Cemburu.

1051 Kata
"Soal permintaan ayah ku, kamu tidak usah pikirkan. Katakan saja kalau kamu tidak bersedia menjadi istri ku," ujar Daylon. "Aku tidak mau memaksa, kalau kamu keberatan lebih baik jujur di awal. Akan sulit untuk kita berdua jika salah satu dari kita ada yang keberatan," tambahnya. Zalikha sedikit bingung dengan penuturan Daylon barusan. Dia masih ingat betul pria itu beberapa menit yang lalu mengucapkan kalau mereka harus segera menikah, tapi sekarang kenapa Daylon kembali mempertanyakannya? "Apa Uncle keberatan?" tanya Zalikha seraya menyeruput kopi susunya. Daylon menatap dalam mata Zalikha. "Kalau wanita yang papi jodohkan itu kamu, aku tidak keberatan," ucapnya jujur. 'Uhuk! Uhuk!’ Zalikha tersedak kopi susunya, Daylon membantunya menepuk punggung Zalikha dan mengusap sisa kopi s**u yang menetes di dagu dengan ibu jarinya. "Kopinya panas," kelit Zalikha, dia berbohong karena sebenarnya dia terkejut dengan pengakuan Daylon barusan. Daylon dan Zalikha sama-sama terdiam, bergelut dengan pikiran masing-masing. "Apa kamu ragu karena aku duda?” celetuk Daylon. "Bukan itu, Uncle." Kepala Zalikha menggeleng. "Aku hanya takut kembali sakit hati lagi seperti kemarin, kejadian itu bahkan belum ada satu hari. Terlebih lagi masa suamiku adalah paman dari mantan calon suamiku," ungkap Zalikha, mendengus tawa. "Sudah kaya judul n****+ atau Sinetron tau!" sambungnya. Keduanya tertawa lepas karena kalimat Zalikha yang lucu. Tapi tiba-tiba Daylon terdiam dengan wajah serius. Begitu juga dengan Zalikha, lawan bicaranya terdiam dia pun ikut terdiam dan menatap serius wajah tampan putra bungsu keluarga Takizaki itu. "Menikahlah denganku, Likha. Aku akan bertanggungjawab dan membahagiakan kamu." Ungkapan Daylon barusan membuat Zalikha terkejut. Karena melihat masih ada keraguan di mata Zalikha, akhirnya Daylon menceritakan masa lalunya. *** "Kamu sudah mendengar semuanya tentang diriku, apa ada yang masih kamu ragukan?” tanya Daylon. Pria itu mengambil cangkir kopinya dan menyeruput cairan pekat hitam itu kemudian meletakan kembali cangkir tersebut keatas meja. Zalikha menghela napas panjang, dia mengalihkan pandangannya menatap lurus ke arah lain untuk beberapa saat hingga akhirnya dia kembali menatap Daylon yang sudah cerita panjang lebar tantang masa lalunya yang pernah gagal berumahtangga untuk kedua kalinya. "Tentunya aku tidak mau gagal untuk ketiga kalinya, Likha. Makadari itu aku tanya dan pastikan sama kamu kalau kamu mau menolak perjodohan papi sekaranglah saatnya," ucap Daylon tegas. Zalikha mengangguk paham, dia pun tidak berkuasa menolak permintaan Alfredo dan Aksa. Perjodohan yang sangat mendadak tentu saja butuh waktu Zalikha untuk mencerna semua ini. "Uncle, aku tidak menolak perjodohan ini. Aku tidak menolak menjadi istri dari Ernest Daylon Takizaki. Tapi, beri aku waktu untuk menata kembali hatiku," ucap Zalikha. Daylon langsung meraih jemari Zalikha yang sejak tadi saling bertautan. Kemudian dia menciumnya dengan penuh perasaan. "Terimakasih, Likha." "Terimakasih untuk apa?" "Terimakasih karena sudah membantuku memenuhi keinginan papi yang berharap aku segera menikah dan membina keluarga yang sebenarnya." "Emangnya kemarin gak benar?” "Aku benar, sayangnya dapat wanita yang tidak benar." "Benarkah?" sindir Zalikha, bercanda. Daylon kembali tertawa lepas dia tahu kalau calon istrinya itu tengah menggodanya, dan dia menganggap Zalikha memiliki sedikit rasa humor dan tidak manja seperti dugaannya saat pertama kali bertemu. Keduanya kembali menyeruput minuman masing-masing sambil melanjutkan obrolan random mereka. *** Keluarga inti Takizaki dan Abimana berkumpul makan siang di restaurant yang ada di hotel yang sama tempat pesta pernikahan Hugo dan Ara berlangsung semalam. Tentu saja di restaurant itu hanya ada keluarga mereka karena sudah Alfredo pesan khusus hanya untuk keluarga tersebut saja. "Darimana saja kalian? Baru datang, sudah seperti pengantin baru saja di kamar terus," sindir Sarah. Daylon dan Zalikha baru saja masuk restaurant tapi dia sudah mendapat sindiran tajam seperti itu dari ibu sambungnya. "Loh, pengantin baru apa tidak lelah malam pertama? Seharusnya kalian masih ada di kamar sampai besok atau lusa," balas Daylon menyindir Hugo dan Ara yang sudah duduk manis disamping Sarah dan Aksa. "Selamat siang semuanya, maaf kami terlambat," ucap Zalikha memberi salam setelah balasan sindiran dari Daylon terlontar. "Selamat siang juga, Likha sayang. Duduklah, kita akan mulai makan siang pertama kita sebagai satu keluarga," tutur Alfredo. Zalikha mengangguk dan dia duduk di kursi yang sudah di tarik oleh Daylon, pria itu begitu menghargai dan menghormati wanita, belom menjadi istrinya tapi dia sudah meratukan Zalikha hingga membuat Hugo terbakar cemburu melihat perhatian yang Daylon tunjukan. Hugo tersentak karena Ara menyenggol kakinya di bawah meja sana. Memberi kode agar suaminya itu tidak terus menerus memperhatikan Zalikha. Saat makan siang, Daylon memang sengaja mengumbar perhatiannya pada Zalikha, agar terlihat mesra di mata semua orang. Siapa kira tujuannya itu sampai pada semua orang, Hugo khususnya. Suami Ara itu jelas sekali wajahnya menunjukan ketidaksukaannya atas apa yang Daylon perbuat pada Zalikha. Daylon menambahkan sepotong daging ikan kepiring Zalikha. Pria itu juga sesekali menyuapi lauk lainnya ke mulut calon istrinya itu kemudian membersihkan sudut bibir Zalikha yang tersisa saus dengan ibu jarinya kemudian dia menjilat jarinya. Semua orang menikmati makan siang masing-masing, kecuali Hugo dan Ara. Terlihat Hugo cemburu melihat kemesraan Zalikha dan Daylon padahal mereka baru saling mengenal dalam hitungan hari, sedangkan Ara cemburu karena suaminya terus memperhatikan mantan calon istrinya itu bukan memperhatikan istrinya. "Sepertinya kalian sudah menerima keputusan kami," ucap Alfredo setelah dia mengelap sudut bibirnya dengan napkin. Kalimat itu tertuju pada pasangan yang baru saja saling memuaskan pagi ini dengan panasnya—Daylon dan Zalikha. "Apa kami mempunyai pilihan lain?” dengus Daylon. Alfredo tertawa lepas, di susul oleh Aksa dan beberapa anggota keluarga lainnya. "Kalau begitu kapan kalian akan melangsungkan pernikahan?” timpal Sarah. "Secepatnya, calon ibu mertua. Jangan sampai Zalikha hamil duluan sebelum nikah," sindir Daylon. Matanya melirik tajam kearah Ara. Tentu saja istri Hugo itu merasa tersindir dan marah. 'Prang!’ Denting suara sendok dan garpu yang sengaja Ara hentakan di atas piring sedikit mengejutkan banyak orang, dia menjadi pusat perhatian saat ini. "Maaf, aku harus kembali ke kamar. Karena aku sedikit mual," ucapnya seraya menatap Daylon dan Zalikha bergantian. Daylon mengulum senyumnya, merasa lucu melihat kelakuan Ara yang begitu terlihat marah karena tersinggung dengan kalimat sindiran yang Daylon lontarkan. "Biar aku temani kamu, Sayang." Hugo pun ikut beranjak dan merangkul Ara. "Harap maklum, Ara sedang hamil muda. Morning sickness sepertinya," ucap Sarah membela putri kesayangannya. Alfredo dan anggota keluarga lainnya ikut mengantuk, meski sebenarnya hal itu di anggap tidak sopan karena meninggalkan meja makan di saat masih ada anggota keluarga yang masih menikmati santap siangnya. Tapi karena Ara senang mengandung dengan alasan mual, mereka semua memaklumi. "Jadi kapan rencana kalian menikah?" Alfredo melanjutkan obrolan yang sempat tertunda tadi.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN