"Jadi gimana sama mama kamu Pris?" tanya Deni saat Prisa baru saja selesai memastikan keadaan mamanya yang baru saja dipindahkan ke ruang rawat inap.
"Udah sempat sadar kok kak, cuma sekarang mama butuh istirahat dulu."
"Syukurlah, ayo duduk dulu," ajak Deni membawa Prisa untuk duduk di kursi yang ada di lorong rumah sakit. Prisa pun mengangguk dan ikut duduk bersama dengan Deni yang tadi mengantarkannya ke rumah sakit dan dengan setia sampai sekarang masih menungguinya disini.
"Jadi sebenarnya mama kamu sakit apa?" tanya Deni penasaran namun dengan hati-hati karena takut salah bertanya.
"Mama memang udah punya masalah paru-paru, suka drop tiba-tiba gitu kak. Cuma ya walaupun gitu masih aja akunya suka kaget dan panik. Takut aja nanti kenapa-napa, kata dokter juga bakal diperiksa lagi karena mama belakangan suka drop, takutnya ada masalah lain," jawab Prisa ditutup dengan senyuman simpul.
"Kamu yang sabar ya, mama kamu bakal baik-baik aja kok."
"Makasih ya kak, maaf banget aku jadi repotin Kak Deni. Duh, udah jam berapa nih kak, kakak kan harusnya udah pulang buat istirahat." Prisa mengecek ponselnya dan kembali merasa bersalah pada Deni.
"Udah deh Pris, santai aja. Lagian kakak juga ga papa kok, kakak ragu ninggalin kamu sendiri disini, kamu sendiri juga pasti capek banget kan?"
"Enggak kok kak, aku gak kenapa-napa, bentar lagi adikku Nania juga bakal kesini."
"Kamu udah kabari adikmu? Dia sudah akan kesini?"
Prisa mengangguk, "udah, cuma aku suruh dia istirahat bentar dulu di rumah, kasihan abis pulang sekolah soalnya, pasti capek banget."
Deni terdiam sejenak memperhatikan Prisa, "yaudah, kakak temani sampai adik kamu datang aja."
"Eh? Nggak usah kak, seriusan aku nggak papa kok sendiri, aku udah biasa juga."
"Tapi Prisa..."
"Kak Deni, makasih banget loh udah temenin aku sampai sekarang. Tapi aku seriusan gak papa, aku bisa istirahat kok di ruang inap mama. Kak Deni mesti balik dan istirahat."
Deni tak bisa berkata apa-apa lagi, ia tak mungkin memaksa Prisa, "yaudah kalau gitu kakak balik ya. Tapi, kalau ada apa-apa kamu jangan sungkan hubungi kakak, kakak pasti bakalan siap apa aja dan kapan aja untuk bantu kamu."
Prisa tersenyum dan mengangguk, "baiklah, makasih ya kak."
"Janji ya?"
"Iyaa, bawel banget deh."
"Awas ya kalau enggak. Kalau gitu kakak balik duluan. Kamu baik-baik ya."
"Iya, Kak Deni juga hati-hati."
**
Malam ini Prisa kembali sampai di rumah sakit karena sebelumnya pulang ke rumah untuk berganti pakaian dan menyiapkan semua persiapannya sendiri untuk menemani mamanya karena tadi Nania datang hanya membawakan perlengkapan mamanya.
"Mama udah makan sama makan obat?" Prisa bertanya karena saat masuk ke kamar ia menemukan mamanya sudah tidur sedangkan Nania sedang duduk sambil membaca buku ditangannya.
"Udah." jawab Nania pendek.
Prisa melihat jam di ponselnya setelah meletakkan tas yang tadi ia bawa, "oh udah dari tadi ya mama tidur?"
"Baru aja bisa tidur."
"Kenapa?"
"Orang sebelah berisik banget, bahkan aku juga tidak bisa ngerjain tugasku. Dia pikir isi kamar dia doang apa? Nyebelin banget."
Mata Prisa langsung terbelalak karena takut ucapan sang adik terdengar ke pasien sebelah yang dimaksud. Mama mereka memang tidak ditempatkan di kamar satu orang, mereka harus berbagi ruangan dengan pasien lain namun bisa disekat dengan gorden.
"Hei omongannya, nanti kedengeran dan nyinggung orang, mbak takut ribut sama orang, di rumah sakit pula." Prisa memperingatkan dengan suara pelan.
"Lah emang bener kok, ini baru aja diem, mama jadi susah tidur padahal kan harus banyak istirahat, dan sejak tadi aku ga bisa ngerjain tugasku sama sekali. Udah diingetin tapi tetep aja, berasa ngomong sama tembok." Nania tampaknya memang sangat kesal.
"Yaudah, kalau mau kamu pulang aja biar mbak yang jagain mama. Di rumah kamu bisa fokus belajar dan istirahat dengan tenang, besok juga mau sekolah kan?"
Dengan cepat Nania menggeleng, "ah enggak ah!"
"Kenapa?"
"Masa aku sendirian di rumah? Nggak mau lah."
"Takut?" Prisa coba menerka sambil menahan tawa meledek.
"Kalau di rumah sebelumnya mah ga papa, tapi kalau di rumah sekarang enggak mau, kan kita baru disana."
"Kalau emang takut ngomong aja sih," Prisa masih tertawa sambil iseng mencolek dagu sang adik.
"Ih apaan sih mbak."
"Iya iya. Sekarang udah bisa belajar kan? Kalau kamu mau kamu bisa juga tuh ngerjainnya di luar, mbak lihat tadi ada tempat yang kayaknya bagus buat kamu ngerjain tugas dan belajar, nanti kalau udah selesai balik lagi aja kesini buat tidur."
"Yaudah deh, aku keluar ya," Nania tanpa basa-basi langsung mengambil barang-barangnya dan bergerak pergi begitu saja.
"Dasar Nania," Prisa menggeleng kepala melihat tingkah adik satu-satunya itu.
Kini Prisa bergerak duduk di kursi mengistirahatkan tubuhnya sejenak, rasanya hari ini ia sangat lelah dan belum sempat mengistirahatkan dirinya sama sekali.
"Mama cepat pulih ya, aku khawatir banget sama mama. Habis ini aku nggak bakal biarin mama kerja lagi." ujar Prisa mengelus tangan mamanya sembari memperhatikan wajah sang mama.
Prisa kini beralih mengambil ponsel miliknya untuk sekedar memeriksa, ia kaget melihat banyak pesan yang berasal dari Deni.
.
.
Dari: Pak Deni
Pris, kakak udah sampai rumah
Gimana mama kamu?
Baik kan?
Ga gimana gimana kan?
Nania udah sampai?
Pris, kamu udah makan malam kan?
Jangan lupa makan biar kuat
Prisa??
Pris?
Pris, aman kan?
Kepada: Pak Deni
Kak, maaf banget baru cek hp
Semua aman kok
Makasih yaaaa
Dari: Pak Deni
Ouh, syukurlah
Kakak pikir ada apa
Hampir aja nyusulin lagi ke rs
Hahaha
Kepada: Pak Deni
Ya ampun kak, ada-ada aja
Dari: Pak Deni
Kamu udah makan malam?
Kepada: Pak Deni
Belum sempat
Ini juga baru balik dari rumah ngambil beberapa keperluan
Makasih udah ingetin hehe
Dari: Pak Deni
Udah ketebak aja
Apa ada makanan yang bisa kamu makan?
Kakak pesenin makanan buat dikirim ke kamu ya?
Kepada: Pak Deni
Eeeh, jangaaaan!
Dari: Pak Deni
Kenapa?
Pasti ngerasa nggak enak lagi ya?
Bosen dengernya Prisaaaa
Kepada: Pak Deni
Wkwkwkwk
Bukan gitu kak
Soalnya ada makanan
Nania tadi yang beli
Dari: Pak Deni
Oh gitu, kirain
Tapi Nania beli buat makan malam aja kan?
Sarapan pasti belum dong?
Kepada: Pak Deni
Ya belum dong kak
Kan belum pagiiiiiiii
Dari: Pak Deni
Nah bagus
Yang sarapan tunggu aja ya
Kakak nanti kirim buat kalian
Kepada: Pak Deni
Eh??
Nggak usah kaaaakk
Sumpah Kak Deni kenapa jadi repot sih?
Dari: Pak Deni
Udah ga usah protes, terima aja.
Kepada: Pak Deni
Ya ampun ada-ada aja
Thanks ya kak
Dari: Pak Deni
Kamu hati-hati ya
Jangan lupa ikutan istirahat
Semoga mama kamu cepat sembuh
Kepada: Pak Deni
Aamiin
Makasih kak
Dari: Pak Deni
Good night ya Pris
.
.
Prisa menghela napas melihat pesan antara dirinya dan Deni. Jujur saja ia sangat tidak enak saat orang lain begitu baik dan memperhatikannya seperti sekarang. Dirinya merasa hanya memberatkan orang lain.
Gadis itupun beralih pada pesan lain yang cukup membuat notifikasinya ramai, bahkan ada panggilan tak terjawab berulang kali, siapa lagi kalau bukan Hana.
.
.
Dari: Hana dul set~
PRISAAAAAAAAAAAAA!!!!
ARE YOU OKAY!?
Pak Deni bilang kamu di rumah sakit
Mama masuk rs lagi??
Prisa woiiii!!
Kok ga dibales sih?
Jangan bikin panik dong!
Helllloooooooowwwww!?
PRISA JAWAB WOI!!!
Yuhuuuuuuuuu!?
Kepada: Hana dul set~
Santai dong
Notif jebol niiiih
Dari: Hana dul set~
Alhamdulillah
Akhirnya ngejawab juga nih anak
Kamu beneran di rs?
Kepada: Hana dul set~
Iya, tadi waktu pulang kerja mama dilariin ke rumah sakit
Tapi sekarang udah ga perlu khawatir kok
Aku sama Nania disini
Dari: Hana dul set~
Syukurlah
Kaget banget waktu Pak Deni kasih tahu
Dianya juga panik karena kamu ga jawab chat
Chatku juga kamu ga balas
Kepada: Hana dul set~
Ya gimana, tadi sibuk banget
Ini baru bisa duduk
Dari: Hana dul set~
Ya ampun
Semangat ya sayangkuuuuu
Tapi by the way...
KOK BISA PULANG SAMA PAK DENI!?
Kepada: Hana dul set~
Wkwkwkwkwk
Udah tahu aja
Dari Pak Deni ya?
Dari: Hana dul set~
Woilah prisa prisi presooo!!!
Pokoknya kamu utang cerita besok
Sekarang kamu istirahat, okey!?
Jangan ikutan sakit!
Nanti mama siapa yang jagain
Aku tahu kamu kuat dan hebat
Kepada: Hana dul set~
Hehe
Iyaaaa
Thanks hana cantiiiiikkkkkk