Curhat

1154 Kata
Setelah kembali tenang Kelly duduk di bangku yang ada di koridor. Napasnya masih tersengal karena sisa emosinya. Dia menepis tangan sahabatnya dengan kasar. "Sebaiknya lo pergi Vi, guegak mau di ganggu sekarang" ucapnya sambil menatap ke depan. Pandangannya menerawang bersama pikiran kacaunya, dia benar-benar hanya ingin sendiri. Via mendesah panjang, dia sangat tahu watak sahabatnya itu. Kalau sudah ada yang mengganggunya, Kelly sama sekali tidak ingin ada orang lain yang menemaninya. Dia seketika teringat ketika Kelly baru pertama kali bertemu dengannya, saat itu mereka masih duduk di bangku sekolah dasar kelas 5. Seorang siswa baru yang tomboy dengan wajah yang sangat murung memasuki kelas. Raut wajahnya yang suram dan dingin membuatnya penasaran ingin mengajaknya berteman. Kebetulan bangku di sebelahnya kosong karena seorang temannya baru saja pindah sekolah keluar kota. Guru langsung menyuruh siswa baru itu duduk di dekatnya. Via tersenyum lembut kearah teman sebangku barunya itu tapi hanya wajah dingin yang diterimanya. Begitulah awalnya sampai akhirnya mereka bersahabat sampai mereka duduk di bangku sekolah menengah. Via menatap sahabatnya itu dengan tatapan lembut. "Oke baiklah, gue akan pergi sekarang. Tapi kalau ada apa-apa cepat telepongue ya?" ucapnya mengingatkan. Raut wajah Kelly seketika berubah lembut, dia tersenyum kearah sahabatnya itu. "Iya, terima kasih pengertiannya Vi"Via hanya mengangguk dan meninggalkannya sendiri. Kelly masih menenangkan emosinya yang sempat menguasai kepalanya, lama dia terdiam sampai bel tanda ujian kedua terdengar. Kelly langsung tersadar, dia menoleh ke sana kemari seolah memastikan kalau hanya dia sendiri di tempat itu. Untung lah, karena memang para siswa sudah bersiap di kelas untuk ujian jadi tidak ada siswa yang berkeliaran. Kelly kemudian berjalan dengan sedikit terburu menuju kelas, kepalanya penuh dengan kejadian mengesalkan bersama Rendi sehingga dia tidak begitu  konsentrasi dengan ujiannya dan hanya menjawab seadanya. Dia langsung meninggalkan ruangan kelas setelah menyetor kertas jawabannya kepada guru. Sang guru pun hanya menatap Kelly tanpa berkata apa-apa ketika siswanya itu keluar ruangan. Toh hari ini siswa uniknya itu tidak berbuat masalah, jawaban di kertas ujiannya juga  hampir betul semua. Sesampainya di rumah, Kelly langsung menuju kamarnya tanpa menyapa ibunya yang sejak tadi menunggunya pulang. Melihat putrinya hendak  menaiki tangga, ibu Kelly buru-buru menghampirinya. "Sayang, kamu tidak makan dulu? ayo, mama sudah masak makanan kesukaanmu". Ucapnya seraya menarik tangan putrinya menuju meja makan. Kelly hanya menurut saja, dia sebenarnya tidak ada nafsu makan tetapi perutnya terasa perih karena sejak di sekolah dia sama sekali tidak makan apa-apa karena insiden di ruangan kepsek tadi. Dengan penuh kasih sayang ibu Kelly menyuapi putrinya, Kelly pun hanya mengunyah makanannya tanpa mengucap sepatah kata pun. Pikirannya masih terpengaruh oleh kejadian di sekolah. Dia benar-benar tidak terima diperlakukan seperti itu oleh Rendi. Berani-beraninya kepsek sombong itu berulah, orang itu tidak tahu saja siapa dirinya sebenarnya. Tiba-tiba tangan Kelly menghantam meja tanpa sadar membuat ibunya yang baru saja ingin menyuapinya lagi menjatuhkan sendok berisi makanan yang ada di tangannya. Kelly yang memang tidak sengaja gerakan tangannya mengejutkan ibunya langsung tersadar menatap ibunya yang bingung. "Maaf mama, Kelly tidak sengaja" ucapnya sambil memegang tangan ibunya. "Kelly ada masalah apa sih nak, kenapa akhir-akhir ini mama rasa pikiranmu berada ditempat lain. Coba dong cerita ke mama, selama ini kau tidak pernah menyembunyikan masalahmu seperti ini. Mama khawatir sayang" ucap ibunya dengan lembut, dia merasa putrinya itu sudah menjauh darinya. Itu membuatnya cemas, apalagi dengan rencana perjodohan yang mereka atur untuk putri semata wayangnya itu. Dia betul-betul harus memberikan pengertian secara utuh kepada Kelly terlebih sebelum memberi tahu yang sebenarnya. Mendengar hal itu, Kelly mendesah panjang. Dia menatap ibunya dengan serius. "Mama, aku ingin mama memecat kepala sekolah baru Kelly" ucapnya tiba-tiba. Sorot matanya sangat berharap ibunya akan mengabulkan permintaannya tanpa basa basi tapi... "Ada apa dengan kepala sekolah barumu itu? kenapa kau tiba-tiba meminta ibu untuk memecatnya?" pertanyaan itulah yang paling dihindari Kelly karena kalau dia mulai menjawab satu pertanyaan ibunya, maka pertanyaan lain akan bermunculan dan begitu seterusnya sampai Kelly benar-benar akan menceritakan kekesalannya. Meskipun sebenarnya dia juga sadar kalau hal itu bukan sepenuhnya kesalahan Rendi. Kelly hanya ingin Rendi menghilang dari sekolah itu tanpa investigasi dari ibunya. Namun, rupanya keinginannya kali ini harus tertunda. "Kelly sudah menduga kalau mama akan bertanya-tanya, bisa gak sih mama langsung mecat dia saja?" dia mulai protes dengan wajah cemberut. Wajah cemberut putrinya selalu membuat ibunya gemas. Sehingga bukannya ikut merasakan kesusahan anaknya, ibu Kelly malah menarik hidung putrinya hingga Kelly meringis. "Ih apaan sih mama ini, sakit tau" ucap Kelly semakin cemberut sambil memegangi hidungnya. Dia lalu membuka mulutnya karena ibunya sudah menyuapi makanan untuknya lagi. "Kau ini kenapa sayang, apa yang sudah diperbuat kepsek malang itu padamu sehingga dia harus dipecat? Kasihan kan dia kalau harus kehilangan pekerjaan begitu saja. Yah harus ada alasan yang tepat dongnak" ucap ibu Kelly dengan lembut. "Kita tidak boleh bertindak semena-mena terhadap orang lain sayang, jadi katakan pada mama alasan kenapa kau sampai ingin menyingkirkan kepsek itu". sambungnya sambil menatap putrinya serius. "Kelly tidak menyukai kepsek itu ma, dia sangat sombong. Masa dia menyuruhku   menjadi asisten pribadinya selama satu minggu. Kalau tidak katanya dia akan mengeluarkan ku dari sekolah, dia juga akan menambah hukuman kalau aku datang terlambat ke sekolah lagi. Itu kan sangat merepotkan mama. Aku tidak mau dia berlama-lama di sekolah Kelly".  Kelly akhirnya mengeluarkan uneg-uneg hatinya yang dia sendiri sebenarnya sadar kalau semua itu memang salahnya.   Ibu Kelly tersenyum, dalam hati dia salut dengan kepala sekolah baru itu karena baru kali ini ada yang membuat putrinya galau dan resah dengan aturannya. Meskipun dia sendiri tidak tahu siapa kepsek itu dia sudah merasa kalau orang inilah yang bisa membimbing putrinya menjadi lebih baik, setidaknya ketika di sekolah. "Oh begitu rupanya. Tapi mama mau tanya, kalau Kelly sendiri mau tidak hukumannya ditambah?" Kelly spontan menggeleng mendengar pertanyaan ibunya. "Berarti Kelly harus mengikuti aturan kepsek itu kan? terus mama belum mendengar alasan kenapa Kelly sampai dihukum jadi asisten." Lanjut ibunya, dia mencoba menyelami perasaan putrinya itu dengan memberikannya arahan yang tidak membuat Kelly tidak terima dan akhirnya semakin membangkang seperti yang telah dilakukannya di masa lalu. Dia ingin agar putrinya itu bisa mengerti tapi sebisanya tidak menyinggung perasaan egois putrinya. Lama Kelly terdiam sebelum akhirnya menatap ibunya. "Sebenarnya Kelly tahu kalau semua yang Kelly perbuat itu salah, makanya kepsek itu menghukum Kelly. Tapi mama, Kelly benar-benar tidak terima kalau harus menjadi asisten orang lain. Mau taruh dimana muka Kelly, kalau teman-teman di sekolah tahu. Kelly bakal dijadikan bahan bullian, mama" rengeknya manja. Matanya kini berkaca-kaca membayangkan ejekan teman-temannya di sekolah. Ibunya menggeleng sambil tersenyum. "Mama sangat bangga sayang, kau ternyata sudah bisa menyadari kalau itu semua karena kesalahanmu sendiri. Mama tidak masalah kalau kau harus menjadi asisten dan membantu kepsek atau pun guru si sekolah karena itu adalah tindakan mulia. Terlepas itu adalah hukuman atau bukan, membantu guru atau pun kepsek bahkan orang lain itu adalah sikap terpuji. Dan jika ada yang mencemooh atau membully putri kesayangan mama gara-gara itu, maka mama yang akan langsung mengeluarkannya dari sekolah." ucap ibunya meyakinkan. Lagi-lagi Kelly terdiam, dia berusaha meresapi apa yang dikatakan ibunya. Rupanya ibunya sama sekali tidak keberatan dengan hal yang membuatnya resah. Malah mendukung kepsek itu. 'Duh, kenapa mama berubah yah? apakah aku harus menerima hukuman kepsek itu?'          
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN