“Maaf mas apa di sini tak ada menu yang ada nasinya?" tanya sopir pelan tak mau terdengar pengunjung lain pada pelayan. Vano yang mendengar pertanyaan sopirnya itu pun langsung menepuk jidatnya.
Pelayan menjawab pertanyaan sopir.
"Maaf, tidak ada Pak kalau nasi,” jawab pelayan itu.
Ayra pun berusaha memberitahu sopir dengan bicara pelan.
"Pesan saja spageti, itu akan mengenyangkan Pak,” saran Ayra pelan.
"Ya sudah, aku pesan spaghetti saja," jawab sopir menuruti saran dari Ayra.
Setelah itu Vano pun menyebutkan makanan yang diinginkannya, begitupun dengan Ayra.
“Tante setelah makan kita langsung ke toko baju wanita ya," pinta Vano.
"Toko baju wanita?” tanya Ayra.
"Iya tante kan kita mau belanja pakaian untuk tante,” jawab Vano
"Hah?" Ayra terbengong.
"Maksudnya bagaimana Tuan Muda?" tanya Ayra tak mengerti.
"Aku meminta kartu dan mall kan untuk berbelanja pakaian tante, sekalian sama sendal, sepatu, jaket, tas, semuanya," ujar Vano.
"Apa Tuan Muda tak bercanda?" tanya Ayra dengan wajah bingung.
"Tidak sama sekali,” jawab Vano.
Ayra pun menjadi diam. Ia bingung kenapa tiba-tiba Vano memintanya belanja.
"Sudah tante ga usah bingung,” ujar Vano.
"Tante kan pengasuhku, jadi penampilan tante harus oke," ucap Vano dengan serius, persis wajahnya seperti Rangga. Ayra pun mengangguk meskipun ia masih tak mengerti mengapa Vano mengajaknya belanja.
Setelah menunggu beberapa saat, akhirnya pesanan Vano, Ayra dan sopir pun datang.
Ayra sudah akrab dengan masakan italia, begitupun dengan Vano. sementara Sopir terlihat asing melihat spageti.
Ayra sangat menikmati pasta di hadapannya, cara makan Ayra diperhatikan oleh Vano.
Tante Ayra memang beda dengan pengasuh-pengasuhku yang lain. Pantas saja tante Elva mengira tante Ayra adalah calon bundaku, pikir Vano.
Setelah semuanya sudah menghabiskan semua makanan, Vano pun membayar dengan kartu yang diberikan kepada kasir.
Ketiganya pun keluar dari restoran itu.
"Tante Ayra," ucap Vano sambil menghentikan langkahnya. Ayra dan sopir yang mengikuti Vano pun ikut menghentikan langkahnya.
Ayra dengan segera berjalan ke dekat Vano.
"Ada yang bisa saya bantu, Tuan Muda?" tanya Ayra.
"Ini kartunya pegang saja sama tante ya, biar aku ga repot," ucap Vano sambil menyerahkan kartu kepada Ayra. Ayra pun langsung menerimanya. Setelah itu mereka kembali melanjutkan perjalanannya dengan tetap Vano jalan di depan.
Beberapa menit kemudian Vano memasuki toko pakaian wanita.
“Selamat siang," seorang pelayan menyambut kedatangan Ayra, Vano dan sopir.
“Siang juga," jawab Vano. Sambil melihat ke sekeliling toko dan saat matanya melihat ada sofa, anak lima tahun itu pun duduk di sofa itu. Sementara sopir dengan setia mengikutinya dan berdiri tak jauh dari sofa yang diduduki Vano. Ayra tetap berdiri di samping pelayan toko itu.
"Mbak tolong carikan baju yang bagus, yang cocok untuk tante saya ya," ujar Vano dengan gaya seperti orang dewasa.
“Baik dek,” jawab pelayan toko itu. Vano mengerutkan keningnya saat pelayan itu memanggilnya dengan panggilan Adek.
“Mari mbak, kita pilih pakaiannya."
"Kami mempunyai model pakaian yang limited edition,” ucap Pelayan sambil berjalan diikuti oleh Ayra.
Vano yang mendengar penawaran itu pun berseru, "beli saja Pakaian yang limited edition itu."
Mendengar ucapan Vano, Ayra yang semula berjalan dengan pelayan pun menghentikan langkahnya dan mendekati Vano.
"Tuan Muda, pasti harganya mahal. Lebih baik saya beli baju yang biasa saja. Saya ini hanya seorang pengasuh," ucap Ayra. Ia tak serta merta senang saat Vano menyuruh ia membeli Pakaian limited edition.
“Justru karena itu tante. Tante itu pengasuhku, jadi tante penampilannya harus oke,” ucap Vano percaya diri. Smanetra sopir sedikit menggelengkan kepalanya, ia bingung dengan tingkah laku Vano yang ajaib.
"baru kali ini Tuan Muda berperilaku seperti ini pada pengasuhnya,” ucap Sopir pelan.
Di sisi lain pelayan toko pun terkejut saat tahu jika Ayra itu hanya seorang pengasuh dari anak laki-laki berusia lima tahun yang bergaya seperti orang dewasa itu.
"tapi Tuan Muda, bagaimana jika ayah anda marah?" tanya Ayra mengingat sosok Rangga.
"Tante tak usah khawatir, ayah taka akan mempermasalahkan itu, sudahlah tante beli saja Pakaian yang bagus, limited edition dan tante suaka di toko ini, jangan banyak bicara," ujar Vano.
"Ayra tak percaya dengan apa yang dikatakan Vano, tapi dengan kartu hitam yang ia pegang, Ayra tak merasa takut, pasalnya kartu itu adalah kartu tanpa limit.
Akhirnya Acara pun membeli semua Pakaian ygdisana yang limited edition, beberapa Pakaian juga sempat Ayra coba dan Vano yang menilai.
Vano menyukai semua Pakaian yang Ayra coba. Pakaian itu cocok dan bagus sekali saat diPakai Ayra, karena Ayra memiliki tubuh yang proporsional, selain ia juga terbiasa menggunakan Pakaian bagus
Setelah membayar semua Pakaian itu, Ayra kini memegang dua paperbag ukuran besar.
“Pak, bawakan paperbag itu,” ujar Vano pada sopir sesaat setelah keluar dari toko Pakaian itu. Paperbag itu pun berpindah tangan dari Ayra ke sopir.
“Sekarang kita cari sepatu dan sandal buat tante,” ucap Vano.
Setelah melewati beberapa toko sandal dan sepatu, Akhirnya Vano menjatuhkan pilihannya ke toko sepatu langganan Rianita, tantenya.
“Kita masuk ke toko ini saja,” ucap Vano sambil memasuki toko itu. Dengan setia Ayra dan sopir pun mengikuti Vano di belakangnya.
"Eh Den Vano," ucap seorang pelayan laki-laki yang sepertinya sudah kenal dengan Vano.
"mas, tolong pilihkan sepatu dan sandal buat tanteku ya,” ujar Vano sambil melihat ke arah Ayra.
"Wah.. ini tante atau calon bunda?" goda pelayan toko itu.
"ya anggaplah seperti itu," ujar Vano. Ayra menggelengkan kepalanya saat mendengar ucaPakn Vano, sementaras sopir mengerutkan keningnya.
Sepertinya ada yang tidak aku tahu,” ucap Sopir pelan, tapi suara sopir itu dapat terdengar jelas oleh vani yang berdiri dekat dengannya.
"Oh iya mas, sekalian ya carikan juga sandal dan sepatu untuk pegawai saya,” ujar Vano sambil melihat ke arah sopir.
"Saya juga akan dibelikan Tuan Muda?" tanya sopir dengan mata tak percaya.
“Iya," jawab Vano.
"pilih sendiri saja Pak,” ujar Vano.
"baik Tuan Muda,” jawab sopir itu dengan semangat.
Vano kembali duduk di kursi yang ada di sana, untuk ukuran anak usia lima tahun Vano memang lebih dewasa. hal itu karena ia sering pergi bersama dengan neneknya dan terkadang melihat sikap yang ditunjukan oleh ayahnya dan ia menirunya.
Setengah jam kemudian, Ayra dan Sopir telah selesai membeli sepatu. Ayra membayarnya dengan kartu hitam.
Kini sopir itu menengah dua paper bag berisi Pakaian Ayra, dua kantong belanja berisi sandal dan sepatu Ayra dan satu kantong belanja berisi sepatu dan sandal milik sopir sendiri.
“Sekarang kita akan kemana lagi tuan?" tanya Ayra.
"Kita ke supermarket,” jawab Vano. Ayra dan Sopir pun mengikuti Vano Dan ketiganya berbelanja dengan troli masing-masing.
Trolley Vano dipenuhi oleh makanan ringan, troli sopir dipenuhi bahan makanan dan makanan untuk para pegawai rumah yang lain, sementara troli Ayra dipenuhi skincare, perawatan untuknya dan beberapa jenis makanan.
“Kenapa Vano menintakui untuk membeli skin care? ini sangat aneh sekali?"
Saat Ayra bertanya-tanya, seseorang menjawab pertanyaan Ayra