Tampak sekali gadis didepannya itu kikuk dan canggung.
" Maaf pak, tadi a..ku refleks karena cicak itu sepertinya mau melompat ke arahku" ucapnya sambil bergidik membayangkan apa yang baru saja di alaminya. Rendi hanya menatapnya datar, dia masih merasakan sisa kehangatan tubuh gadis itu yang baru saja melepaskan pelukannya. Dia lalu melangkah ke mejanya dan kembali duduk. Kelly mengikutinya dari belakang.
"Kalau kau sudah siap kita lanjutkan ujianmu" ucapnya tanpa sekalipun menatap Kelly. Sementara itu Kelly hanya mengangguk karena merasa malu dan tidak enak dengan kelakuannya tadi. ' Hilang deh mukaku di depan kepsek songong itu, bisa-bisanya sih aku refleks meluk dia. Pasti dia uda nganggap aku perempuan gak bener' gerutunya dalam hati.
Tidak lama kemudian Rendi mulai memberikan ujian lisannya dan yang mengejutkannya adalah ternyata Kelly bisa menjawab semua soal dengan benar. Rendi diam-diam kagum dengan kecerdasan Kelly tapi tentu saja dia tidak menunjukkannya, dia tidak mau membuat gadis itu jadi besar kepala dan melunjak. Dia tetap memasang wajah datarnya.
" Ok cukup. Hari ini ujianmu sampai disini saja, tapi ingat besok saya tidak mau kau ada disini lagi untuk hal yang sama, paham!!? Kelly kembali mengangguk. Dia masih terdiam ditempatnya, sebenarnya dia masih ingin menjelaskan insiden tadi supaya kepsek itu tidak salah paham.
" Ngapain kamu masih bengong di situ? Out..!" Suara Rendi sontak menguapkan maksudnya, sehingga Kelly langsung berdiri.
" Jangan lupa besok orang tuamu harus datang!" Sekali lagi Rendi mengingatkan. Kelly hanya mendengus jengkel dan keluar dari ruangan itu.
"Dasar kepsek songong, liat aja aku akan laporkan dia ke mama biar dipecat secepatnya" ucapnya marah-marah. Dia lalu menendang tong sampah yang ada didekatnya hingga isinya terhambur berserakan di lantai yang bersih.
Seorang cleaning service yang melihatnya langsung berlari dan segera membersihkan lagi sampah-sampah itu.
" Non jangan ditendang tempat sampahnya, kan jadi berserakan lagi" ucapnya sambil memunguti sampah-sampah itu. Kelly sebenarnya kasihan melihatnya tetapi karena sangat emosi, dia hanya terdiam.
" ni pak, anggap aja itu kompensasi". ucapnya sambil menyerahkan selembar uang ratusan kepada cleaner itu kemudian berlalu.
" Muka lu ko' sejak tadi kusut aja sih, ada apa? lagi pms ya? Tanya Via sahabatnya sambil menyeruput minumannya.
"Pms ass lu, gua nih kesel sama kepsek baru itu" jawab Kelly cemberut. Mata Via langsung melotot mendengar Kelly. Wajahnya langsung sumringah bersemangat.
" Kesel..?? sama kepsek hot..?? mata lu taroh dimana sih ly, gak ada yang bisa kesel sama dia. Kalaupun sampai kesel, emosi kita akan meleleh juga karena gantengnya". Ucap Via seenaknya. Kelly bertambah kesal melihat kelakuan sahabatnya itu. Dia lalu menjitak kepala Via tanpa peringatan.
"aouchh...!" Via meringingis sambil mengusap kepalanya yang sakit. Bibirnya manyun kedepan kayak paruh bebek.
" Itu hasilnya kalo mulut lu gabisa nyaring kata-kata, lu pikir gue kayak cewek-cewek alay yang gila sama pria hot ato apalah itu namanya? yang ada, saat melihat kepsek songong itu rasanya mau gua hajar aja biar dia gak banyak bacot". selorohnya masih emosi. Namun mata Via lagi-lagi melotot.
"Apa..?? jadi lu uda ketemu langsung dengan pak Rendi hot itu. Cepat ceritakan gimana orangnya kalo dilihat dari dekat. Lu beruntung banget sih ly". Ucap Via antusias, mata sipitnya berbinar. Kelly hanya memutar matanya jengah. Beruntung apanya, yang ada harinya sudah dikutuk gara-gara bertemu dengannya.
" Au ah gelap" ucapnya seraya bangkit dan berlalu tanpa aba-aba. Via sontak mengekor dibelakangnya. "Ayolah ly, lu ko' pelit amat sih. ceritain pengalaman indah dengan mr.hot itu aja gak mau" pinta Via sambil berusaha menyeimbangkan langkahnya dengan kecepatan langkah gagah Kelly yang cepatnya hampir berlari. Via sampai ngos-ngosan.
Tapi entah kenapa ketika mendengar perkataan *pengalaman indah* itu, tiba-tiba Kelly teringat adegan ketika dirinya memeluk Rendi. Wajahnya terasa hangat seketika. Sedangkan Via yang menatapnya sejak tadi terkejut plus heran melihat perubahan warna wajah Kelly.
"Kelly... muka lu kok memerah"? tanyanya penuh curiga.
"Ah...jangan-jangan lu juga demen ya sama mr. hot? iya kan..iya kan?? ngaku aja deh." ucapnya semakin menggoda Kelly.
Sedangkan Kelly tanpa sadar menyentuh wajahnya dan menatap Via tanpa ekspresi. 'Bener-bener kunyuk satu ini, sangat menyusahkan' gerutunya dalam hati. Dia pun semakin mempercepat langkahnya dan menghilang dari pandangan. Via sudah tersenyum-senyum penuh arti. Senang sekali rasanya menjahili sahabat sendiri, apalagi kalau orangnya itu Kelly. Gadis tomboy parah sejagat raya, dia bahkan membayangkan bagaimana rupa sahabatnya itu ketika sedang jatuh cinta. Dia lalu menggeleng dan mengejar Kelly yang sudah sejak lama menghilang dibalik tembok.
Sementara itu Kelly yang masih terjebak oleh pikiran aneh yang tiba-tiba hinggap dikepalanya itu masih terus berjalan tanpa menghiraukan apa pun disekitarnya. Adegan pelukan konyolnya dengan Rendi rupanya masih memenuhi rongga otaknya.
'Akhhggrr...semua ini gara-gara kepsek songong itu..!!' ucapnya membatin
"Hah..menyebalkan..!!" gerutunya yang keras tanpa sengaja terlepas dari mulutnya. Jadinya semua siswa yang sedang duduk santai di koridor tempatnya berjalan sontak menatapnya heran.
"Apa lu semua liat-liat?" Bentaknya garang, membuat semuanya langsung mengalihkan pandangan. Mereka tidak mau mencari masalah dengan si tomboy galak itu. Sehingga jangankan membalas gertakannya, menatap balik Kelly yang marah itu saja nyali mereka sudah ciut.
Kelly terus melanjutkan langkahnya menuju loker tempatnya menaruh semua perlengkapan sekolahnya. Masih ada beberapa menit sebelum ujian kedua dimulai. Dia lalu membuka lokernya dan mengeluarkan sebuah buku lalu menutup lokernya kembali sebelum berjalan menuju kursi disudut taman sekolah. Disinilah tempat favoritnya membaca n****+ fantasi kegemarannya. Dia bahkan sudah berkali-kali membolos pelajaran hanya karena tidak ingin menghentikan keseruan bacaannya. Buku kesayangannya itu pun sudah berulangkali disita tetapi karena the power of money yang dia miliki, hal itu tidak pernah menjadi penghalangnya untuk terus menikmati bacaannya.
Kelly terlihat asyik menikmati her-timenya, mata indahnya berbinar serius menatap baris demi baris kalimat yang ada dibuku sampai tidak menyadari kehadiran sosok tinggi kekar menawan menatapnya tajam. Sosok itu berdiri tepat didepan kursi tempat dia berada.
"Ehmmm...!" sosok itu berdehem meminta perhatian Kelly, tapi dia dengan cueknya mengacuhkan suara yang didengarnya itu.
'Apa sih Ronal si boncel itu, gak liat apa aku lagi asik ini juga. Awas aja kalo dia bersuara lagi' ucapnya dalam hati sambil terus melanjutkan bacaannya yang semakin seru saja.
" Selain jago membolos dan terlambat, sepertinya telingamu juga ahli dalam kamoflase pendengaran ya, sangat sempurna untuk dijadikan alasan dikeluarkan dari sekolah ini?" ucap sosok itu dingin. Sontak saja Kelly terperanjat dan berdiri sehingga tanpa sadar buku yang dipegangnya jatuh ketanah. Buku yang berjudul 'spirit cultivation' itu jatuh tepat didepan kaki sosok itu dan dia pun langsung membungkuk dan memungut buku Kelly yang jatuh tadi.
"Pak song.. maksudku pak kepsek..!?" ucap Kelly tergagap. Dia tidak menyangka akan melihat wajah menyebalkan itu lagi. Baru saja dia ingin menikmati waktu damainya sambil menunggu ujian selanjutnya, tapi ternyata hari ini bukan hari keberuntungannya.
" Tolong buku saya dikembalikan pak". Ucapnya bersikap normal, menahan emosi jiwanya.
Rendi mengerutkan keningnya. Nyali siswa yang satu ini memang dia akui cukup besar. Tipe penantang sejati, sehingga dia merasa tertantang untuk menaklukkan sikap liar itu. Rendi menatap Kelly tajam tanda kedip, mencoba menekan ego gadis itu lewat kontak mata. Cara ini selalu berhasil dia lakukan untuk menundukkan perangai kasar siswa. Aura intimidasi yang kuat dia salurkan ke alam bawah sadar orang yang akan dia lumpuhkan sikap arogannya dan itulah yang dia lakukan terhadap Kelly sekarang.