James POV Hari itu pikiranku benar-benar terasa kalut. Ternyata, aku masih juga gagal membuat Mama menerima Ines sebagai menantunya. Terlebih kondisi Ines yang kulihat begitu drop membuatku sangat merasa bersalah. Akhirnya kuputuskan hari itu aku pergi menemui salah satu sahabat sekaligus partner bisnisku—Yoga. Ia sudah menjadi sabahatku cukup lama Kulajukan mobil ke cafenya tanpa mengabari Yoga terlebih dahulu. Hal itu kulakukan karena aku tahu dia selalu berada di sana setiap liburan. Ia memiliki Cafe itu hanya sebagai pengusir jenuhnya disaat sedang tidak ada kegiataan yang bisa ia lakukan “Eh, kamu James” sapanya sembari menjabat tangan dan memelukku erat. “iya, Ga,” balasku lemah. Ia mengurai pelukan dan menatapku penuh curiga. “Wih, jarang-jarang kamu ke sini. Ada apa, nih?” ta