Jorge turun menggunakan lift ke lantai dasar hotel di mana sang ibu sudah menunggunya di sana.
Sesampainya di lobi, wanita memutuskan untuk langsung memberondong Jorge dengan banyak omelannya seperti biasa.
"Kamu itu ya, Ge! Pulang dari Singapura nggak pulang ke rumah malah mesen cewek mulu. Mama suruh nikah juga nggak mau! Egh, malah pacaran sama cewek yang nggak jelas asal-usulnya."
"Udah deh, Ma. Yang di bahas itu-itu aja dari dulu. Bosen tau, Ma! Gege mau cari Istri idaman pakai cara sendiri. Masa udah anak zaman sekarang tapi cari Istri masih dijodohin. Apa kata temen-temen Gege sebelumnya, Ma? " tukas Gege pada sang Ibu.
"Kamu itu sekarang jadi pinter jawab ya kalau di kasih tau mama!"
"Udah dong, Ma! Sini peluk dulu! Malu tau diliatin cewek di meja resepsionis tuh, Ma. Mendingan juga balas pelukan Gege dari pada ngomel terus. Ya 'kan, Ma?" Jorge memeluk erat Sang Ibu sembari terkekeh.
Dan seperti biasa, sang Ibu langsung berhenti mengomel kompilasi anak bebas wayangnya memeluk dan mencium pipinya.
"Gege mau ke kantor dulu. Jadi Mama pulang sendiri atau mau Gege antar pulang, nih?" tanya Jorge setelah melepaskan pelukannya.
"Mama pulang sendiri aja. Tapi nanti malam pulang ke rumah, ya ?! Awas kalau kamu ke hotel lagi!" ancam sang Ibu.
"Beres, Mam!" sahut Jorge sambil mengedipkan sebelah matanya.
Alhasil, meluncurkan Jorge menuju kantor dengan mengendarai mobil sport miliknya dan selama perjalanan menuju kantor, Jorge kembali teringat akan Vella dan seketika membuat junior yang ada di dalam celananya mengeras.
"Duhhh ... Kamu tuh ya, Vel. Aku cuma ngebayangi kamu aja udah bikin si junior tegang. Ugghhh ... Bibir kamu itu bikin aku ketagihan. Bbrrr ..." .
Setengah jam kemudian, sampailah Jorge di kantor De Olmo Corporation, yang kini ia pimpin setelah sang ayah memutuskan berhenti bekerja.
Dengan gaya maskulin Jorge melangkah menuju lantai teratas, menaiki lift khusus untuk dirinya sendiri.
"Pagi, Pak!" sapa sang sekretaris dengan gaya centilnya.
"Keliman."
Hanya deheman yang diberikan, dan hal tersebut berhasil membuat Nindi menggerutu.
"Sialan! Cuma di balas 'hem' doang. Awas aja lo ya, Ge? Gue bakalan gigit tuh burung Beo kalau lo berani suruh gue ngisap lagi!"
Ia berbalik dan duduk di kursinya, dan Jorge pun masuk ke dalam ruangannya.
Namun kesendirian Jorge tak lama, karena beberapa menit kemudian sang sekretaris juga ikut masuk untuk menyediakan jadwal pertemuan atasannya.
"Pak, nanti jam sepuluh Bapak ada pertemuan dengan perusahaan Slavina dan sesudah makan siang Bapak ada rapat dengan perusahaan Gotardo," jelas sang sekretaris pada Jorge.
"Oke. Lalu mana file yang harus saya tanda tangani untuk kerja sama dengan perusahaan Limata kemarin."
"Ini, Pak."
Jorge lalu transfer semua file yang telah di buat oleh Nindi. Setelah semua ditandatangani, Sekertaris itu pun keluar dari ruangan tersebut.
Sayangnya, pikiran Jorge tetap saja tidak berubah dari gadis berbibir tipis dengan nama Felicia Vella yang beberapa jam yang lalu telah berhasil memenuhi kebutuhan batinnya. Maka ia pun meminta Jimmy anak buahnya dengan maksud menanyakan sesuatu tentang Vella.
Tuttt ... Tuttt ... Tuttt ...
"Iya, Bos! Ada apa?"
"Gimana sama tuh cewek? Udah elo anterin belum ke apartemen gue?"
"Sudah, Bos!"
"Gue tranfer elo sekarang, ya? Beliin tuh cewek handphone baru. Tapi bukan handphone biasa kayak yang lo belikan buat nyokap lo. Cari yang smartphone soalnya nanti gue mau video call sama tuh cewek.
"Paham, Bos. Beres deh itu."
"Oke, Bagus. Terus habis itu ajak dia ke supermarket deh. Beli apa aja buat di isi dalam kulkas yang ada di apartemen gue. Tapi sebelumnya, lo ajak aja dia makan dulu deh. Soalnya dia belum makan tuh tadi. Cuma telan punya gue sama minum air mineral doang, "jelas Jorge membuat Jimmy terkekeh heboh.
"Ya elah, Bos. Bikin tegang aja."
"Tegang-tegang! Awah aja lo berjuang gangguin dia. Gue bikin mampus lo!"
"Ampun, Bos! Nggak bakalan deh."
"Oke. Terus dia juga belum punya pakaian tuh, Jim. Lihat saja kan tuh dia nggak bawa tas apa-apa selain kantong plastik kucel aja tadi? Jadi lo ajak juga deh dia cari pakaiannya. Tapi bilang dia sama-sama beli baju yang agak buka gitu. Bilang aja bahaya di Jakarta pakai baju kayak gitu. Pokoknya kebutuhan dia lah bantu lo cariin, Jim? Nanti gue terima bonus buat lo, "Jorge berujar panjang lebar.
Sayangnya ocehan Jorge membuat Jimmy tak berhenti terkekeh, sebab baru kali ini ia mendapati Tuannya berubah seperti ini.
"Tumben bos perhatian banget sama jalang?" oceh Jimmy tak menyaring ucapannya.
Tentu saja Jorge sedikit terhentak mendengar perkataan Jimmy.
"Bawel amat sih lo! Mau interogasi gue ?!" amuk Jorge dengan nada sinis.
"Maaf, Bos. Maaf. Soalnya 'kan nggak biasanya Bos itu begini sama cewek bayaran."
"Udah, jangan bawel dan jangan nanya macem-macem lagi! Mau bayar lo gue potong? Awas lo, ya? Klik."
Jorge pun menutup ponselnya dan meletakkannya di atas meja dengan kasar.
"Ck! Benar juga kata si Jimmy. Gue kenapa ya? Dari tadi mikirin dia mulu. Udah gitu kalau mikirin dia pasti bayangin bibir tipisnya itu. Hem ... Tuh, kan? Si junior makin kenceng aja kayak sekarang. Gila emang!" gerutu bernyanyi CEO.
Jorge pun mencoba mengunduh Nindi melalui telepon paralel di mejanya dan menyuruh wanita seksi itu datang ke dalam ruangannya.
Tokkk ... Tokkk ...
"Masuk!"
"Iya, Pak. Apa ada yang memanggilku?"
"Sini! Oral gue dulu.
"Hem, apa gue bilang. Ngaceng juga lo akhirnya. Gue tau lo pasti ketagihan sama mulut gue ya, kan? Pake sok belagak jaim lagi tadi. Untung aja lo nggak pernah mau gue masukin ke punya gue. Kalo nggak? Pasti dikit lagi gue udah jadi Nyonya Jorge Luis de Olmo. Ughhh ... Nggak sabar nih punya gue nunggu di tusuk sama lo, Ge, "batin Nindi terkekeh puas.
"Heh! Denger nggak sih? Sini cepet keluarin punya gue! Malah ketawa lagi!"
"Si-siap, Pak," kikuk Nindi.
Sang sekretaris itu pun memulai atasannya, kemudian berjongkok di depan kedua paha Jorge.
Nindi mengeluarkan milik Jorge yang telah menegang berdiri bagaikan Tugu Monas. Lalu memasukkan batang keras itu ke dalam bibir mungilnya.
Nindi lantas mulai mengurut kejantanan Jorge,
"Ssshhhh ... Acchhh ... Oughhh ..." erang Jorge, meremas rambut sang sekretaris.
"Cepetin, Nin! Gue udah nggak tahan nih!" pinta Jorge makin brutal mengerakkan bokongnya.
Tapi sampai lima belas menit berlalu, acara yang dikeluarkan nikmat itu tak kunjung datang.
"Sudah, cukup! Hari ini junior gue nggak tau kenapa nggak mau nyembur. Sampai lecet nih terima gara-gara kena gigi lo. Sengaja 'kan lo?" ucap Jorge melepaskan kejantanannya dari mulut sang sekretaris.
"Yeee ... Nggak kena gigi kali, Pak. Tapi maafin deh, karena nggak bisa keluarin punya Bapak."
"Hm, nggak apa-apa. Elo nggak salah deh, yang salah si junior aja kali. Udah sana lo lanjutin kerjaan lo," titah Jorge.
Di dalam ruangan Jorge berhasil diperbaiki, karena tadi tidak bisa dilepaskan.
"Kayaknya gue harus ke tempat Vella nih nanti malam. Kepala gue mendorong banget kalau si junior nggak keluarin lendirnya. Gila bener si Vella! Bisa mati muda, kalau cuma Vella yang bisa bikin gue terima. Habisnya mau Mama nggak, pasti dong Papa juga nurut sama omongan Mama. Terus nasib si junior gimana? Ohhh ... Tuhan! " Gumam Jorge mengacak-acak rambutnya.
Jorge punihkan kilat menyelesaikan pekerjaannya, selesai nanti malam ia segera bertemu dengan Vella dan menuntaskan hasrat seksinya.