tu dan Li Ba Ta. Sementara yang dari Bu Ka bernama Li Se Men dan Li Pa Lu. Mereka Semua menjadi jenderal angkatan laut memimpin ribuan kapal perang kedua kerajaan. Mereka berempat ini menjadi "jembatan" antara kerjaan Co Li dan kerajaan Qing. Mereka Semua selalu akrab dan akur. Tak pernah ada kebencian atau rasa persaingan di antara mereka semua. Ketiga anak perempuan Li juga akur dan sangat akrab dengan saudara laki laki nya. Mereka berdua bisa saja sadis di medan perang, tapi sampai rumah, mereka selalu bermanja manja dengan kakak kakak laki laki nya dan ibunya. Li Cu Ka memang tak bisa beladiri tapi jago memasak. Ketiga ajudan yang selalu setia menemani Jun masih bersama dirinya. Usìa memang sudah kepala 4 tapi kegagahan dan keperkasaan mereka tetap tidak berubah. Wajah Li sudah ditumbuhi jenggot dan kumis tebal layaknya gagang telpon yang menambah wibawa nya. Istri istri Li masih tetap awet muda dan cantik. Li sendiri sudah tak mau memiliki istri lagi (kecuali terpaksa) dan mereka semua sangat akur. Semua kehidupan kota dan suasana di dalam kerajaan senantiasa damai dan tenteram. Perang juga jarang terjadi. Li juga sudah mewarisi semua ilmu kung flu nya ke anak anaknya yang laki laki dan perempuan. Semua belajar tanpa kecuali sekalipun mereka tidak berkecimpung di militer. Sementara itu nun jauh di utara sana, seseorang yang dulu bukan siapa siapa, kini memiliki 3 juta tentara. Dia ingin memenuhi janji nya untuk menguasai dunia. Pria itu bernama Me Na Wan. Dia bertubuh besar dan ahli beladiri terutama dalam urusan panah. Lalat pun tak lolos dari tembakan panah dia. Di bahu nya ada seekor burung elang yang setia berasamanya. Wilayah kekuasaanya Sudah sangat besar. Dia sudah menaklukan banyak kerajaan dari Asia barat, selatan bahkan tengah. Ribuan wanita sudah diperkosa dan dibuat hamil olehnya. Dia kadang disebut sebagai bapak dari banyak bangsa karena benih nya tersebar di banyak tempat dan negara. Dia selalu mengutamakan diplomasi. Barang siapa yang menolak, tak ada yang akan selamat. Bila mereka menyerah, dia pastikan tak ada yang terluka dan akan diperlakukan dengan baik. Istri dia telah tewas dibunuh oleh musuhnya. Dia kini tak mau menikah lagi dan memilih untuk jadi penakluk banyak bangsa tapi dia menculik seorang wanita dan dijadikan istrinya hanya untuk memberikan keturunan. Lah apa beda nya? Dari hasil hubungan nya itu, 2 anak laki laki dihasilkan dan mereka bernama Me La Ba dan Me Ra Sa. Kedua anaknya juga sama persis 99.9% dengan ayahnya. Ahli beladiri dan haus darah ingin menguasai banyak tempat. Mereka mendengar kabar tentang kehebatan Qing dan memutuskan untuk menunda serangan mereka sementara waktu sampai saatnya tiba. Suatu sore, Sa Yu dan Gan Teng pergi berdua dengan kuda nya. Mereka menuju bukit yang sepi di tepi kerajaan. Mereka berdua turun dari kuda nya dan beristirahat sebentar. Mereka berdua duduk bersebelahan di bukti dan menatap indahnya matahari senja. Sadar tak sadar, Gan Teng menggenggam tangan adiknya, Sa Yu. Sa Yu melihat tangannya digenggam kakaknya dan dia kembali menatap senja dengan senyum. Dia yàng terbawa perasaan akhirnya merebahkan kepalanya di pangkuan kakaknya. Gan Teng dengan lembut membelai rambut adik nya yang indah dan licin bagai sutra. Mereka berdua saling tersenyum dan menatap. Wajah Gan Teng mendekat ke adiknya dan mereka berdua berciuman. Dengan lembut sang kakak mengecup bibir adik nya yang cantik itu. Tangan sang adik yang masih memakai sarung tangan perang membelai wajah tampan kakaknya. Mereka akhirnya menghentikan ciuman itu dan seolah mengejar waktu, mereka langsung melepas semua pakaian perang mereka. 2 insan yang sedang terlibat cinta terlarang itu sudah telanjang. A Teng menatap tubuh telanjang adik perempuan nya yang putih mulus dan memiliki p******a indah itu. Gan Teng tak percaya kalau di balik baju perang adik nya itu terdapat keindahan yang didambakan semua pria. Gan Teng berusia 22 tahun dan Sa Yu berusia 21 tahun. Mereka kembali berciuman dengan ganas. Tangan A Yu sudah memeluk kepala kakaknya. Tubuh Sa Yu sangat mirip dengan tubuh ibu nya, Ma Lu waktu masih gadis. "Dek. Aku tak pernah menduga kamu memiliki tubuh yang indah seperti ini. Aku tak pernah merasa beruntung seperti hari ini." Kata Gan Teng. "Kak. Aku juga beruntung memiliki kakak laki laki yang gagah dan tampan seperti seorang pangeran. Aku cinta kamu kak." Kata adiknya dengan lembut. Mereka berciuman lagi sambil berguling guling di padang rumput. Suara Sa Yu yang garang dan lantang saat memimpin pasukan di medan perang bisa berubah begini lembut seperti suara dewi kahyangan. A Teng kemudian turun ke p******a adiknya. Dia memainkan p****g s**u adiknya yang berwarna coklat muda itu dan dia juga menyusu ke p******a adiknya. "Kak. Ohhh ohh ooohhh ahhh AHHH oooh ohhh. Enak sekali kak. Ohhh" resah adiknya. "Dek. Tubuhmu sangat indah sekali. Kulit mu putih mulus dan halus bagaikan sutra." Kata A Teng dengan lembut. "Nikmatilah tubuhku, kak." Kata adiknya mendesah. A Teng lanjut menyusu di p******a adiknya. Setelah puas, dia langsung ke v****a adiknya yang selalu dicukur bersih itu karena didikan ibu nya. "Kak. Jangan. Itu kotor. Kak... ahhhh... ohhhh...ahhh...Kakak... nakal... ahh...tapi... adek... sayang Kakak.. ohhhh" desah Sa Yu. A Teng yang harusnya menjaga adik perempuan nya itu malah menikmati v****a adiknya. Rumput rumput yang bergoyang menjadi saksi cinta terlarang itu. Senja masih menerangi langit kerajaan. k******s itu dijilat oleh sang kakak. Sa Yu tak bida berhenti mendesah. Akhirnya sang Kakak bangkit dan mulai mencoba memberikan rangsangan ke v****a adiknya. Pelan pelan sambil mengejar waktu, p***s itu mulai masuk ke v****a adiknya. Jleb. Masuklah p***s itu dan A Yu berteriak dengan kencang. Untunglah tidak ada orang di sana. Teng mulai memompa v****a adiknya. Sambil menahan sakit, dia mulai mendesah mencoba menikmati cinta terlarang ini. Plak plok plok plok plok plok plok plok plok plok plok plok plok plok. "Ahhhh ahhh AHHH oooh ohhh ahhh AHHH oooh kakakku. AHHH oooh ohhh ahhh AHHH oooh ohhh. " kedua tangan adiknya mencengkeram leher kakaknya. Sa yu sudah mencapai o*****e nya. Sang Kakak yang masih penasaran terus memompa v****a adiknya sampai dia o*****e dan menyemprotkan cairan itu ke d**a adiknya. s****a itu membasahi p******a montok nya. Mereka berdua kembali berciuman. "Dek. Jangan bilang siapa siapa ya?" Kata Teng sambil tersenyum. "Pasti nya kak. Aman sama aku kak. Aku sayang sama Kakak." Kata Sa Yu memeluk kakaknya dan mencium bibirnya. Mereka berdua langsung kembali berpakaian dan naik kuda pulang ke rumah tapi dalam perjalanan, mereka melihat ada banyak gerombolan orang asing dari jauh. Teng mengambil teropong nya dan dia merasa asing dengan wajah wajah mereka. "Dek. Coba kamu lihat. Mereka bukan orang sini tampaknya dek. Jumlah mereka banyak sekali dan mereka semua bersenjata." Kata Teng yang memberikan teropong nya ke Sa yu. "Entah lah kak. Mereka bisa saja orang asing yang tersesat. Kita tunggu saja. Kalau Mereka belum berulah, diamkan saja. Mereka belum berbuat aneh aneh jadi... tak ada alasan untuk mendekati mereka. Besok aku akan bicarakan ini ke kaisar." Kata Sa Yu. Mereka kemudian melanjutkan perjalanan mereka kembali ke rumah. Sampai di rumah, kakak adik yang baru saja melakukan tindakan terlarang itu mandi dan langsung ke meja makan untuk makan bersama. Sa Yu sudah kehilangan selaput dara nya sejak mulai menunggangi kuda namun soal keperawanan ya... baru tadi dijebol kakaknya. Jadi kelak suami nya tak akan ribut soal selaput dara karena dia ada alasan yang bagus. Ya itu kalau ada laki laki yang berani sama dia.... Di meja makan, Teng bercerita tentang gerombolan orang orang yang dia temui dalam perjalanan pulang. "Oh mereka. Tau kok mereka siapa. Ayah tahu mereka dan mereka (pastinya) tahu siapa ayah tapi ayah tidak mengenal mereka secara pribadi. Hanya dengan saja. Jadi ya cuma tahu tapi gak kenal. Paham kan?" Kata Jun sambil meneguk arak nya. "Ya jadi mereka siapa pa? Papa belum jawab." Ledek Sa Yu. "Oh iya ya. Lupa. Mereka dari utara sana nak. Pemimpin mereka sangat sadis dan bengis, keras bagaikan linggis dan ancaman untuk para gadis. Lawannya selalu berakhir tragis dan membuat banyak orang menangis" Jawab Jun menjawab dengan ala pantun kaki 5 dan sambil mengambil Ren Dang di meja. "Siapa nama gerombolan mereka pa? Dan pemimpin nya siapa namanya? Apa mereka kawan? Atau lawan?" Tanya Ma Ta. "Sejauh ini kami belum pernah bertukar kata dengan mereka karena mereka jarang lewat dan belum pernah masuk ke kota juga. Mereka juga belum berulah sejauh ini. Jadi ya... sistem lu lu gua gua aja nak." Kata Jun yang sedang mengambil 5 tusuk Sha Te. "Baiklah bila begitu. Saya berharap kita tidak berurusan dengan mereka dan semoga kita senantiasa damai." Jawab A Teng. "Iya tong. Masak mau ribut mulu? Gak mau kawin loe?" Kata sang ayah meledek dalam logat daerahnya. Mereka semua tertawa di meja makan. "Belum tahu aja dia." Kata Gan Teng dalam hatinya. Setelah makan, mereka kembali ke kamar masing masing untuk beristirahat kecuali ya kedua anaknya yang tadi sore berulah di bukit. Mereka menuju balkon dan menatap keindahan bulan sabit. A Yu bertanya sesuatu ke A Teng. "Kakak. Kalau di bulan sabit itu ditambah gambar palu. Akan jadi indah gak?". "Bukan ide bagus dek. Akan banyak bencana kelaparan bila kedua benda itu bersatu. Biarkan mereka terpisah." Jawab A Teng dengan bijak. "Menurut kakak. Gambar swastika agak miring lebih bagus dengan latar belakang putih dan merah. Eh dek. Yang tadi itu rahasia kita ya dek." Kata A Teng. "Kakak tenang saja. Selama gak ada yang lihat mah aman kak. Pokoknya... bisa diatur." Jawab Sa Yu sambil berbisik bisik. A Teng merangkul adiknya dan mereka berdua kembali memandangi bulan sabit yang indah tanpa palu di tengah nya. Tak lama kemudian.. Mereka ke kamar masing masing dan kembali tidur tapi ada seseorang yang belum tidur di rumah itu. Jun sedang ngobrol dengan ke enam istri nya. "Dek. Anak anak sudah pada besar. Apa mereka kita jodohkan saja ya? Si A Teng tampak nya sudah kebelet kawin tuh. Gimana menurut kalian?" Tanya Jun ke A Mi dan didengar oleh istri istri lainnya. "Aku setuju saja Kak. Tapi siapa ya istri yang tepat?" Tanya A Mi. "Coba kamu tanya teman teman kamu di tempat arisan saja sana. Mungkin ada yang cocok." Jawab Jun "Kak. Di sana mah tukang merumpi semua. Gak bagus. Coba cari anak gubernur kek. Atau menteri kek." Jawab A Mi. "Ah Kamu tuh. Dah tahu ikut arisan isinya para wanita setengah baya yang jarang dijamah suaminya. Kamu masih saja suka ke sana..." ledek Jun tertawa. Selir selir Jun juga tertawa. "Hush. Kalian ini mah... pura pura ngakak tapi ikut juga ujung ujungnya." Ledek A Mi sambil tersenyum ke mereka semua. Mereka semua tertawa dengan kompak. "Huff. Dah 20 tahun lebih saat aku menikahi kalian semua. Tak terasa usia sudah menua. Biar begitu kalian tetap legit seperti ketan loh" kata Jun tersenyum genit. "Ah bilang aja kangen." Ledek Ma Lu. "Iya nih. Kangen Kan? Heheh." Ledek A Mi. "Iya. Kak... kami juga kangen loh. Yuk mumpung anak anak sudah pada tidur." Kata si Bu Ka yang selalu terbuka dan blak blakan. "Ya udah. Yuk kita pretelin diri kita masing masing" kata Jun dengan semangat membuka pakaiannya. Istri istri nya pun membuka semua pakaiannya. Tubuh mereka masih sangat indah meskipun sudah berumur 40 tahun. p******a mereka juga tetap sama seperti waktu mereka masih gadis cuma p****g s**u sudah tidak lagi berwarna pink. Semua sudah memberikan asi jadi ya... coklat semua. Ya wajar lah. Kan elu juga yang bikin mereka hamil. Mau Enak nya aja loe Jun. A Mi yang senior membuat undian. Yang namanya keluar akan dijatah dulu oleh sang suami. 6 nama mereka ditulis dan dimasukan ke botol kemudian dikocok. Nama pertama, Ma Lu... ke dua...A Chao... ke tiga... Bu Ka... keempat .... Gang Gu. Ke 5 ... Man Di... Ke enam... A Mi. "ahhhhh sebel. Kok aku terakhir sih?!" Keluh A Mi. Ma Lu berkata, "kalau kakak mau pertama, ambil saja kak. Aku belakangan gak masalah." A Mi setuju dan alhasil A Mi yang pertama dijamah oleh Jun. Jun langsung mencium bibir A Mi yang sudah telanjang itu. Kecantikan istri istri dia tidak pernah pudar. Terkadang mereka dikira anak anak gadis nya oleh sejumlah orang dan parahnya beberapa pemuda ada yang berani menggoda mereka di pasar sampai mereka tahu kalau mereka sudah berumur 40 tahun. Jun meraba raba p******a istrinya yang masih kencang dan halus itu sambil berciuman. Setelah selesai berciuman, dia menghisap p******a istrinya. "Sayangku. Ahhh... Air s**u nya sudah habis ahhhh. Kan anak anak kita sudah besar semua. Ahhh..." desah A Mi. Jun tetap saja suka menyusu di p******a mereka. "Istriku. p******a kalian tak pernah berubah kecuali warna p****g s**u nya.. tetap sama seperti waktu kalian masih gadis. Hmmmmh" kata Jun memuji keindahan p******a istrinya Setelah puas menyusu, tangan dia memainkan v****a istrinya dan memutar k******s A Mi. "Arghhh ahhh AHHH oooh ohhh ahhh AHHH oooh nikmatnya suamiku... sudah lama aku menantikan ini" kata A Mi sambil mendesah. v****a itu sudah basah. Jun yang sudah tak sabar akhirnya memasukan p***s nya yang masih perkasa itu ke v****a A Mi. Jleb. "Ohhh sayangku. Kejantanan mu tak pernah pudar.. ahhhhh.. terus sayangku.. goyang aku.. " pinta A Mi. Plak plok plok plok plok plok plok plok. Suara itu mulai terdengar di kamar besar Jun. Ranjang mereka juga sangat luas. Jun terus memompa v****a istrinya dengan kecepatan tinggi. "Ohhhhhhhhh ahhhhhh aahhh ampun aahhh ampun aahhh ampun aahhh aku keluar!!!" Teriak A Mi yang sudah mendapatkan o*****e nya. A Chao sementara itu sudah tak tahan. Dia sudah terangsang karena dia dari tadi sudah meremas remas p******a nya sendiri dan memainkan v****a nya juga. Jun tak butuh waktu lama untuk memanaskan istrinya yang 1 itu. Tubuh dia juga tetap indah. Sama seperti waktu baru diperawani Jun saat itu. p******a nya masih kencang dan padat. Ciuman kembali dilayangkan oleh Jun ke bibir nya. Ciuman mereka begitu ganas dan penuh nafsu. Jun kemudian kembali menyusu ke istrinya lagi. Seperti biasa. p****g s**u nya dimainkan, dipencet pencet dan dijilat. Tangan Jun 1 nya lagi meremas remas p******a istrinya. "Oh kak Jun. Cepat masukan pedang pusaka mu. Aku sudah tak tahan lagi menahan... arghhh... enak nya...." teriak A Chao. Jun langsung menghentikan permainan nya di p******a istrinya dan langsung memasukan p***s nya ke dalam v****a A Chao yang sudah basah dari tadi. Jleb. "Ahhhh ahhh. Kangen kak Jun. Aku rindu ... ahhh... saat aku... ahhh... diperawani.... dirimu... uhhh ohhhh di malam itu.... arghhh.. " kata A Chao yang sudah mendesah. Jun langsung menggenjot v****a istrinya dengan cepat. A Mi dan Ma Lu memberikan rangsangan tambahan dengan memainkan p******a A Chao dan tak lama kemudian... o*****e A Chao tiba. "Ahhhhhhhhh aahhh ohhh ahhh AHHH enaknya... ohhh" teriak A Chao yang sudah berkeringat. Bu Ka dan Gang Gu yang dari tadi saling merangsang dan memainkan p******a mereka masing masing kini berhenti karena jatah Bu Ka sudah tiba. Jun juga memperhatikan mereka berdua yang sudah saling merangsang. Kini Jun langsung melumat bibir Bu Ka. Mereka berciuman dengan penuh nafsu. Setelah selesai, p******a Bu Ka diremas remas. p****g s**u nya dijilat oleh lidah Jun. "Kak Jun. Geli kak... lanjut... cepetan kak... aku mau disodok kak Jun. Burung Kak Jun Enak.. ohhhh...." kata Bu Ka yang tak ada sopan santun nya dan gamblang itu.. Jun merasa tersanjung karena dia merindukan b***************n nya. Jun mengakhiri permainan mulut nya di p******a Bu Ka dan langsung menghunus p***s nya ke v****a yang sudah basah itu. "Oh kak Jun. Enak ... goyang terus kak... " teriak Bu Ka. Jun langsung saja memompa v****a istrinya yang paling berisik itu. Plak plok plok plok plok plok plok plok plok plok plok plok plok. "ohh ya ohhh ahhh AHHH oooh ohhh aku keluar kak..." teriak Bu Ka. Jun akhirnya mencabut p***s nya dari v****a istrinya yang bawel itu. "Nah diem dah loe, bawel." Kata Jun sambil tersenyum. "Dek A Gu. Sekarang kamu." Kata Jun sambil melirik A Gu yang sudah dari tadi tak tahan itu. "Kak. Ayo lah kak. Cepat.." desah nya. Jun mengecup bibir kecil istrinya yang imut itu dan mereka berciuman lagi seperti biasa sampai mulut Jun berakhir di p******a nya. "Betul kan... p******a mu jadi montok setelah melahirkan anak. Semakin indah. Hehehe" ledek Jun. "Ah kakak.. menyusu lah Ke dadaku. Cepat lah kak... mainkan lidah mu.." desah A Gu yang sudah menyodorkan p******a nya ke Jun untuk dinikmati. Jun langsung meremas dan menjilati p******a istrinya yang imut itu. Jun memang memiliki adorasi khusus kepada p******a A Gu karena paling kecil tapi Jun suka. p****g nya dijilat dan A Gu mendesah. "Kak. Nikmati saja kak.. p******a aku masih milikmu dan selalu jadi miliki mu" katanya sambil mendesah. Jun menyusul p******a A Gu cukup lama dan akhirnya dia memasukan p***s nya ke v****a istri nya. Jleb! "Oh kak. Enak nya kak. Ohhh..." teriak A Gu sambil mendesah. Jun tak pakai acara lama lagi langsung memompa v****a istrinya yang masih imut seperti berusia 20 tahun itu. Plak plok plok plok plok plok plok. "Kak.. jangan berhenti. Enak sekali kak.. ohh ya ohhh ahhh AHHH oooh ohhh ahhh AHHH oooh mantap kak... mantul rasa nya" teriak A Gu yang langsung mendapatkan o*****e nya. "Kak Jun... aku cinta kamu..." teriak A Gu dramatis seperti baru jatuh ke jurang. Sambil mengatur nafas nya... dia melirik 2 istrinya lagi, Man Di dan Ma Lu. Ma Lu sudah merangsang Man Di dari tadi. v****a nya dimainkan oleh Ma Lu. Mereka berdua juga berciuman dan saling memainkan p******a masing masing. Jun tersenyum dan langsung menghampiri mereka berdua. Dia mencolek hidung Ma Lu. "Kamu memang istri yang baik. Sangat pengertian dan setia." Puji Jun ke Ma Lu. Jun kini langsung menyerbu bibir Man Di. Ciuman mereka berlangsung cukup lama dan akhirnya Jun mengakhiri perjalanan mulutnya ke p******a montok Man Di yang putih mulus halus dan kencang itu. "Masih sama seperti waktu malam pertama saat aku merenggut kegadisanmu, sayang." Puji Jun. Man Di tersenyum malu. Jun langsung menyusul di d**a nya dan tangan nya memainkan p******a Man Di. p******a itu diremas remas oleh Jun dengan lembut. "Ohhh kak Jun. Rindunya aku saat dirimu mengambil kegadisan ku.. aku tak akan pernah lupa malam itu. Ohhh" desah nya. Jun yang sudah tahu v****a Man Di sudah basah dan terangsang, langsung memasukan p***s nya ke v****a nya. Ma Lu sudah tak sabar menantikan jatahnya. Mana Di kini sedang digoyang oleh Jun dengan begitu kuat dan cepat. Man Di sudah pasrah dan hanya bisa mendesah saja saat p***s itu keluar masuk dengan cepat dari v****a nya. "Ampun... kak Jun.. ohhh ahhh AHHH oooh ohhh ampun ampun. Ohh" teriak Man Di yang v****a nya akhirnya mengeluarkan cairan cinta dengan deras. Mana Di masih sibuk mengatur nafas nya. Mereka berlima kini masih tertidur karena lelah yang luar biasa. Ma Lu kini tersenyum malu saat ditatap Jun dengan pandangan penuh nafsu. Ma Lu sekarang tak lagi malu. Dia kini berbaring memamerkan tubuh indah nya yang hampir sama saat dia masih gadis untuk dinikmati oleh sang suami. Jun dengan lembut mencium bibir indah nya dan wajah cantik nya. Mereka berdua berciuman dengan penuh cinta dan kasih sampai berubah menjadi nafsu dan birahi. Jun kemudian melepas ciuman nya dan mata mereka berdua saling tatap. Kini Jun turun ke p******a anak jenderal itu dan langsung menyusu di d**a montok nya yang masih kencang. "Oh Suamiku. Nikmat... oh... puaskan aku sayang ku... ohhh ahhh AHHH " desah Ma Lu yang tak kuasa menahan desahan nya saat p******a itu dijilat dan dimainkan oleh Jun. Tangan nya juga meremas remas p******a montok itu. Beberapa menit sebelumnya, sepasang "kekasih" alias kakak adik dari 1 ayah beda ibu itu masih di balkon berdiri memandangi bulan sabit tanpa palu. Suara desahan ibu ibu mereka terdengar sampai keluar. A Teng dan Sa Yu tersenyum saat mereka mendengar ibu ibu mereka sedang dijatah oleh ayah mereka. Sambil berpegangan tangan, Sa yu berkata, "kak. Untung saat itu aku tidak berteriak seperti mereka ya" kata Sa Yu sambil berbisik. Ya mereka sama sama tidak bisa tidur.. jadi balik lagi "Saat di bukit itu, dek?" Tanya A Teng sambil menggelitik pinggang adik nya, Sa Yu. Mereka berdua kembali menatap bulan sabit tanpa palu itu sambil berpegangan tangan. "Kak. Mumpung semua sudah pada tidur dan papa juga sedang menggoyang mama mama kita, kita jangan mau kalah yuk. Nanti dedek mulutnya disumpal saja. Jadi gak berisik." Kata Sa Yu. "Tapi di mana?" Tanya sang kakak... "oh iya dek. Ada 1 kamar yang tak pernah dijamah oleh siapapun. Kita ke sana sekarang aja dek. Harus gerak cepat." Kata siA Teng. Mereka berdua dengan secepat kilat menggunakan ilmu meringankan tubuh langsung terbang ke kamar itu tanpa diketahui oleh siapa pun. Sampai di sana, mereka langsung berciuman.  
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN