Posisi berbaring dengan selimut menutup tubuh hingga leher tetap aku pertahankan, karena Mas Satya masih mondar-mandir di sekitar. Lalu, setelah aku pikir ia keluar kamar, tempat tidur malah bergerak. Beberapa kecupan singkat mendarat di pipi, puncak hidung, dan keningku. "I love you." Ciuman ringan Mas Satya berikan. Bukan sekali, dua kali. Beberapa kali, sampai ia terkekeh sendiri. Aku ingin membalasnya, tetapi tidak bisa. Agar terlihat sangat lelah karena pekerjaan, aku tetap diam dengan mata terpejam. Ranjang kembali bergerak. Suara derit pintu terdengar. Aku mulai membuka mata. Tetap tidak mengubah posisi untuk beberapa saat memeriksa sekitar. Sepi. Aku langsung duduk, mempertajam indra pendengaran hingga mendapati suara mobil Mas Satya yang menjauh. Pandangan aku edarkan ke se