Yura mendesah lega mendengar kalimat jawaban Ramada untuk pertanyaan Niel. “Iya, dong. Om juga suka, kok. Kan enak.” Untung saja Ramada tak berkata hal yang aneh-aneh walaupun tadi Niel sempat keceplosan nyaris memanggil Ramada dengan panggilan Papa. Dia beranjak dari meja, pamit untuk mengambil sendok baru karena sendoknya tadi terjatuh ke lantai. “Makan, Sayang,” katanya pada Niel. “Maa ambil sendok baru dulu.” Niel mengangguk dan memulai makan dengan lahap diikuti Ramada juga. Yura kembali tak lama kemudian dan juga ikut menyantap makan malamnya dalam diam. Dia lebih memilih menyimak apa yang diobrolkan Niel dan Ramada yang terus saja tersambung seperti tak ada jeda selain untuk mengunyah dan menelan. Ada saja hal yang Niel tanyakan pada pria itu padahal beberapa waktu kemarin, anak