Rendi sebenarnya belum mau melangkah sejauh itu, masih banyak cara lain yang lebih aman yang dia belum coba upayakan. Karena menggunakan cara yang dia lakukan sekarang adalah hal yang sangat rentan, apalagi dengan seseorang yang mentalnya lemah, maka akan berpengaruh pada kepribadiannya. Akan tetapi siswanya yang satu ini benar-benar membuatnya tidak sabaran, dia sungguh menantang Rendi untuk mencobanya.
Kelly menelan ludahnya gugup, ada semacam sensasi aneh yang tiba-tiba menyelimuti pikirannya. Dia merasa sangat gelisah dan tidak nyaman, sorot mata tajam sosok yang ada didepannya itu tiba-tiba saja berubah menjadi sesuatu yang membuat jiwanya gentar. Dia tidak pernah merasakan hal itu sebelumnya, dia selalu merasa congkak dan lebih jauh diatas orang lain, sehingga tidak pernah sekalipun dia segan apalagi takut dengan siapapun.
Akan tetapi entah kenapa sekarang dia merasa nyali yang tadinya sebesar dan seangkuh gunung berapi berubah menjadi seperti sehelai tisu yang terkena siraman air, layu dan lembek sehingga tanpa sadar gadis itu menundukkan pandangannya ke tanah.
Melihat perubahan sikap Kelly, akhirnya Rendi tersenyum puas. Tidak lama kemudian bel ujian kedua berbunyi, Kelly langsung tersadar dan segera meninggalkan tempat itu tanpa sedikit pun berani melirik Rendi. Dia tiba-tiba merasa takut dengannya. Rendi hanya menatap punggung Kelly sampai akhirnya menghilang dibalik tikungan koridor, dia menghela napas panjang dan melangkah menuju ruangannya.
Sementara itu di mansion keluarga Kelly. Terlihat beberapa orang sedang berbincang hangat diruang keluarga, sesekali terdengar suara tawa renyah mereka. Tampak salah satu diantaranya adalah nyonya Lena,ibu Kelly yang terlihat sangat antusias dengan pembicaraan mereka sehingga suaminya terpaksa harus memberikan sedikit kode cubitan di pinggang istrinya agar bisa lebih tenang. Tapi sang istri tidak peduli.
"Jadi kita sudah sepakat yah kalau pertunangan mereka akan diadakan ketika Kelly libur semester.” Ucap pak Darto memastikan.
Dia sendiri adalah kakek dari Rendi yang memang sudah sejak dulu menginginkan cucu kesayangannya itu menikah dengan anak perempuan dari kolega bisnisnya yaitu pak Tomi ayah dari Kelly.
Kakek Darto sangat menyayangi Pak Tomi seperti anaknya sendiri. Dia merupakan sahabat dari almarhum putranya, Ridwan ayahnya Rendi. Kakek Darto masih mengingat saat dimana Ridwan dan Tomi kecil berlari kejar-kejaran di taman belakang rumahnya.
Tomi dan Ridwan sudah menjadi sahabat baik sejak duduk di bangku sekolah dasar sampai pada hari terakhir kakek Darto melihat putra kesayangannya menghembuskan napas yang terakhir karena kecelakaan mobil yang menimpanya beserta istrinya.
Kala itu Rendi masih berumur 5 tahun dan yang lebih membuat kakek terpukul yaitu menantunya ternyata tidak sanggup bertahan hidup sehingga dia pun menyusul ke alam baka sehari setelah kepergian suaminya.
Itulah yang menyebabkan kakek Darto ingin cepat-cepat melihat cucu semata wayangnya, penerus kerajaan bisnisnya memiliki pendamping hidup sebelum dia juga dipanggil oleh sang pencipta. Dan Kakek hanya ingin menikahkan Rendi dengan keturunan dari sahabat anaknya. Sehingga disinilah mereka sepakat untuk meresmikan perjodohan anak-anak mereka.
"Iya Pak, saya sebagai ibu Kelly sangat menginginkan Kelly punya seseorang yang bisa mengarahkan. Kami saja sampai kewalahan, Bapak tahu sendiri kan perangai Kelly seperti apa, semoga nak Rendi bisa membimbingnya.” Kata Nyonya Lena penuh harap. Sang suami tersenyum dan menganggukkan kepala membenarkan.
"Tidak usah khawatir, Kelly itu sebenarnya anak yang sangat baik. Dia hanya masih belum dewasa, seiring berjalannya waktu dia akan tumbuh menjadi wanita yang anggun. Rendi akan sangat cocok dengannya.” Jawab Kakek Darto dengan semangat.
Matanya berbinar bahagia, kedua pasangan suami istri itu pun hanya tersenyum cemas. Mereka khawatir putrinya nanti hanya akan membuat orang tua ini celaka. Anggun apanya, model anaknya sejak dari lahir sudah seperti preman pasar, rasanya tidak akan mungkin putri tomboinya itu akan bersikap lembut. Nyonya Lena hanya menatap suaminya yang dibalas dengan anggukan kepala.
"Tapi pak, anak-anak belum tau apa-apa tentang hal ini. Perlukah kita memberitahu mereka?" tanya pak Tomi. Dia rupanya khawatir dengan respon putrinya nanti. Akan seperti apa reaksi Kelly nanti ketika tahu dirinya akan bertunangan.
Jangankan bertunangan, dekat dengan teman lelaki pun tidak pernah. Apakah dia akan menghancurkan seluruh rumah? Pak Tomi cepat-cepat menggeleng mengusir pikiran negatifnya.
"Mereka akan diberi tahu, tapi nanti ketika mereka dipertemukan tepat sehari sebelum pertunangan.”Jawab Kakek Darto menyeringai.
"Tapi kenapa demikian pak? Bukannya mereka harus tahu jauh sebelum pertunangan mereka? supaya mereka bisa saling mengenal." Tanya Nyonya Lena ingin tahu. sementara suaminya mengangguk setuju.
"Mereka akan saling mengenal ketika hubungan mereka sudah resmi. Dan sesuai rencana kita, pernikahan mereka akan diadakan sehari setelah mereka bertunangan. Sehingga mereka tidak ada waktu untuk menolak. Apa kalian pikir mereka akan menerima perjodohan ini begitu saja? tidak. Mereka pastinya tidak akan menerimanya. Jadi tidak ada yang akan memberi tahu mereka dulu". Jawab kakek Darto menjelaskan.
Perjodohan cucunya ini sudah lama dia rencanakan, bahkan Kelly masih dalam kandungan kakek sudah merencanakannya. Jadi dia akan melakukan apa pun untuk mewujudkan itu. Tidak akan ada seorang pun yang bisa mengacaukannya, baik Rendi atau Kelly sekalipun.
Kedua pasang suami istri itu pun lalu mengangguk mengerti. Tidak lama kemudian Kelly muncul dengan wajah cemberut. Rupanya dia sama sekali tidak sadar kalau ternyata ada orang di sekitarnya yang sejak tadi memperhatikan tingkahnya, gadis itu masih kepikiran dengan kejadian tadi siang bersama Rendi. Dia hendak menuju tangga tetapi langkahnya terhenti ketika mendengar suara kakek Darto menyapanya.
"Apa tidak ada sapaan selamat siang buat old man ini gadisku?" goda kakek.
Wajah Kelly seketika berubah ceria, mata bulatnya berbinar. Dia kemudian berbalik dan menghambur ke pelukan kakek yang menyambutnya dengan gelak tawa.
"My old man...kangen!!" ucap Kelly dengan manja lalu mengecup pipi kakek Darto.
"Gadisku, kau sudah semakin besar sekarang. Oh ya bagaimana sekolahnya sayang?" tanya kakek sambil mengelus rambut Kelly. Mendengar pertanyaan kakek, wajah Kelly berubah suram. Dia kembali teringat dengan Rendi, sorotan mata tajam pria itu tiba-tiba membuatnya merinding.
"Hei... pikiranmu kemana sayang? kakek bertanya loh". Ucapan ibunya membuatnya kembali tersadar.
"Oh..e.. baik old man, hanya ada sedikit insiden kecil. Tapi semuanya berjalan lancar.” Jawabnya berusaha menutupi perasaannya. Dia belum mau menceritakan kejadian yang sebenarnya kepada orang lain.
"Oh iya dong, semua akan berjalan lancar. Tidak ada yang bisa membuat gadisku takluk disekolah. Iya kan sayang?” ucap kakek bangga. Kelly hanya mengangguk ragu. Kali ini dia tidak yakin akan hal itu lagi.
Kalau dahulu dia bisa dengan sombongnya membanggakan diri kalau tidak seorang pun yang bisa membuatnya takut. Tapi sekarang mengingat sorot mata Rendi saja dia sudah merasa ciut.
"Ya sudah, kelihatannya kamu capek. Pergilah ke kamarmu dan istirahat ya, Old man juga mau pulang". Ucap kakek sambil mencium puncak kepala Kelly kemudian melangkah keluar. Kelly menghela napas lalu naik ke tangga menuju kamarnya.
Kelly langsung menghempaskan tubuhnya ke kasurnya yang empuk. Tubuhnya terasa sangat letih, pikirannya kalut. Dia tidak mengerti dengan dirinya sendiri, bagaimana bisa seorang kepala sekolah biasa mampu membuatnya gentar bahkan takut hanya dengan melihat sorot matanya. Memikirkan itu membuat matanya terasa berat.
"Kau tidak akan bisa bersikap semaunya lagi Kelly, rantai ini akan selamanya berada di tubuhmu. Kau tidak bisa berbuat apa-apa lagi, tidak bisa...tidak bisa..ha..ha..ha..!!!"
Sorot mata itu menatapnya dengan tajam, bagaikan mata pisau tajam yang siap menghujam ke jantungnya. Napasnya sesak, dia tidak bisa bernapas, dia bahkan sudah membuka mulutnya untuk menghirup udara tapi hanya sesak yang dirasakannya. Jantungnya berdetak kencang, memompa darah yang seakan berhenti mengalir. Keringat bercucuran dan membasahi seluruh tubuhnya yang sama sekali tidak bisa digerakkan.