BAB 18. Taaruf Katanya

1067 Kata
“Oma, mau tambah lagi sushinya?” Tentu saja maksud Arion adalah untuk mengalihkan perhatian omanya, supaya tidak bertanya macam-macam lagi tentang keluarga Mentari. Indira melirik pada piringnya yang telah kosong. Tadi memang dia tak terlalu banyak mengambil makanan. “Hemm boleh, Sayang,” jawab Indira. Maka segera Arion berdiri lalu berjalan menuju meja prasmanan. Sesekali dia masih melirik pada omanya lewat ekor mata. Amanda tak menyia-nyiakan kesempatan emas itu, sebelum maminya kembali beralih pada Mentari, maka Amanda mengajak ngobrol seputar menu sarapan yang sedang mereka nikmati sekarang. Pada saat itulah, Aruna berdiri perlahan, lalu dia berjalan mendekati Mentari, tanpa menarik perhatian siapapun di sana. Sekarang Aruna tepat berdiri di samping kursi Mentari, lalu dia mengambil minuman di tengah meja. Memang, minuman tersebut lebih dekat jaraknya dari Mentari. Tangan gadis itu mengambil gelas berisi minuman berwarna merah terang. Namun kedua matanya tak lepas mengawasi dengan bergantian, pada semua orang di meja bundar yang besar itu. Di saat menurut Aruna, mama dan neneknya sedang asyik mengobrol, maka dia membungkuk hingga wajahnya tepat di sebelah telinga Mentari. “Kalau Oma tanya apapun, kamu cukup tersenyum saja, biar kami yang menjawab,” bisik Aruna. Lalu setelah mengatakan itu, Aruna kembali melangkah menuju kursinya sendiri. Mentari hanya berani melirik sekilas pada Aruna. Lalu dia melanjutkan makannya dengan perlahan. Gadis itu menyadari, ada sesuatu yang direncanakan oleh keluarga Arion, tapi dia tidak mengetahuinya. Padahal Mentari yakin, semua itu pastilah ada hubungannya dengan dirinya. Setelah menyantap sarapan istimewa bersama. Seluruh keluarga bersiap untuk acara selanjutnya, yaitu resepsi pernikahan yang mewah. Tamu undangan yang jumlahnya ribuan itu, seluruhnya adalah kerabat dan rekan kerja dari keluarga Amanda dan Hendy. Sedangkan sanak saudara ataupun para kerabat dari pihak Astri, dilarang menghadiri acara pernikahan. Sebab menurut Astri, kedatangan orang-orang kampung sudah pasti akan merusak suasana pesta yang glamour. Dan sebagai gantinya, Amanda memberikan sejumlah uang pada Astri. Untuk dipakai membuat acara sendiri di rumahnya nanti. Dan Amanda tidak peduli, acara seperti apa yang akan digelar di rumah Mentari. Lagipula, Amanda tidak akan datang pada acara tersebut. Tak membantah apapun, Astri menerima uang itu semalam, dan mengucapkan terima kasih. Sedangkan Mentari, menatap miris pada ibunya. Chris menghampiri Arion dan Mentari yang masih duduk berdampingan sambil menikmati teh mereka. “Arion dan Mentari, sudah waktunya untuk berganti pakaian. Ayo kita ke ruang rias,” ajaknya. Arion mengangguk, lalu dia menoleh pada Mentari. “Ayo!” ajaknya juga. Arion sudah akan melangkah pergi ketika Chris mencekal tangannya. “Apa lo mau gue yang gandeng tangan istri lo?” bisik Chris tepat di telinga sahabatnya itu. Arion mendengkus kesal mendengar itu. Lalu dengan gerakan kaku, Arion menggenggam tangan kiri Mentari, dan menariknya agak kencang. Sehingga nyaris Mentari jatuh karena tersandung kain kebayanya sendiri. Untung saja reflek Arion memegang tangan Mentari lebih kencang. Dan dokter tampan itu bergidik ngeri ketika melihat kedua mata Mentari sedang melotot padanya. “Maaf.” Satu kata itu diucapkan oleh Arion pelan saja. Lalu dia kembali menarik tangan Mentari, tapi kali ini lebih lembut. Mereka berdua menuju ruang rias. Chris hanya mengantar sampai di depan pintu ruangan yang cukup besar itu. Seseorang telah menunggu di depan pintu, dia menyambut dengan tersenyum ramah, lalu membukakan pintu untuk kedua pengantin. “Sekarang kita akan ganti dengan baju pengantin yang pertama ya. Gaun dan jas ini adalah karya Nona Kim, sesuai dengan yang dipilih oleh Mbak Mentari.,” ucap ketua tim MUA seraya tersenyum pada Mentari dan Arion. Keduanya hanya mengangguk, tak menjawab apa-apa. Lalu 4 orang tim dari MUA mendekat pada sepasang pengantin yang terlihat kaku itu. Dengan maksud untuk membantu menggantikan baju mereka. “Eh, sebentar sebentar! Apa aku harus ganti baju di sini?” tanya Mentari keheranan. Dan memandang bergantian pada ketua MUA tersebut dan juga pada Arion. MUA tersebut tersenyum menggoda. “Iya betul Mbak. Nggak apa-apa, kan? Iya kan Mas Arion? Kan sudah sah suami istri, jadi boleh dong?” Dan para tim MUA di sana ikut terkekeh geli melihat tingkah Mentari dan juga Arion yang kentara sekali sangat kikuk. “Ehh umm tapii ….” Mentari kebingungan mencari alasan. Bagaimanapun dia tidak akan sudi berganti pakaian di depan Arion. Meskipun mereka sudah pernah berhubungan badan di malam itu, tapi Mentari berjanji pada dirinya sendiri, tak mau mengulangi kesalahan yang sama. Walau mereka telah resmi menikah, sebab pernikahan ini juga adalah sebuah kesalahan, pikirnya. “Kami taaruf,” ucap Arion tiba-tiba. Suaranya yang terdengar datar itu saja seketika menarik perhatian semua orang di ruangan itu. Hah? Taaruf? Heran Mentari dalam hatinya. Bisa-bisanya Arion kepikiran begitu, tapi menurut Mentari, cukup masuk akal. “Taaruf?” Ketua MUA mengerutkan keningnya. Dia nyaris tak percaya, sebab seorang dokter sekaligus general manager sebuah hotel mewah bintang lima, bisa-bisanya melakukan taaruf. Arion mengangguk untuk meyakinkan. “Ya, makanya kami masih saling sungkan. Aku akan berganti baju di ruang lain,” ucapnya lalu berlalu di sana, diikuti oleh dua orang tim MUA. Jadilah mereka berdua berganti baju di ruangan tertutup yang berbeda. Dengan masing-masing tim MUA yang membantu. Namun ketua MUA tersebut mendampingi pengantin wanita. Tentu saja Arion lebih dulu siap. Maka dia menunggu Mentari di ruang tunggu, tepatnya di luar ruang rias. Sebab mereka berdua harus berjalan bersama saat nanti menaiki pelaminan. Agak lama Mentari di dalam ruang rias, sebab rambutnya pun ditata kembali. Jika saat akad nikah tadi rambut panjang Mentari disanggul dengan model tradisional. Maka sekarang ditata lebih simple bergaya modern. Arion sedang berdiri membelakangi pintu ketika seorang tim MUA membuka pintu tersebut. Lalu keluarlah Mentari yang telah siap dengan gaun pengantinnya. Arion sendiri belum menyadari itu, sebab dia sedang sibuk dengan handphonenya. “Mas Arion, ini pengantinnya telah siap,” ucap tim MUA tersebut sambil tersenyum. Dia tak henti-hentinya mengagumi kecantikan Mentari dengan menggunakan gaun mewah tersebut. Dia yang wanita saja terpesona pada Mentari, apalagi suaminya. Pikirnya, Arion sangat beruntung mendapatkan Mentari. Arion membalikkan badannya, dan seketika dia terdiam mematung ketika melihat Mentari berdiri di sana, tepat di hadapannya, dengan menggunakan gaun pengantin berwarna perpaduan antara putih, nude pink, dan abu muda. Gaun pengantin dengan model A-Line itu bertabur payet dan tulle bersulam, lalu gemerlapnya berasal dari perpaduan 1000 batu permata dan mutiara yang tampak mewah berkilauan. Desainer Kim memang tidak perlu diragukan lagi, bahkan sudah banyak karyanya yang dipakai oleh artis papan atas tanah air. Dan Mentari, ternyata gadis sederhana itu punya selera yang tinggi. Pilihannya tepat sekali. Gaun yang dipilihnya bagaikan memang diciptakan hanya untuknya. Cocok sekali! “Cantik,” desis Arion tanpa sadar. .
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN