Keadaan semakin canggung. Mirza terus menyendok makanannya tanpa membuka suara lagi setelah meminta Gita untuk menemaninya makan. Sedangkan Gita, perempuan itu terus memikirkan berbagai macam hal di kepalanya. Gita merasa sedikit kasihan kepada Mirza. Meskipun dirinya tidak tahu hal apa yang mendasari Mirza sampai membenci makan sendirian. ‘Apa mungkin karena dia selalu makan sendirian, ya?’ pikir Gita. Mirza yang sedari tadi hanya diam dan fokus pada makanannya. Akhirnya membuka suara. “Mulai sekarang. Lo temani gue makan. Dan lo tenang aja, gue yang akan memasak. Lo tinggal perhatikan cara-caranya dan pahami dengan benar,” kata Mirza pada Gita. “Loh ... tidak boleh seperti itu, Tuan. Kan di sini saya yang memiliki tanggung jawab untuk hal itu,” sahut Gita menyanggah. Padahal dalam h