(++) Gairah Yang Meletup

1061 Kata
Beberapa tempat sudah Daylon beri tanda kepemilikan di d**a Zalikha. Puas bermain di bagian atas tubuh calon istrinya itu, dia mulai menjelajah kebagian bawah tubuh Zalikha. Kembali Daylon bertemu dengan pemandangan indah lainnya, lubang surga dunia yang di tumbuhi bulu-bulu halus yang rapih tidak terlalu lebat, warna merah muda membuat Daylon tidak bisa berlama-lama hanya memandanginya saja, dia langsung mendatangi dan menyapu bersih dengan indra pengecapnya. Daylon biasa bermain dengan banyak wanita matang lainnya yang sudah paham betul bagaimana membalas atau mengikuti permainannya, tapi kali ini dia di hadapkan dengan seorang gadis yang polos dan masih baru dua kali ini dia gauli, tapi hal itu menjadi tantangan tersendiri untuk Daylon. Gairahnya semakin panas dan terbakar saat melihat wajah Zalikha dengan mata membelalak kala Daylon melumat bagian sensitif dirinya di bawah sana. "Ahhh ... Uncle apa yang kamu lakukan?” rintih Zalikha, nafasnya tersengal. Satu jari Daylon masuk ke dalam dan mengaduk cepat bersamaan dengan permainan indra pengecapnya di titik gundukan kecil di sana. "Ooohhh, Uncle! Hentikan ... A-aku sudah tidak kuat, aku ingin ... Ahhh ...." Zalikha tidak dapat menahan lagi, tubuhnya melengting begitu seksi dan indah di mata Daylon, wanita itu juga memuncratkan cairan hangat dari bawah tubuhnya beberapa kali dengan tubuh tersentak dan bergetar. Syaraf di tubuh Zalikha bergetar hebat saat dia mencapai puncaknya. Baru kali ini Zalikha merasakan hal yang begitu nikmat meski hanya permainan jari dan indra pengecap Daylon saja secara sadar tidak mabuk seperti kemarin. Cairannya membanjiri selimut dan seprai, tapi keduanya seakan tidak perduli bahkan malah semakin panas. "Apa kamu ingin menikmatinya?” Batang berurat itu mengacung dihadapan wajah Zalikha seakan berbicara kalau dia juga ingin merasakan seru dan hangatnya permainan Zalikha. Dengan dua tangannya Zalikha menggenggam barang kebanggaan Daylon itu dan mulai membasuh puncaknya dengan indra pengecapnya. Zalikha pernah melihat film biru itu sesekali, dia tidak menyangka kalau saat ini ternyata film itu berguna juga. "Ohhh ...." Daylon mendesah dengan kepala menengadah keatas. Dia begitu menikmati permainan mulut Zalikha di kejantanannya. "Yeahhh, terus begitu, Sayang!" puji Daylon. Daylon merangkum semua rambut panjang Zalikha dan melilitkannya di tangannya. Menahan kepala calon istrinya dan pinggulnya bergerak mendesak miliknya agar terus masuk ke dalam bibir mungil Zalikha, wanita itu awalnya kewalahan karena milik Daylon yang besar dan panjang masuk semua sampai ke kerongkongannya. Namun, lama-lama dia terbiasa meski sudut matanya berair karena menahan rasa tidak nyaman di lehernya. Tidak ingin mengeluarkan cairan kental miliknya di dalam mulut Zalikha, Daylon buru-buru mencabutnya dan menembakan isinya ke atas d**a Zalikha. Nafas keduanya tersengal, melihat ekspresi wajah calon istrinya membuat Daylon tambah ingin memasukinya. Daylon menatap puja Zalikha, "Kamu begitu cantik, Likha. Hugo bodoh karena sudah memilih Ara dari pada kamu," ucap Daylon seraya membasuh cairan kental miliknya di d**a Zalikha dengan tisu. Tak hal-nya Daylon, Zalikha mulai memuja pria matang itu. Hatinya mulai berdesir kala mendapat perhatian dan pujian dari pria yang dia panggil 'Uncle' itu. Daylon kembali menindih tubuh Zalikha, mencium bibir mungil itu dengan lembut. Entah apa yang ada di pikiran Zalikha. Wanita itu membalas ciuman Daylon dengan liar. Pria itu tersenyum dalam ciumannya, dia tidak menyangka kalau Zalikha mulai berani membalas. Bibir keduanya saling berpangutan, indra pengecap mereka saling membelit di dalam sana. Tatapan keduanya sudah berkabut dan gairah Daylon dan Zalikha sudah memuncak. Daylon membuka lebar kedua kaki jenjang calon istrinya itu dan miliknya susah begitu tegapnya mengacung sombong di depan area sensitif milik Zalikha. "Akhhh!” Zalikha berteriak. "Apa masih sakit?” tanya Daylon karena teriakan Zalikha ketika memasuki miliknya. "Tidak, aku hanya belum terbiasa dengan milik kamu yang besar itu, Uncle." Daylon anggap itu sebuah pujian dari Zalikha. Perlahan dia menggerakan pinggulnya agar Zalikha tidak merasa sakit tapi ternyata .... "Masukan lebih dalam dan percepat, Uncle," rengek Zalikha. Daylon tersenyum miring. Calon istrinya yang polos sudah mulai berani meminta lebih ternyata. Bagaimana tidak, semua kaum hawa jika sudah merasakan nikmatnya puncak langit ketujuh pasti akan ketagihan dan menginginkan lebih meski tubuh mereka sakit dan lelah akhirnya. Bagai candu, bercinta itu membuat siapapun ketagihan. "Ahhh, Uncle!" rintih Zalikha, dia merasa miliknya di bawah sana hampir sampai pada puncak kenikmatannya. "Kamu nikmat sekali, Likha." Daylon mempercepat hentakannya karena dia merasa Zalikha menjempit miliknya di dalam sana. "Tahan, Sayang. Bersama kita mencapai ...." Kepala Zalikha menggeleng, "Ahhh ... A-aku ... Aku hampir sampai ... Ohhh, Uncle ... Aku ...." "DAYLONNN!” "LIKHA!” Keduanya sama-sama mengerang panjang ketika bersama mencapai puncak kenikmatan itu bersama. Zalikha tidak menyangka kalau dia terlena dengan permainan Daylon. Bukannya menolak tapi dia terbuai dan malah menikmati setiap hentakan demi hentakan yang Daylon berikan pada dirinya hingga tembakan cairan kental pria itu pun di dalam begitu hangat dia rasakan, mengalir keluar bersamaan Daylon mencabut miliknya yang masih tegak. "Kita harus segera menikah, Likha!” bisik Daylon. "Heum, Uncle. Bisa minggir dulu?” Tidak menjawab ucapan Daylon, Zalikha malah meminta Daylon bergeser, tidak mengngukungnya lagi. Dengan berat hati Daylon melepas Zalikha dari kukungannya. Dia tersenyum tipis ketika melihat Zalikha turun dari kasur dan berlari kecil menuju kamar mandi. Daylon menghela napas panjang. *** Zalikha keluar dari kamar mandi tapi dia tidak mendapati Daylon ada di kamar. "Mau kopi atau teh?" tanya Daylon saat melihat Zalikha keluar dari kamar. Beberapa detik pria bertubuh atletis itu sempat terpukau melihat Zalikha berjalan kearahnya sambil menggulung rambutnya asal ke atas, leher jenjangnya terlihat begitu menggoda dan ingin rasanya Daylon mengendus dan menghirup lagi aroma tubuh calon istrinya itu. "Uncle! Hei!” Zalikha melambaikan tangannya di depan wajah Daylon. Daylon mengerjap, seketika dia menjadi kikuk karena ketahuan sedang melamun. "Melamun?” selidik Zalikha. "Heum, sedikit. Oh iya, kamu mau apa?” Daylon bisa langsung mengalihkan pembicaraan dengan mudahnya. "Aku suka kopi susu." "Baiklah, Nona, aku akan buatkan. Kamu tunggu saja di sana sambil berjemur." Tidak lama satu cangkir kopi hitam dan kopi s**u selesai Daylon buat, dia membawanya ke balkon di mana Zalikha tengah duduk bersantai sambil menikmati matahari pagi yang bersinar. Sama seperti Daylon, Zalikha juga sempat terpukau dengan tubuh atletis pria itu. Daylon hanya menggunakan celana piama dan kaos putih yang pas ditubuhnya hingga pahatan otot miliknya tercetak jelas. "Apa yang sedang kamu pikirkan?" tanya Daylon sambil menyerahkan satu cangkir kopi s**u milik Zalikha. "Tidak ada." "Jangan berbohong, Likha. Kamu bukan tipe orang yang pintar berbohong." Zalikha mengerutkan keningnya. Bagaimana bisa Daylon begitu tepat menebak. Padahal dia baru saja beberapa jam yang lalu bertemu. Apa karena sepak terjangnya dengan banyak wanita hingga dengan mudahnya dia menebak?
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN