Ayra mengusap keringat yang turun dari pelipisnya itu. Dia cukup lelah dengan berbagai pekerjaan yang menguras energinya di rumah itu. Namun, Ayra tidak ingin marah dan berusaha bersabar dengan semua yang diterimanya itu. “Iya, nanti aku datang ke sana, kok.” Ayra menolehkan pandangannya pada Rianita yang sedang menelepon temannya. Kebetulan wanita itu berjalan melewati istri kakaknya tersebut yang membuat Rianita membalas tatapan Ayra. Rianita melirik ponselnya sejenak dan berkata, “Sudah, ya, aku matikan dulu ponselnya. Mau siap-siap, nih,” katanya yang kemudian mematikan sambungan telepon tersebut. Rianita segera masuk ke dalam kamarnya dan hendak mencari pakaian yang akan dikenakan untuk bepergian bersama dengan temannya yang baru saja menelpon dirinya itu. “Duh, sepertinya