(++) Tidak Dapat Menolak

1010 Kata
"Pi, aku masih lelah, aku akan kembali ke kamarku," pamit Daylon yang sudah merasa tidak nyaman berada di tengah orang yang bermuka dua seperti Sarah. Dia hanya takut tidak bisa menahan diri lebih lama emosinya. Makadari itu, Daylon memutuskan undur diri dengan alasan lelah. Alfredo mengangguk memberi ijin. "Ayo, Likha," ajak Daylon. "A-aku?” Likha menunjuk dirinya sendiri. "Iya kamu, siapa lagi? Kamu calon istri ku jadi sepatutnya menemani ku, belajarlah mulai sekarang." "Pergilah, Nak." Alfredo mengibaskan tangannya memerintah agar Zalikha menuruti apa kata Daylon. "Aku permisi, Kakek," pamit Zalikha hanya dengan Alfredo. Dia mengabaikan keberadaan Sarah. *** Daylon berjalan sendiri sedangkan Zalikha mengikuti di belakangnya. Langkah kaki lebar pria itu menyulitkan Zalikha mengimbangi jalannya. Sesekali wanita itu berlari kecil guna mengejar ketinggalannya. "Astaga, Uncle! Jalannya pelan-pelan," cicit Zalikha. Highhells menyulitkan kakinya mengimbangi langkah Daylon. Bagaimana tidak sulit, kaki panjang pria itu sekali melangkah tapi Zalikha bisa dua langkah mengikutinya, di tambah gaun panjang yang melilit tubuhnya. Dia sudah seperti manekin yang di seret oleh pemiliknya. Daylon seketika berhenti, membuat Zalikha menabrak punggungnya. "Ouch!" Zalikha mengusap keningnya karena menabrak punggung kokoh Daylon. "AKH!!!" lanjutnya berteriak. Daylon mengangkat tubuh Zalikha seperti karung beras yang di panggul di satu pundaknya. PLAK! Daylon menampar b****g Zalikha, "Diamlah, Calon istri." Zalikha terngaga mendapat perlakuan seperti itu dari Daylon. Kelakuan pria itu terkadang diluar nurul. Sampai ke dalam kamar, putra bungsu Alfredo itu baru menurunkan Zalikha. "Astaga, Uncle!” gumam Zalikha seraya merapihkan penampilannya. "Nanti kita bicara, sekarang aku mau tidur dulu. Aku benaran lelah sekali, lebih baik kamu ganti gaun itu agar nyaman terus istirahat juga." Zalikha terdiam saat Daylon membuka semua pakaiannya, hanya tersisa celana boxernya saja. Tanpa rasa malu sedikit pun, malah Zalikha yang merona melihat pahatan sempurna tubuh Daylon yang terbaring di atas kasur. Tidak lama pria itu terlelap. Wajar jika dia langsung terlelap, perjalanan Jepang—Indonesia membutuhkan waktu lama, belum lagi aktifitas yang menguras tenaga bersama Zalikha beberapa jam lalu, belum puas tidur dia harus terbangun karena pesta pernikahan keponakannya. Zalikha bingung harus bagaimana, ganti gaun dengan apa? Dia berangkat tanpa membawa apapun kecuali tas kecil di tangannya. Melepas sepatunya kemudian dia meletakan tas kecil di atas nakas. Melihat pakaian Daylon yang berantakan matanya tidak betah, dia langsung beranjak dan merapihkan pakaian calon suaminya itu. Seketika terbesit di benak Zalikha untuk meminjam kemeja Daylon, dia mengambil koper pria itu tapi sialnya koper tersebut terkunci dan Zalikha tidak mengetahui kode kunci koper milik Daylon. Hanya ada satu kemeja, kemeja yang Daylon pakai tadi, tidak kotor, hanya tersisa aroma parfum maskulin pria itu ketika Zalikha menciumnya. *** Tengah malam Daylon terbangun karena haus. Hanya dengan menggunakan celana boxer dan matanya masih mengantuk dia berjalan ke arah kulkas yang tidak jauh dari minibar, mengambil gelas dan air dari dalam kulkas tersebut dan meminumnya. Ketika hendak kembali ke kasur dia baru menyadari keberadaan Zalikha, calon istrinya itu tertidur di sofa dengan memakai kemeja putih miliknya. Daylon mendengus kecil di sertai gelengan kepala. "Kenapa dia tidur di sofa?" Calon istrinya itu ternyata tertidur tengah menonton drama Korea, televisi masih menyala, tapi orang yang menontonnya sudah tertidur pulas. Perlahan Daylon mengangkat tubuh Zalikha dan memindahkannya ke kasur, menyelimutinya kemudian dia mencium kening wanita itu dengan lembut. Daylon bergabung, naik ke atas kasur dari sisi satunya, masuk kedalam selimut yang sama dengan Zalikha. Perlahan dia merengkuh tubuh mungil itu kedalam dekapannya kemudian melanjutkan tidurnya. *** Esok paginya Zalikha terbangun, dia mengulat begitu nyaman. Dia bahkan mempererat pelukannya dan menenggelamkan wajahnya di d**a bidang Daylon. Beberapa saat, Zalikha baru menyadari karena dia merasa tertidur diatas alas yang berbeda. Perlahan dia membuka matanya, terkejut bukan main karena ternyata dia berada di tengah dekapan Daylon. Pahatan sempurna d**a pria itu membuat wajah Zalikha merona seketika. Memberanikan diri mendongak, saat itu juga dia terpaku, membisu ketika kedua matanya bertemu satu sama lain dengan mata Daylon. "Good morning, Sleeping beauty," sapa Daylon seraya mengulas senyum yang selalu berhasil membuat kaum hawa klepek-klepek. "G-Good Morning, Uncle," balas Zalikha terbata setelah beberapa saat paman dari mantan tunangannya itu memberi salam. "Bagaimana tidur kamu? Nyenyak? Mimpi indah?" "Bagaimana aku bisa ada di sini?" Mengabaikan pertanyaan Daylon, Zalikha malah bertanya balik seraya berusaha keluar dari dekapan pria itu. Tapi aksinya sia-sia, karena Daylon seakan tidak ada niat sedikit pun melonggarkan pelukannya di tubuh indah Zalikha saat ini meski wanita itu sudah mencoba berbagai gerakan melepas diri. "Ck! Kamu itu kalau tertidur benar-benar pulas, sampai tidak tahu kalau aku pindahkan kamu dari sofa ke sini, heum?” Zalikha menggeleng tidak percaya. "Aku yang pindahkan kamu, dan kita tidur bersama semalaman." "Heum, Uncle. Bisa tolong lepaskan tangan kamu?” pinta Zalikha. "No, aku masih ingin seperti ini, karena rasanya—” Daylon mengerang tertahan karena Zalikha menggeliat berusaha keluar dari dekapan Daylon, di mana gerakannya malah memancing adik kecil pria itu bangkit dari tidur nyenyaknya. Seketika Zalikha terdiam ketika dia merasakan di bawah sana sesuatu tengah membesar dan mengeras. "Kamu membangunkannya, Likha!” desis Daylon. "A-aku ... Mmmphhh ...." Daylon membungkam Zalikha dengan ciuman mautnya yang selalu berhasil membuat kaum hawa terlena hanya dengan permainan bibir dan indra pengecapnya di dalam sana. Zalikha yang hanya menggunakan kemeja Daylon tanpa Bra hanya underware saja membuat pria itu dengan mudahnya menemukan puncak bukit kembar dibalik kemejanya. "Eughhh ... Uncle ...," pekik Zalikha. Daylon memilin puncak bukit kembar milik Zalikha dari balik kemeja yang dipakainya, seraya menyapu leher jenjang wanita itu dengan indra pengecapnya, perlahan setiap inchi hingga turun kebawah dan menenggelamkan wajahnya diantara dua bukit kembar yang sudah terekspose jelas karena kancing kemejanya sudah terbuka semua. "Ssshhh ... Eughhh ... pelan-pelan," rintih Zalikha karena pria berdarah Jepang Indonesia itu menghisap salah satu bukit kembarnya begitu kencang. Sedangkan tangan satunya tidak dia biarkan menganggur, memilin puncak bukit kembar yang satunya. Mata Daylon menatap wajah Zalikha yang sedang berjuang menahan gairahnya. Tapi Daylon tidak berhenti sampai di sini. Jangan sebut nama Ernest Daylon Takizaki kalau tidak berhasil membuat kaum hawa merengek minta nambah. 'Plop!’ Daylon melepas hisapannya kemudian beralih ke bukit sebelahnya. "Ouchhh! Uncle .... Ssshhh ... Ahhh ...." Zalikha tidak bisa berkata-kata lagi, hanya desahan yang meluncur bebas dari mulutnya.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN