Sore harinya, seperti yang telah Mirza katakan kepada Pak Sarto. Pria itu kembali datang ke kediaman Pak Sarto. Mirza masih dalam tujuannya, bersikukuh untuk membeli rumah Pak Sarto yang kini menjadi kendala untuknya. Sama seperti tadi pagi, Mirza disambut dengan perlakuan yang kurang bagus. Lagi-lagi Pak Sarto menyiram Mirza dengan satu ember air sumur disertai dengan kalimat-kalimat kasar yang keluar dari mulutnya. Mirza menarik napas panjang. Menyeka wajahnya yang basah. Beruntung Mirza tidak mengenakan kemeja putih mahal miliknya sore ini. Hanya sebuah kaos polos berwarna hitam yang sengaja ia beli di departemen store tadi siang. Mirza sudah memperkirakan hal tersebut akan terjadi lagi. “CEPAT PERGI! SAYA TIDAK AKAN MENJUAL RUMAH IN! AYO CEPAT PERGI!” usir Pak Sarto, emosinya hampir