“Yura, kamu tau kan, gimana perasaan aku ke kamu selama ini?” Yura menggaruk kepalanya gusar. Matahari sudah hampir tenggelam sempurna, kembali ke peraduannya. Namun dia masih bertahan di sini, di tepi sawah di pinggir jalan di jalur hijau kota yang selalu dilewatinya saat pulang dan pergi kerja. Dia terngiang kalimat Jeffry padanya siang tadi. Tadi, dengan pengecutnya dia berdalih untuk sholat duluan dan langsung buru-buru pergi dari sana. Dia bahkan belum membayar apa yang dimakannya tadi. Besoklah, dia ke warung itu lagi dan membayarnya. Sisa hari ini tadi dihabiskannya dengan menghidar dari Jeffry. Bahkan saat dia berpapasan dengan pria itu saat sholat ashar tadi, dia buru-buru menghindar dengan alasan kebelet pipis. “Astaga, gue kenapa, sih. Kenapa hidup gue jadi rumit begini?” de