Pagi ini adalah hari yang begitu menyebalkan untuk Glen. Lebih buruk semua siswi yang melihatnya tersenyum malu-malu sementara beberapa siswa tampak menatap kurang ramah seakan Glen memiliki masalah dengan mereka.
Padahal Glen tidak membuat ulah. Dia juga tidak berkelahi lalu mengapa mereka tampak mengetahui sesuatu tentangnya. "Hei bro!" sapa Beni begitu Glen masuk ke dalam ruangan.
"Hai!" balas Glen mencoba untuk tetap ramah. Beni segera menjulurkan tangan ke depan Glen sedang ia menerimanya dengan canggung.
"Selamat ya bro." Glen makin tambah bingung.
"Selamat apa?" Kini Beni ikutan bingung.
"Loh bukannya kamu jadian ya sama Anggi tuh anak primadona sekolah kita." Mata Glen membola. Buru-buru ia melepaskan tangan yang dijabat.
"Ngomong apa sih? Gue nggak mungkinlah jadian sama Anggi," ungkap Glen jujur.
"Terus foto lo sama dia semalam apa? Kalian kencan, kan?" Beni bersikukuh.
"Foto apa?" Beni dengan cepat memperlihatkan grup chat kelas dan sebuah foto yang entah dari mana asalnya. Foto dia dan Anggi yang tengah memesan minuman.
"b*****t! Ini siapa nih yang fotoin?!" bentak Glen. Lantas pemuda itu menjadi pusat perhatian dari banyak orang.
"Jadi lo nggak kencan sama Anggi?"
"Ya enggaklah, mana mungkin gue suka sama cewek yang sukanya marah-marah mulu." Tak lama muncul Kira dari balik pintu, matanya terlihat lelah dan berjalan cepat menuju kursi tanpa peduli dengan keadaan kelas.
Glen juga moodnya sedang tak baik. Karena ini pula Glen tidak berniat untuk menyapa Kira. Dia sibuk dengan pikirannya sendiri dan memutuskan duduk.
Sampai upacara bendera Glen dan Kira tidak berbicara. Mood keduanya masih belum stabil. "Eh Kira penampilannya agak beda ya hari ini," komentar Beni tiba-tiba.
Glen langsung menoleh. "Gaya rambut baru," sambung Beni.
"Terus kenapa?" tanya Glen sengit.
"Ya enggak cuma kaget gitu lihat penampilan baru si perempuan biasa aja ... tanda-tanda puber kali ya." Beni bercanda seraya tersenyum memperlihatkan barisan giginya yang rapi.
"Dari pada lo ngomentarin ya penampilan orang mending cepetan nyelesain PR lo, jangan sampe guru datang duluan."
"Ya elah, mentang-mentang udah ngerjain PR gue pikir lo bakal bolos hari ini tumben banget rajin perasaan setiap senin lo bakal terlambat atau bolos."
Glen tidak memerhatikan. Dia lebih sibuk menatap Kira yang risi. Lantas Glen berdiri dan mendekati seorang pemuda yang membuat Kira tidak nyaman. Memasang senyum palsu ia menarik si pemuda yang bernama Daim itu untuk keluar dari kelas.
"Eh apaan nih? Lepasin nggak?" Glen menurut tapi dengan cara yang elegan. Dia menghempaskan tubuh Daim dengan kasar ke dinding. Mereka kini bsrada di belakang sekolah jauh dari pantauan guru dan murid yang lain.
Belum sembuh dari rasa sakit, Glen mengunci tubuh Daim dengan menekannya kuat-kuat agar tak bisa bergerak. "Apa-apaan sih Glen?! Lepasin gua!"
"Jangan pernah dekati Kira. Dia nggak nyaman dekat lo!"
Daim berhenti bergerak. Memandang bingung Glen sebentar sebelum menyunggingkan senyum miring. "Jangan bilang lo suka sama Kira." Daim lantas tertawa mengejek.
"Sejak kapan elo suka sama cewek culun kayak dia? Bukannya lo lagi deket ya sama Anggi? Wah Glen gue pikir lo itu polos ternyata buaya darat." Daim kembali tertawa namun tiba-tiba ia merasakan pipinya kebas. Sebuah tamparan kuat melayang dari tangan Glen.
"Untung ini masih jam sekolah, kalau nggak gue nggak akan segan mukul lo. Terserah lo mau bilang apa yang jelas lo nggak boleh deketin Kira. Kalau nggak lo akan bernasib sama dengan Ikram."
Daim mengkerutkan kening. "Ikram? Anak yang pincang dari kelas 3-B? Jadi lo yang-"
Glen sekali lagi menampar Daim agar lelaki itu diam. "Awas aja kalau lo deketin Kira lagi."
Glen berjalan lebih dulu menuju kelas sedang Daim benar-benar mempertimbangkan ucapan Glen. Beruntung dia sampai saat guru baru saja sampai.
Glen bisa melihat dari ekor matanya Kira sedang tersenyum tapi ia terlalu kesal untuk membalas. Walau sebenarnya ada perasaan bersalah, dia mencoba mengabaikan perasaannya itu. Glen akan meminta maaf nanti.
Sepanjang pelajaran Glen tidak fokus. Bagaimana cara agar gosip mereda? Tidak mungkin ia membantah satu per satu orang yang akan bertanya. Dia harus bertemu dengan Anggi begitu pelajaran selesai.
Bel jam pertama istirahat berbunyi. Tidak menyiakan waktu Glen langsung menuju kelas Anggi tanpa tahu jika Kira berusaha mencarinya. Sampai di kelas Anggi, Glen langsung jadi pusat perhatian.
Beberapa siswa yang ada di dalam kelas berbisik-bisik. Mereka tahu maksud kedatangan Glen. "Di mana Anggi?" tanya Glen.
"Palingan di kantin." Seorang murid perempuan menjawab.
Glen kemudian keluar menuju kantin dengan langkah terburu-buru. Tidak butuh waktu lama untuk menemukan Anggi. Wajahnya terlihat kalut sementara Bian mencoba mengobrol dengan gadis itu dan duduk di samping Bian.
"Ngapain lo ada di sini? Udah tahu kita lagi di gosipin," kata Anggi kesal. "Mending lo pergi, nggak usah deketin gue dulu sampe gosipnya ilang."
"Gue tahu lo kesel banget sekarang dan gue sama kayak lo, gue juga kesel tapi gue mau kita berdua cari dalangnya siapa yang posting foto kita berdua." Glen memberi usul. Berharap Anggi bisa diajak kerja sama.
"Aduh jangan bikin masalah tambah runyam, gue nggak mau hanya karena gosip murahan kayak begini masalahnya jadi melebar."
"Glen," panggil Bian.
"Aku rasa Anggi butuh waktu, kasihan dia. Kalau kamu mau cari orangnya silakan asal jangan mengganggu dulu Anggi bisa, kan?" Glen tidak punya banyak waktu. Dia bergegas meninggalkan Bian serta Anggi.
Langkahnya begitu tergesa-gesa ia bahkan tidak memedulikan beberapa orang yang memanggilnya. Semua tatapan aneh pun diabaikan. Hanya satu dalam pikiran Glen yaitu menuju kelas satu.
Sampai di sana Glen mengedarkan pandangan ke seluruh kelas. Tak ayal itu membuatnya menjadi pusat perhatian apalagi tatapannya penuh kekesalan.
Kedua matanya langsung tertumpu pada beberapa gadis yang tengah asyik bergosip. "Elu!" ujar Glen sambil menunjuk seseorang.
Glen berjalan mendekat tapi ia tak melepas pandangannya pada orang itu. "Lo admin gosip sekolah, kan?"
Gadis itu kaku. Mulutnya seakan terkunci ketika Glen menatapnya geram. "Dari mana lo dapat foto gue sama Anggi? Lo yang nyebarin sama grup-grup kelas? Atau lo dibantuin sama mereka? Ayo jawab jangan diam!"
Tetap saja dia tak berbicara. Kehabisan kesabaran, Glen segera menarik lengan lebih tepatnya memaksa si gadis untuk ikut. Beberapa siswa langsung menghentikan aksi Glen sebab si gadis tampak ketakutan.
"Jangan keterlaluan dong sama cewek, kasihan dia!"
"Pas dia nyebarin foto gue sama Anggi dia nggak ngerasa kasihan! Setidaknya dia harus tanya sama gue dan Anggi, dia malah nyebarin gitu aja! Keterlaluan banget!" kata Glen berang.
Dia kemudian menatap si gadis yang mulai terisak. "Kalau lo mau masalah kita selesai ayo ikut gue ke ruang BK! Biar masalahnya selesai!"