Menjadi Pusat Perhatian

1129 Kata
"Tante kita ke mall dulu yuk?" Ajak Vano. Ayra langsung melihat ke arah Vano. "Untuk apa ke Mall?" Tanya Ayra. “Aku ingin membeli beberapa baju tante,” jawab Vano. "Em memangnya Tuan Muda membawa uang?" tanya Ayra. "Eh iya, benar juga,” ucap Vano. "Walaupun tak pegang uang, setidaknya aku harus memegang satu kartu milik ayah,” ucap Vano kemudian. "Bagaimana?" tanya Ayra pada Vano. "Pak sopir!” seru Vano pada Sopir yang sedang menyetir. "Putar arah ya pak, kita ke rumah sakit dulu sebelum kita ke mall," pinta Vano. "Baik Tuan Muda," jawab sopir itu. Tak lama kemudian mobil itu pun putar arah dan melaju ke rumah sakit tempat Rangga bekerja. "Untuk apa kita ke rumah sakit Tuan Muda? apa anda merasa ada yang sakit pada tubuh anda?" tanya Ayra panik. Vano dengan tenangnya menggelengkan kepalanya. “Kita ke ayah dulu minta uang untuk belanja," ujar Vano. Ayra pun mengangguk tak lagi ingin banyak bicara. Setelah menempuh perjalanan cukup lama, akhirnya mobil yang dinaiki Vano dan Ayra tiba di rumah sakit. "Tanteikut aku menemui ayah ya," ajak Vano. "Baik Tuan Muda," jawab Ayra. "Pak sopir, saya hanya sebentar ke ruangan ayah jadi jangan kemana-mana ya," ujar Vano. Sopir pun mengangguk. Ayra dan Vano pun masuk ke rumah sakit swasta itu. Para perawat dan beberapa dokter menyapa Vano. Dan para suster memperhatikan Ayra yang berjalan dibelakang Vano. "Sepertinya Vano terkenal juga di rumah sakit ini,” pikir Ayra saat melewati lift. Ayra melihat suasana rumah sakit itu bersih, tertata rapi dan pelayanannya baik, apalagi para suster dan dokternya terlihat ramah. "Ruangan ayah Tuan Muda dimana?" tanya Ayra, karena Vano tak kunjung menghentikan langkahnya. Kehadiran Ayra di rumah sakit itu bersama Vano menjadi pusat perhatian para pegawai yang ada di sana. Sebenarnya Ayra merasa risih tapi ia teringat akan bu Elva yang mengiranya sebagai calon Istri rangga. Apa mungkin para pegawai di sini juga menganggap aku ingin calon ibu dari Vano? pikir Ayra. "Ruangan ayah ada di lantai dua,” jawab Vano santai. "Lah, kenapa tadi ga naik lift saja agar cepat sampai," ujar Ayra. "Tidak ah, aku tidak mau," jawab Vano santai. "Sudahlah ikuti aku saja tante," ujar Vano kemudian. Ayra pun tidak bicara lagi dan mengikuti langkah kaki Vano. Baginya protes pada tuan mudanya itu akan percuma. Sesampainya di depan ruangan Rangga, Ayra melihat nama Rangga terpampang di pintu. Dari sana Ayra tahu jika Rangga adalah dokter spesialis anak. "Eh ada Tuan Vano,” ucap seorang suster perempuan cantik yang duduk di meja depan ruangan Rangga, sementara Ayra tetap berdiri di belakang Vano. "Ayah ada kan suster?" tanya Vano. "Ada," jawab suster itu. "Aku ingin menemuinya, apa bisa?" tanya Vano. Suster terlihat ragu untuk menjawab karena saat itu masih banyak pasien yang belum diperiksa. "Hanya sebentar saja kok suster, gak lebih dari sepuluh menit. Nanti juga saya keluar lagi,” ujar Vano. Ayra yang mendengar negosiasi Vano pada suster pun kagum. Aku senang, ternyata Vano tahu tata krama, dia bahkan bernegosiasi agar diizinkan untuk bertemu ayahnya, batin Ayra. "Boleh deh,” jawab suster itu akhirnya. Tak lama kemudian seorang pasien keluar dari ruangan itu dan Vano juga Ayra dipersilahkan untuk masuk. Sementara itu di dalam ruangan, Rangga saat itu sedang bersama asisten dokter bernama Sukma. “Selamat siang ayah!" sapa Vano sambil berjalan ke arah meja rangga, sementara Ayra berdiri dekat pintu. Rangga dan Sukma melihat ke arah Vano lalu ke arah Ayra. "Eh ada anak ayah." ucap Rangga, Vano berjalan mendekati kursi Rangga. "Ada apa sayang? tumben kamu kemari? apa ada sesuatu yang snagat penting? pasien ayah masih banyak,” ucap Rangga. "Ayah harap kamu kesini bukan untuk iseng ya," ujar rangga. "Enggak kok ayah, aku kemari untuk meminta uang,” ujar Vano. Mendengar permintaan Vano, rangga pun langsung melihat ke arah Ayra seakan meminta penjelasan, Tapi baru saja rangga melihat ke arah Ayra, dengan cepat Vano berkata," aku ingin membeli beberapa pakaian. Tak ada hubungannya dengan tante Ayra kok,” ujar Vano. Di sisi lain Sukma terlihat tidak suka pada Ayra. Siapa perempuan itu? tidak mungkin jika pengasuh Vano, batin Sukma yang berdiri tak jauh dari meja Vano Ayra yang diperhatikan dokter Sukma pun me merasa risih. “Ya sudah kamu ayah dikasih kartu saja ya, kalau uang ayah tidak membawa uang cash,” jawab Rangga. Vano pun mengangguk. Rangga mengeluarkan dompet dari saku celananya dan memberikan kartu platinum berwarna hitam pada Vano. “Terima kasih ayah," ucap Vano. rangga pun mengangguk dan tersenyum, "Tante ayo kita berangkat,” ajak Vano sambil menghampiri Ayra. Ayra menundukan kepalanya pada Rangga hingga akhirnya ia keluar dari ruangan Rangga mengikuti Vano. Sepeninggal Ayra dan Vano dari ruangannya, pintu kembali terbuka dan itu pasien Rangga. Sementara itu Vano dan Ayra berjalan keluar dari rumah sakit. "Tante, kita belanja sepuasnya," ajak Vano. "Memangnya anak kecil mau belanja apa?" ledek Ayra. "Ada aja," jawab Vano. "Oke, baiklah,” jawab Ayra kemudian. Sesampainya di depan rumah sakit ternyata mobil Vano sudah ada di sana. Vano dan Ayra langsung menaiki mobil itu. Mobil pun kembali melaju, tak lama setelah mobil yang melaju, Willy turun dari mobilnya. Willy datang ke rumah sakit dengan menggunakan stelan jas. Ayra dan Vano sudah ada di dalam mobil. "Pak sopir, sekarang kita ke mall paling besar di kota ini ya!" seru Vano. "Kita harus izin dulu nyonya Tuan Muda,” ujar sopir. "Tidak usah, aku kan sudah izin pada ayah barusan. Jadi tak usah izin sama nenek lagi.” "Kalau nenek tahu aku ke mall, pasti nenek akan melarang," ujar Vano. "Pak sopir tidak usaha takut, pak sopir juga ikut belanja ya!” seru Vano sambil tersenyum. Sopir pun mengangguk sambil menggaruk kepalanya. Tak biasanya Tuan Muda ini ke mall ngajak belanja saya lagi, apa ada yang salah dengan Tuan Muda, pikir sopir. Ah sudahlah, lebih baik aku turuti kemauan Tuan Muda, daripada aku dapat masalah,” pikir sopir Setelah menempuh perjalanan cukup lama, akhirnya mobil itu pun tiba di parkiran mall terbesar di kota. "Pak sopir juga ikut masuk ya," pinta Vano. "Siap Tuan Muda," jawab sopir. “Tante Ayra, tasku simpan saja," ucap Vano sambil melihat ke arah Ayra. Ayra pun mengangguk. Setelah itu ketiganya pun masuk ke mall itu bersama-sama. Vano berjalan di paling depan sementara Ayra jalan dengan sopir di belakang Vano. “Kita makan dulu ya,” ajak Vano. "Sama saya juga Tuan?" tanya sopir. "Iya dong pak," jawab Vano. Setelah melewati beberapa restoran cepat saji, akhirnya Vano memilih restoran khas makanan italia. Vano, Ayra dan sopir pun duduk di salah satu meja. Tak lama setelah mereka duduk, seorang pelayan menghampiri meja Vano dan memberikan buku menu pada Vano, Ayra dan Sopir. Ayra yang sudah biasa makan makanan italia tak kaget saat ia dihadapkan dengan menu makanan italia. Lain halnya dengan sopir Vano, ia menanyakan sesuatu pada pelayan yang membuat Vano tepuk jidat.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN