Bioskop

1048 Kata
Hari minggu telah tiba. Dari pagi sampai sore Kira beserta Anggi terus berkutat di kamar. Mereka sudah siap rapi dengan dandanan tipis. "Harus pakai lipstik juga?" "Iya, cuma tipis kok, tenang aja," ujar Anggi sambil menorehkan lipstik pada bibir Kira. Sedikit diberikan lip glos agar terlihat bagus. "Nah udah bagus, coba lihat." Kira memandangi cermin. Matanya membulat saat melihat sosok gadis cantik tepat di depannya seakan gadis di depannya ini bukanlah Kira. "Bagus nggak?" tanya Anggi dengan sombong. Dia berbangga diri akan hasil make up yang ia lakukan. Meski perlu banyak belajar lagi. "Ini keren banget, Anggi. Aku suka, nggak terlalu menor terima kasih." "Ah, biasa saja tapi jangan lupa harus belajar make up juga, aku hanya bisa bantuin sekarang." Kira mengangguk. Tinggal satu jam lagi, mereka akan bertemu dengan Bian dan Glen. Kira sedikit ragu kalau Glen akan datang. Saat chat terakhir kali pemuda itu tidak serius. "Ayah, Ibu kami akan berangkat," kata Kira setelah mendekati orang tuanya yang sedang berkumpul di ruang keluarga. Ayah Kira lantas menoleh ke arah putrinya dan tersenyum. "Aduh putri Ayah cantik banget, baru kali ini lihat Kira dandan." Kira lantas tersipu malu. Senang rasanya dipuji penampilan oleh Ayah sendiri. "Makasih Ayah," balasnya singkat. Mendadak raut wajah Ayah Kira berubah dalam sekejap. Ia langsung teringat akan sesuatu. "Kamu dandan? Mau ke mana?" tanya Ayah curiga. "Ke bioskop nonton sama Anggi," jawab Kira. Perasaanya juga mulai tak enak. "Pergi nonton kok harus dandan segala? Apa jangan-jangan kamu mau-" "Eh kenapa masih ada di sini? Ayo pergi keburu telat. Hati-hati ya di jalan," potong Ibu Kira. "Iya bu, makasih nanti aku kabarin kalau udah sampe. Dah Ayah, sampai jumpa nanti malam." Kira buru-buru menghampiri Anggi yang sudah menunggu di teras rumah, mengabaikan panggilan sang Ayah. "Udah dapat taksi?" tanya Kira. "Iya, udah dapat." Keduanya lalu berjalan keluar menuju jalan raya. Rumah Kira melewati gang sempit jadi tidak mungkin mobil bisa masuk ke dalam. *** Bian yang duluan sampai dan menunggu di depan jalan masuk. 30 menit lagi film akan dimulai tapi Anggi serta Kira belum nampak batang hidungnya. Apa mereka terjebak macet? Entah kenapa Bian jadi gelisah. Dalam kekalutannya seorang pemuda berjalan menghampiri Bian. Memakai kaus hitam dan celana denim, Glen terlihat modis dipadukan dengan jaket berbahan jeans. "Hei bro," sapa Glen seraya mendekat. Bian memalingkan wajah ke asal suara dan ia cukup terkejut akan kehadiran Glen. Jadi orang yang dibicarakan oleh Kira adalah pemuda di depannya ini. "Yang lain belum datang ya?" tanya Glen memastikan. "Iya, kamu diajak Kira?" Bian balik bertanya. Glen mengangguk. "Mau nonton film apa? Gue mau nonton yang seru ya jadi jangan film romantis." "Tapi aku-" "Tapi apa? Rencana film romantis biar suasana kencannya dapat?" tebak Glen. Bian membulatkan mata. Mengapa pemuda itu tahu jika Bian menyukai Anggi? Setahunya hanya Kira tahu dan tampaknya tak mungkin juga gadis itu bercerita. "Kaget ya? Dari tampang lo aja keliatan banget kalau lo suka sama dia, gue dukung kok kalian jadian buktinya gue ada di sini, udah santai aja." Glen menepuk pundak Bian lalu menariknya mendekat. "Gue juga akan berusaha dekatin lo bareng Anggi tapi ada syaratnya." "Syaratnya apa?" tanya Bian penasaran. Jika ini menyangkut Anggi, dia siap melakukan apa saja. "Mudah kok, lo hanya tinggal-" "Bian, Glen!" sapa Kira seraya berjalan menghampiri. Kedua lelaki itu tertegun melihat penampilan Kira dan mereka terpukau. Glen berdiri tepat di hadapan Kira. Memandangnya intens dengan senyum manis. "Ada apa ini? Gue pikir lo datang tanpa persiapan apa-apa ternyata lo bisa dandan juga." Glen kemudian berbisik tepat di telinga Kira. "Lo bikin gue pangling." Kira tersenyum. Senang dipuji oleh Glen sedang Anggi berjalan menyusul mereka bertiga. Dia hanya membidik tajam Glen namun tak sampai memarahi sebab ada Kira. Kencan sahabatnya tak boleh dirusak termasuk Anggi. Lalu kenapa bocah tengil ini ada di bioskop juga? Siapa yang mengundang dia untuk ke bioskop juga? "Udah selesai muji-mujinya?" tanya Anggi dengan nada tak suka. Glen otomatis memalingkan wajah ke arahnya. Raut wajah Glen yang menyebalkan ingin membuat Anggi menonjok wajah tersebut. "Oh lo datang juga, kirain cuma Kira dan Bian yang datang," kata Glen malas. Ia juga tampak tidak suka akan kehadiran Anggi. "Lo ngapain di sini sih?" tanya Anggi mulai terbawa emosi. "Emang kenapa? Suka-suka gue lah mau ke mana." Glen membalas santai. Meski demikian Glen terlihat tidak ramah. "Hentikan Anggi, jangan berantem. Lebih baik ayo pesan tiket film, ok?" Kira lalu menghampiri Anggi dan menarik sahabatnya itu agar menjauh dari Glen. Mereka pun berjalan mendekati tempat penjualan tiket. "Jadi kita mau nonton film apa?" tanya Kira memulai percakapan. "Jangan film romantis, aku nggal suka," komentar Glen. "Memangnya siapa yang mau mendengar pendapatmu?" tukas Anggi masih kesal. "Anggi, aku juga nggak suka film romantis." Kira ikut memberikan pendapat. Dia lalu menoleh ke arah Bian. "Kamu mau nonton film apa?" Semua mata tertuju pada lelaki itu sekarang. Anggi tampak berharap sedang Glen menggelengkan kepala ingin Bian memihaknya. "Aku mau nonton yang memacu adrenalin." Bian berucap. "Baiklah, karena hanya ada dua film dan kita menolak film romantis jadi kita nonton film horor ya," kata Kira memutuskan. Anggi mendesah kecewa namun apalah daya, ia kalah suara bahkan sebelum mengatakan keinginannya. "Aku ke toilet dulu ya jaga-jaga," "Aku mau ikut." Anggi segera menyamakan langkah dengan Kira sementara Glen dan Bian membeli tiket serta popcorn. "Kenapa sih kamu ngundang dia?" tanya Anggi tanpa basa-basi setelah mereka berada di toilet. "Nggak papa Anggi, biar rame." Kira menjawab dengan tenang. "Tapi ini, kan kencanmu dengan Bian kalau kamu panggil Glen, bukan kamu dan Bian yang kencan tapi kamu sama Glen. Lihat aja bajunya, udah kaya dia yang kencan." Anggi membuang napas kasar. "Aku juga lihat kok ketimbang dengan Bian kamu malah lebih akrab sama Glen, aku jadi bingung kamu masih suka, kan Bian?" Kira mematikan kran air setelah mencuci tangan. Dia menatap Anggi yang sekarang ikut memandang serius. "Aku suka sama dia dan perasaanku tidak berubah, Anggi tapi aku gugup kalau cuma berdua. Aku tidak bisa mengatakan apapun di depan Bian lain halnya dengan Glen. Dia emang tipe nyebelin namun kami bisa mengobrol banyak hal karena aku nyaman dengannya, aku tidak grogi bersama Glen." "Lalu kenapa kau tak memperjuangkan cintamu? Ayo dong Kira, kalau begini bagaimana bisa kau dekat dengan Bian? Pokoknya aku nggak mau tahu kamu harus perjuangin Bian." Anggi kemudian berjalan pergi meninggalkan Kira sendirian. Kelihatannya akan sulit untuk tenang di kemudian hari.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN