Kekesalan

1194 Kata
Suara itu bagaikan petir ditelinga Kelly, seketika itu tangan yang mencengkeram baju Rio terlepas tanpa dia sadari. Keringat dingin mulai muncul di sekujur tubuhnya, tapi dia sedikit pun tidak menoleh kearah suara itu, tubuhnya terasa kaku seperti es balok yang  tidak bisa digerakkan. Hanya bola matanya yang bergerak-gerak liar, Kelly juga tidak mengerti kenapa d tiba-tiba saja merasa sangat takut mendengar suara itu. "Apa yang kalian lakukan berdua di sini?" Rendi akhirnya bersuara lagi setelah hening beberapa saat. Mendengar itu Rio langsung bangkit dan berdiri. "Eh.. kami hanya membaca buku pak" jawab Rio beralasan. Dia lalu melirik Kelly yang sejak tadi tidak bergeming. Dia merasa heran karena tidak biasanya sang macan betina sekolah ini seakan tidak berkutik. Rio kemudian menyentuh pundak Kelly membuat gadis itu terperanjat. "Kamu kenapa?" tanya Rendi khawatir karena ternyata wajah Kelly terlihat pucat. Kelly hanya menggeleng, dia perlahan membalikkan badan menghadap Rendi yang sejak tadi memperhatikannya dengan wajah datar. Kelly tertunduk, dia benar-benar tidak sanggup menatap Rendi sedikit pun. Melihat itu Rio semakin bingung, ada apa dengan Kelly hari ini, kenapa dia bersikap aneh. Seumur-umur baru kali ini gadis tomboy pujaannya itu menundukkan pandangan terhadap orang lain. Tapi itu malah membuatnya semakin imut di matanya. Alangkah bahagianya kalau Kelly melakukan itu padanya. Pikiran halu Rio kumat lagi. "Rio, kamu boleh pergi" ucap Rendi datar. "Baik pak" jawab Rio lalu segera melangkah tapi tangan Kelly dengan cepat mencekal lengannya. Langkahnya tertahan lalu dia berbalik kearah Kelly yang masih diam terpaku. "Aku ikut" ucap Kelly singkat lalu melangkah tergesa sambil menarik lengan Rio menjauhi tempat itu. Tapi lagi-lagi suara Rendi menahan langkah mereka. "Hanya Rio yang akan meninggalkan tempat ini" ucapnya dingin. Sontak tangan Kelly di lengan Rio terlepas. Rio menjadi tidak senang, sangat susah mendapat kesempatan berdekatan dengan Kelly tapi sialnya itu pun harus dirusak oleh Rendi. "Tapi Kelly juga sudah mau ke kelas pak, biar kami bareng aja" ucapnya mencoba bernegosiasi. Tapi Rendi menatapnya tajam sehingga Rio hanya bisa menghela napas kecewa. Dia melirik Kelly yang masih tertunduk. "Aku duluan ya" ucapnya lalu melangkah pergi. Kelly menjadi semakin tegang, entah apa yang terjadi dengan dirinya, tapi sungguh dia tidak bisa sedikit pun mengangkat wajahnya walau hanya untuk sekedar melirik. Pandangannya terus saja melihat ke bawah, kalau sampai ada orang lain yang melihat dirinya yang seperti ini habislah harga dirinya. Susah payah dia kerahkan seluruh keangkuhannya untuk menatap Rendi tapi entah kekuatan apa yang telah mengunci seluruh arogansi yang ada pada dirinya tanpa sisa. "Ikut saya" ucap Rendi singkat lalu melangkah menuju ruangannya. Anehnya Kelly yang tadinya hanya berdiri bagai patung langsung mengikuti langkah Rendi bagai anak ayam mengikuti induknya. Sesampainya dalam ruangan, Rendi menyuruh Kelly untuk duduk dan lagi-lagi Kelly menurutinya dengan patuh. Rendi kemudian duduk di hadapan Kelly yang masih tertunduk. Dia menatap Kelly dengan seksama, terlihat sudut bibir Rendi terangkat. "Bagaimana perasaanmu sekarang?" tanya Rendi sambil terus memperhatikan wajah Kelly. Mata tajamnya yang indah menatap fokus kearah Kelly yang masih tertunduk. Tidak ada jawaban dari gadis itu, Kelly masih tertunduk diam. Dia sebenarnya sangat ingin menantang orang songong yang ada di depannya itu tapi anehnya kekuatannya seakan hilang bahkan untuk mengangkat kepala dan menjawab pertanyaan dari Rendi saja dia tidak sanggup. "Lihat saya Kelly" ucap Rendi dengan serius, dan seakan belenggu yang mengikat dirinya terlepas serta merta Kelly pun bisa mengangkat kepala dan menatap wajah serius Rendi. Mereka saling menatap intens sesaat lalu untuk pertama kalinya Kelly membuka mulut "Bi..biarkan saya pergi pak" ucapnya terbata. Dia benar-benar merasa sangat tidak nyaman berada di sekitar Rendi. Dia merasa tegang dan terbata Rendi mengangkat alisnya, wajah tampannya semakin terlihat menggemaskan tapi itu tidak berlaku kepada Kelly, dia menelan ludahnya tegang, dia ingin keluar dari ruangan itu dengan segera. "Kamu akan saya beri tugas selama seminggu untuk menjadi asisten pribadi saya di sekolah ini" ucap Rendi dengan santai. Mimik wajahnya pun sudah lembut, Kelly merasakan Aliran darahnya yang sejak tadi seakan terhenti menjadi lancar kembali. Saat itu dia merasa kembali menemukan jati dirinya yang untuk beberapa lama hilang entah ke mana. Sehingga dengan mudah dia bangkit dan menggebrak meja. "Apa saya tidak salah dengar? bapak ingin saya jadi asisten? yang benar saja. Bapak tahu kan saya di sini untuk belajar bukan untuk jadi pesuruh. Lagian bapak itu siapa? Cuma kepala sekolah biasa aja beraninya nyuruh-nyuruh!". ucap Kelly morang-maring meluapkan semua emosinya yang sempat terpendam. Mata indahnya sekarang dengan angkuhnya menatap Rendi dengan sengit. Rendi hanya tersenyum, ada rasa geli melihat kesombongan gadis ini. Dia sebenarnya ingin mengetes seperti apa perubahan sikap Kelly setelah dia melonggarkan sedikit pengaruh hipnoterapinya. Dan seperti dugaan, gadis ini memang beda dengan yang lain, dia bahkan kembali ke sikap arogannya meskipun pengaruh hipnotis masih ada. Kelly bangkit dari duduknya dan segera beranjak dari tempatnya tapi suara Rendi yang pelan tapi tegas menghentikan langkahnya seketika. "Berani keluar dari sini sekarang jangan harap kamu akan kembali ke sekolah ini lagi". Rendi berdiri dan melangkah menghampiri Kelly, mereka untuk beberapa saat saling pandang. Jarak antara kedua wajah mereka sangat dekat bahkan Kelly bisa merasakan hembusan nafas hangat Rendi.  "Jadi kamu akan mulai bertugas besok pagi sebelum bel berbunyi, kamu harus sudah berada di dalam ruangan ini. Paham..!?" lanjut Rendi dengan tatapan serius sebelum menarik kembali wajahnya menjauh dan kembali ke tempat duduknya. Untuk beberapa detik Kelly merasa ada sensasi aneh yang menjalari seluruh tubuhnya, rasa yang menyenangkan ketika jarak mereka berdekatan. Perasaan asing yang tidak pernah dirasakan sebelumnya. Tapi itu tidak bertahan lama karena melihat Rendi kembali duduk dengan santainya setelah seenak jidatnya memerintah, membuat darah amarah Kelly naik sampai ke ubun-ubun. Wajahnya berubah sangat kelam, tangannya mengepal saking emosinya. Ini benar-benar tidak bisa dibiarkan lagi, dia harus segera menyingkirkan kepsek sialan ini sebelum dia gila karena emosi.  Giginya menggertak, dia tidak tahan lagi. " Heh Pak kepsek, kau jangan berani-berani mengancamku ya. Kau belum tahu betapa berbahayanya berurusan denganku, jadi bersiap saja karena sebentar lagi posisimu yang kau sangat sombongkan itu akan berakhir. Lihat saja..!!" Ucapnya penuh amarah sambil sekali menggebrak meja sebelum akhirnya dia keluar dari ruangan itu. Rendi hanya tersenyum lebar memperlihatkan susunan giginya yang putih kemudian kembalimenyibukkan diri dengan pekerjaan. Sementara itu Kelly mengeram keras melepaskan amarahnya, dia sampai memukul dinding dengan tinjunya sampai tangannya sedikit berdarah. Kelly benar-benar sangat kesal dengan Rendi, dia bersumpah akan membuat Rendi menyesal. Via yang sejak tadi mencari-cari Kelly terkejut setelah mendapati temannya itu berdiri diujung koridor sambil meninju dinding. "Kelly...! lo uda gak waras ya? hei hentikan.. lo kenapa sih kayak gini?" ucapnya sambil berusaha menghentikan Kelly yang terus saja menyakiti tangannya. Awalnya Kelly masih bersikeras melanjutkan aksinya tapi karena Via dengan gigih menahan tangan Kelly agar tidak menyentuh dinding lagi, akhirnya Kelly menyerah. Raut wajahnya penuh dengan kekesalan dan amarah. Via pun bingung kenapa sahabatnya itu bertingkah aneh. "Heily, lo ada apa sih? tumben-tumbennya lo bertingkah aneh taunggak. Apa lu di ganggu lagi oleh Gio?" tanya Via khawatir. Belum pernah Kelly bertingkah seperti itu, selama ini dia adalah monster disekolah. Semua penghuni sekolah tidak pernah berani membuatnya kesal, terakhir Kelly bentrok dengan salah satu siswa yang ingin menyaingi Kelly, siswa itu berakhir dengan dikeluarkannya dari sekolah. Begitu juga dengan seorang guru wanita yang galak yang mencoba mendisiplinkan Kelly juga berakhir sama. Sehingga tidak ada satu orang pun sekarang yang berani membuatnya terganggu. Akan tetapi melihat Kelly sekarang, tentunya Via bertanya-tanya siapa lagi yang berani mempertaruhkan karirnya di sekolah ini.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN